Chapter Eleven

2.6K 303 71
                                    

Halo halo halo~

Chapter 11 dan 12 bakal memperlihatkan watak dan keadaan tiga adik Male Lead kita. Para krucil on your area, please give them love everyone 😊😊😊



“Because brothers don’t let each other wander in the dark alone.”
—Jolene Perry—

“Do you seriously can not accept my feeling?”

Jaemin menatap gadis berambut panjang sepunggung di hadapannya. Tangannya menggaruk tengkuk. Padahal ini masih pertengahan Mei—terhitung dua bulan sejak tahun ajaran baru dimulai—tapi ia sudah memberikan sangat banyak penolakan pada para gadis. Selain itu, ini juga jadi kali kelima Kim Minju mengajaknya berkencan dalam dua bulan terakhir.

Dia gadis cantik yang sangat aneh.  Padahal Kim Minju berasal dari keluarga kaya dan tidak satu sekolah dengan Jaemin, tapi gadis bertubuh sedang dengan ekspresi sedih itu selalu berkunjung dan menonton sesi latihan sorenya. Minju selalu duduk di bangku kedua dari depan—biasanya dia akan duduk di samping salah satu siswi cantik beraura mahal seperti Rose yang tidak Jaemin ketahui namanya. Mungkin gadis dengan rambut panjang melebihi punggung yang selalu diikat ekor kuda itu merupakan temannya. Jaemin tidak ingin dan tidak akan pernah ingin mencari tahu. Melibatkan diri dengan urusan para gadis hanya akan membuatnya kesulitan.

“Bagaimana kalau kita mulai dari berkencan sebanyak sepuluh kali? Orang-orang banyak melakukan itu sebelum mulai berpacaran. Kita bisa mulai malam ini Jaemin,” usul Minju lebih mirip sebuah permohonan.

“Aku sangat mengapresiasi perasaan tulusmu padaku, tapi maaf aku harus menolaknya. Aku sudah punya rencana dengan seorang gadis super cantik malam ini. Tidak bisa dibatalkan karena ini sebuah janji. Laki-laki yang baik tidak pernah melanggar janjinya,” ucap Jaemin diselipi tawa ringan yang membuat jawabannya terdengar sangat enteng dan tanpa pertimbangan.

Tangan Minju saling bertaut. Kepalanya menunduk dalam. Tubuhnya mulai bergetar—itu membuat kadar kekhawatiran dalam diri Jaemin meningkat pesat. Ini hal yang buruk. Jaemin tidak tahu bagaimana cara menenangkan gadis yang sedang menangis sesenggukan. Apakah ia harus mengelus rambut atau punggungnya; atau ia harus memeluknya; Jaemin sama sekali tak memahaminya. Satu-satunya gadis yang pernah ia peluk hanya Minjeong—adik semata wayangnya.

Ia benar-benar dihadapkan pada jalan buntu yang membuatnya hampir mati membatu. Bantuan sulit ditemui—Jeno yang selalu ia mintai bantuan pasti masih belajar saat ini. Jaemin juga tidak bisa meninggalkan Minju sendirian di belakang sekolah dekat gudang bekas yang terkenal angker. Untuk pertama kalinya Jung Jaemin merutuki pilihan Kim Minju; setidaknya gadis itu harus memilih tempat yang lebih terang dan romantis, itu juga untuk kebaikannya sendiri.

“Minju? Kau baik-baik saja? Apa harus kutelpon ambulans? Astaga! Apa ada yang sakit? Kumohon minta tolonglah pada temanmu karena aku tidak tahu bagaimana cara membantumu!” kata Jaemin agak heboh. Keduanya tangannya terangkat, lalu terhenti di dekat pundak Minju yang bergetar.

Wajah Minju terangkat. Matanya merah, tapi bibirnya melengkung membentuk senyum, membuat Jaemin bingung. “Intinya kau belum menyukaiku, kan?”

“Iya?” Jaemin mengeryitkan muka.

“Saat ini kau belum menyukaiku. Tapi aku akan terus berusaha untuk membuatmu suka,” tutur Minju sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya.

“Em, boleh kuminta sesuatu darimu?” tanya Jaemin tanpa ragu.

Minju mengangguk. “Tentu saja.”

“Berhenti menyukaiku dan berhentilah berusaha untuk membuatku menyukaimu. Jangan menyiksa dirimu sendiri, Minju. Kau harus menghabiskan masa mudamu dengan baik dan bijak. Menyukaiku bukan tindakan yang bijak. Aku yakin kalau akan ada laki-laki baik, tampan, pintar, dan kaya yang menyukaimu dengan tulus suatu hari nanti. Aku bukan orang yang seperti itu. Satu-satunya hal yang baik dariku hanya fisikku saja. Jangan mengencani orang karena fisiknya. Fisik akan menua; tapi jiwa tidak. Sekarang pulanglah. Aku akan mengantarmu sampai gerbang.”

Winter Spring ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang