Chapter Seventeen

2.7K 313 100
                                    

Hola~maaf baru update chapter baru. I'm currently not in a good shape.

I try to make everything on this chapter to be not as explicit as it should be but I believe that you all have a great imagination so I guess all scenes happen will gradually picture on your head. Simplenya, meskipun nggak eksplisit, tapi kalian pasti bisa bayangin 😅😅😅

Ah, please leave a comment down below. I love you. Met baca~



“If we’re going to kiss, it has to be book-worthy.”
—Colleen Hoover—

Telinga Jaehyun sedikit berdengung saat pekik histeris Rose terdengar dari dalam kamar mandi. Itu hanya jenis pekikan yang timbul dari sifat bawaan lahir yang merujuk pada kehebohan tak jelas yang sempat membuat Jaehyun bingung. Sebelumnya, tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, Jaehyun mengira kalau Rose punya setumpuk sifat tak jelas yang jauh dari citra perempuan anggun nan populer yang ia bangun di kampusnya. Fakta bahwa Rose hanya menunjukan semua itu pada Jaehyun nyatanya membuat pria itu sangat senang dan istimewa.

“Jaehyun, sayang, shower di kamar mandiku rusak.”

“Mungkin kau cuma—” Jaehyun langsung membuang muka, memilih melihat lobak daripada melihat Rose yang keluar berbalut sehelai handuk putih tipis. “Nanti kuperbaiki. Mandi di kamar mandi itu saja.”

“Tidak mau,” tolak Rose tegas. Tangannya masih memegangi handuk, rambutnya diikat membentuk bun, menampilkan leher jenjang yang kelihatan pucat dan bersih.

“Kalau begitu pakai bajumu. Aku mau mengiris lobaknya dulu,” kata Jaehyun berusaha menjaga kestabilan suara yang hampir pecah.

“Bajunya sudah dimasukan ke keranjang cucian. Tanganku juga basah, aku tidak bisa memilih baju lain. Cepat cek dulu, kau bisa memotong lobaknya nanti!” Rose meraih tangan Jaehyun, tidak menyadari jika kekasihnya hanya berusaha mendistraksi diri.

Dengan langkah tegap ia berjalan menuju kamar Rose, sedikit terlalu terburu-buru sehingga perempuan di belakangnya merasa perlu untuk mempercepat langkah dan meraih tangannya. Rose tersenyum saat Jaehyun menoleh. Lalu merapatkan tubuh, membuat jantung kekasihnya berdegup kencang.

“Tunggu sebentar,” kata Jaehyun seraya menarik tangannya. Ia berjongkok untuk mengamati keran, memutarnya ke kanan, lalu melengguh karena airnya tidak keluar. “Kerannya harus diganti. Saluran airnya sedikit mampet, kalau dibiarkan bisa rusak dan merembet ke saluran air yang lain. Apartemenmu bagus, tapi kau jarang mengeceknya sehingga banyak peralatan rusak yang baru ketahuan sekarang. Ini harus diperbaiki oleh tukang reparasi. Aku bisa sih memperbaikinya sedikit, setidaknya bisa dipakai untuk dua atau tiga hari ke depan, tapi tidak ada alat yang bisa kugunakan di sini. Jadi panggil tukang reparasi saja. Lebih aman dan terpercaya juga.” Jaehyun berhenti kemudian mengamati Rose yang berdiri di dekatnya. Lalu ia menambahkan, “Tapi tidak sekarang. Kau harus pakai baju dulu.”

“Apa ini benar-benar rusak? Tuan Ahn bilang garansinya sampai lima tahun. Tapi aku kan baru menggunakannya selama empat tahun. Apa aku terlalu kasar saat mengguna—shit!” Rose mengakhiri protesnya dengan umpatan. Matanya spontan melirik Jaehyun yang masih berjongkok, kelihatan kesal saat air tiba-tiba keluar dan membasahi keduanya. “Maaf...”

“Tidak masalah. Cuma basah sedikit,” Jaehyun berdiri kemudian mematikan keran dengan cepat sebelum mengamati dirinya dan berkata, “atau mungkin tidak. Aku basah kuyup. Sial.”

Winter Spring ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang