Sebenernya aku udah lumayan sering deh nulis Jaerose nikahan—BIIL dan Rosé contohnya. But each stories always give different vibe; so does Winter Spring.
So here I wish you guys can enjoy this part as well. Since I do not usually check the previous stories so I can keep the originality and plot for this story. Supaya nggak terpengaruh aja gitu. Hehehe... Selamat membaca pokoknya. Hope you like it ^^
❄
❄
❄“In all the world, there is no heart for me like yours. In all the world, there is no love for you like mine.”
—Maya Angelou—Ini semua masih terasa seperti mimpi. Berulang kali Jaehyun mencubit punggung tangannya sendiri sebatas memastikan jika hari ini memang terjadi. Ia dan Rose akan menikah—hari ini mereka akan bertukar janji di hadapan beberapa orang paling berarti. Hanya ada dua puluh tamu yang menghadiri pernikahan mereka. Enam di antaranya termasuk kedua orang tua Eunwoo, Dokter Shin dan istri, Kepala Pelayan Jo yang selalu setia melayani Rose, serta Junghyuk yang secara khusus Jaehyun undang karena dinamika hubungan mereka yang sangat baik. Lagipula dia tidak bisa menyertakan seorang anak yang tidak berdosa ke dalam masalahnya dengan Tuan Park.
Ada satu tradisi yang sebenarnya tidak Jaehyun percaya tapi tetap dia lakukan atas desakan ketiga adik dan sahabatnya: tidak boleh melihat pengantin wanita dengan gaunnya sebelum hari pernikahan. Minjeong bilang itu akan mendatangkan hal buruk; sementara Si Kembar dan Eunwoo beranggapan jika melihatnya saat hari pernikahan akan menjadi kejutan yang sangat baik sehingga mereka menganjurkan agar Jaehyun tetap menunggu dan bersabar. Bahkan Jungwoo yang sempat menangis karena dirinya akan menikah juga setuju dengan pendapat keempat orang itu.
Jaehyun juga menikmati sensasi berdebar yang tercipta saat menunggu Rose muncul di ujung altar. Kekasihnya—segera dia akan memanggilnya istri—akan diantar oleh Presdir Park menapaki altar sebelum bertukar janji pernikahan. Kurang dari lima menit lagi Jaehyun akan melihat Rose; dan dia merasa yakin kalau air mata akan jatuh tepat ketika perempuan itu muncul di ujung sana. Bahkan saat ini pun sensasi panas sudah mulai merongrong di belakang matanya.
“Kau agak gugup, kawan?” Eunwoo yang berdiri di sampingnya menyikut siku.
“Tentu saja aku gugup. Sangat gugup malahan. Aku akan menikah,” sahut Jaehyun setengah berbisik. Dia merasa jika debar jantungnya menjadi semakin keras seiring berjalannya waktu. Darahnya berdesir lembut—memberikan sensasi dingin dan tercekat.
“Kontrol ekspresi wajahmu. Jangan menangis berlebihan,” bisik Eunwoo lagi.
“Kuharap aku bisa,” tukas Jaehyun tanpa sedikitpun menatap Eunwoo. Tatapannya selalu tertuju ke depan. “Apa dia sangat cantik?”
“Rose?” Eunwoo menunggu sampai Jaehyun mengangguk—meskipun dia sudah tahu siapa yang kawannya maksud. “Dia sudah cantik, tapi dalam balutan gaun pengantin, bahkan sangat cantik saja tidak bisa mendeskripsikan sosoknya.”
“Kurasa aku akan menangis.”
“Kurasa juga begitu.”
Jaehyun sengaja meminta sahabatnya untuk menjadi pendamping mempelai pria—merasa lebih nyaman seperti itu ketimbang meminta salah satu adiknya karena mereka bisa menangis kapan saja. Si Kembar sebenarnya agak sensitif; terutama dengan hal-hal yang berhubungan dengan keluarga mereka. Bahkan sebelum upacara pernikahan dimulai, di ruang tunggu, keduanya menangis karena merasa sangat terharu. Bahkan Jeno yang biasanya lebih kuat juga menangis—mengabaikan ejekan dari Karina yang datang sebagai pendampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fanfic[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...