Aloha~
How was your day? I listen to Savage and Lucid Dream by Aespa quite a lot—still cannot get over Black Mamba so I will listen to this song at the morning. Lagu apa yang lagi kalian dengerin belakangan ini?
This chapter is dedicated for Minjeong, don't expect Jaerose to show in every chapter, nanti kalian nggak kangen kalo ketemunya terlalu sering. Ehehehe... tolong kasih vote dan komentar ya. Selamat membaca~
❄
❄
❄“I want to be the best version of myself for anyone who is going to someday walk into my life and need someone to love them beyond reason.”
—Jennifer Elisabeth—Jung Minjeong—nama itu tersemat hampir di seluruh barang miliknya. Sempat ada momen ketika ia memprotes kebiasaan Jaemin yang suka menempelkan stiker yang dibubuhi tulisan tangan—sangat jelek—serta gambar tawa di pojok kanan atas seluruh buku tulisnya, tapi protes itu tidak mempan, kakaknya tetap melakukan hal itu sampai si bungsu bosan menggerutu. Jaemin bilang itu bisa menghalau pencuri, tapi Minjeong kurang setuju karena pencuri tidak akan mengambil barang butut, kecuali kalau mereka sangat bodoh. Alih-alih mencegah, ini malah bisa menjadi cara paling cepat untuk mengetahui identitas yang seharusnya jadi rahasia. Itu tidak membuat Minjeong takut—seperti pendapatnya barusan, tidak akan ada pencuri yang mau menyentuh barang butut tak bernilai seperti barang miliknya. Meskipun terdengar agak tak biasa, tapi gadis cantik itu bersyukur karena kemiskinan menjauhkan mereka dari malapetaka.
“Menurutku cara itu cukup unik,” cetus laki-laki yang punya tampang sedikit seperti anak berdarah campuran. Agak aneh tiap kali melihatnya tanpa seragam berwarna sedikit terlalu gelap untuk disebut biru tua—Minjeong tidak mau ambil pusing dan menyebutnya sebagai hitam meskipun anak lelaki di depannya tampak tidak setuju.
“Itu sangat konyol, Jaeyun.”
“Ugh, there’s no one call me by that name but you. Jake, just call me Jake, it won’t hurt you Minjeong. That’s my name by law after all,” cetus Jake bersungut-sungut. Dia menyantap jajanan murah yang baru ia cicipi ketika mengenal Minjeong—rabokki menjadi menu rutin yang ia santap tiap bertemu gadis itu di luar hari Selasa. Bahkan sekarang mereka bertemu tiap hari Sabtu—Jake menjadikan belajar sebagai alasan utama padahal ia hanya mau bertemu gadis yang punya ekspresi ketus hampir tiap waktu. Satu-satunya hal yang membuat Minjeong setuju untuk bertemu hanya matematika eksklusif yang diajarkan di sekolahnya dan makanan gratis, dia gadis yang cukup sederhana, dan Jake menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fanfiction[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...