Chapter Thirty Two

1.5K 224 29
                                    

Heyaaa.... miss me? I miss you guys so much.

Seharusnya ini dipublish Selasa lalu, tapi aku kehilangan beberapa motivasi dan mau beresin kerjaan dulu. Heuheuheu

Things getting more serious from this point. Welcome drama~



“Winter is the time for comfort, for good food and warmth, for the touch of a friendly hand and for a talk beside the fire: it is the time for home.”
—Edith Sitwell—

Friday, December 14th
Bermalam di rumahnya selalu terasa sangat menyiksa. Tidak ada kebebasan, tidak ada kesenangan, tidak ada sentuhan Jaehyun yang membuat tubuhnya dirambati sensasi panas sekaligus tersengat di waktu bersamaan. Rumah ini hanya berisikan senyum dan omong kosong yang dilontarkan Si Nyonya Rumah Baru—mungkin Calon Nyonya Rumah Baru karena Park Dojoon belum menikahinya—sebagai bentuk basa-basi. Bahkan usia Moon Hyejin hanya lima tahun lebih tua dari usianya, bagaimana bisa ia memanggilnya ibu? Aneh dan canggung. Rose tak bisa menekan perasaan itu.

Tubuhnya masih bergelung di atas kasur, masih memikirkan ucapan Ryujin dua hari lalu. Meskipun sedang berada di rumahnya, sedang dihadapkan pada salah satu artis paling pandai berakting yang membuatnya muak dan sakit kepala, Rose tetap tak bisa menggeser pikiran tentang situasi Jaehyun yang ia ketahui baru-baru ini. Ia merasa sangat bodoh, sangat tidak peka, dan sangat egois karena tak menyadari perubahan sikap Jaehyun sehingga yang dilakukannya selama tiga minggu terakhir ini hanya mengeluh dan bertingkah seperti orang paling sengsara.

Apa Mentor Jung tidak cerita apa-apa padamu? Aku terus memikirkannya, anak-anak Jung kadang membuatku takut dengan betapa tenang dan tegarnya mereka. Bahkan aku tak pernah melihat mata Minjeong berkaca-kaca, dia gadis yang sangat kuat, kurasa hubungan mereka dengan ibunya memang seburuk itu. Maksudku, tentu saja, siapa yang bisa menerima wanita yang meninggalkan mereka dengan trauma bertahun-tahun lalu? Kalau kejadian seperti itu menimpaku, akan kupastikan semua hubungan dengannya terputus. Mereka kuat dan menakutkan, Ryujin mengatakan semua itu seolah tak ada hari esok—cepat dan sekaligus.

Sayangnya pertanyaan yang Ryujin harap bisa dijawab kakak sepupunya harus berakhir sebagai kalimat tanya tanpa jawaban. Rose tidak mengetahui apapun, tidak mendengar kabar apapun, Jaehyun mungkin akan menyimpan hal itu sebagai rahasia yang tak ingin dibagikan pada siapapun. Mungkin dia hanya butuh waktu, ucap Rose pada dirinya. Tapi tidak ada yang tahu sampai kapan Jaehyun berniat menyimpan semua itu. Mungkin satu tahun. Mungkin lebih lama. Bahkan mungkin selamanya. Jaehyun selalu berusaha terlihat baik-baik saja, dia tak pernah peduli pada perasaannya. Dan itu kadang membuat Rose kesal.

Kakinya menendang selimut, dia duduk dengan ekspresi muram, kemudian berteriak, membuat Kepala Pelayan Jo khawatir saat membuka pintu dan memasuki kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kakinya menendang selimut, dia duduk dengan ekspresi muram, kemudian berteriak, membuat Kepala Pelayan Jo khawatir saat membuka pintu dan memasuki kamarnya. Rose mengabaikan semua pertanyaan yang diajukan Kepala Pelayan Jo, langsung berdiri kemudian mengecek ponsel yang sepi panggilan sejak tadi malam. Situasi hatinya sedang tidak baik-baik saja, Rose ingin mengacau dan membuat semua orang di rumahnya marah, dia tak mau jadi satu-satunya orang yang merasa kesal di rumah ini.

Winter Spring ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang