Halo, kita udah barengan lama banget, I'm so grateful for having you guys. This chapter is sweet but not that sweet, hopefully you will like it ^^
❄
❄
❄“He’s more myself than I am. Whatever our souls are made of, his and mine are the same.”
—Emily Brontë—Menikah dengan Jaehyun memang selalu ada dalam daftar harapan Rose. Tapi hingga saat ini, meskipun mereka sudah menikah selama dua minggu, ia masih tidak menyangka jika harapannya benar-benar terwujud. Kehidupan pernikahan memang tidak melulu diisi oleh hal-hal yang menyenangkan dan sesuai dengan keinginannya. Ada kalanya dia dan Jaehyun berseteru karena masalah kecil; seperti tidak langsung mencuci piring kotor atau tidak mengerjakan pekerjaan rumah masing-masing. Mereka juga berseteru karena beberapa hal yang berkaitan dengan Byeol—seperti menentukan nama atau tempatnya bersekolah kelak. Rose punya sangat banyak topik untuk dibicarakan atau diributkan; akhir-akhir ini dia memang selalu penuh semangat.
Selain hal-hal sepele seperti itu, Rose juga senang memprovokasi Jaehyun dengan hal lain. Salah satunya adalah membuat sang suami cemburu. Namun sayangnya, Jaehyun tidak mudah dibuat cemburu, ketenangan dan rasionalitasnya selalu mencegah pria itu membuat spekulasi yang kurang perlu. Ketika Rose dengan sengaja membicarakan pria lain, Jaehyun hanya akan mendengarkan, tidak menunjukkan setitikpun kecemburuan di wajahnya yang tampan. Reaksinya membuat Rose bertanya-tanya: Bagaimana bisa dia setenang itu padahal aku selalu kepanasan hanya karena melihatnya tersenyum pada kasir di minimarket? Rose tidak memahami sikap tenang Jaehyun.
Oleh karena itu dia memilih berhenti dan bersikap seperti biasa. Membuat Jaehyun cemburu adalah salah satu kemustahilan yang sulit diwujudkan—Rose tidak mau membuat dirinya dan Byeol lelah. Lagipula ada lebih banyak hal positif yang bisa dilakukan—salah satunya adalah mengajak Jaehyun keluar saat pagi buta di tengah bulan madu mereka di Italia. Rose akan membuat enam minggu yang mereka habiskan di Eropa ini penuh makna. Lagipula dokter mengatakan kalau kondisi kandungannya sangat sehat dan kuat; mereka dapat mengunjungi beberapa negara tanpa kekhawatiran berlebih. Ini juga jadi liburan pertama yang mereka habiskan bersama; selain itu Jaehyun pun tidak pernah mengunjungi negara-negara Eropa untuk berlibur sebelumnya—dia hanya ke luar negeri untuk bekerja. Atas dasar itu pula Rose ingin menciptakan kenangan terbaik untuk suaminya dan Byeol.
“Jaehyun, aku mau melihat matahari terbit,” ulangnya setengah berbisik. Bibirnya mengecup pipi Jaehyun—sebelum menggoncang tubuhnya saat kembali berujar, “Ayolah, aku dan Byeol mau jalan-jalan keluar! Ini sudah hari kedua, aku mau melihat laut dan jalan-jalan di Positano. Setelah itu kita beli pizza, bruschetta, gelato, dan makanan lain. Aduh, membicarakannya membuatku lapar.”
Dengan berat hati Jaehyun memaksa dirinya bangun. Tatapannya terarah ke jam weker yang ditaruh di atas meja—masih pukul tiga dini hari—membuatnya menyipitkan mata saat menanggapi Rose yang mulai merajuk. “Lima belas menit lagi. Langitnya masih gelap. Selain itu kau juga tidak boleh terlalu capek, nanti sakit.”
“Aku mau lihat matahari terbit di pantai,” kata Rose masih merajuk. Ia duduk di samping Jaehyun dengan kedua kaki dilipat; suaminya bahkan tidak memuji penampilannya. Padahal Rose sudah mandi dan berdandan dengan cantik. Tangannya kembali mengguncang tubuh Jaehyun—membuatnya lebih sadar. “Ayolah, mumpung kita bisa berbulan madu ke tempat yang jauh, setidaknya antar aku lihat matahari terbit. Sayang, ayo cepat bangun!”
Dengan berat hati Jaehyun memaksa tubuh dan jiwanya untuk bangkit—berjalan dengan langkah lunglai memasuki kamar mandi selama beberapa menit. Jaehyun tidak bisa menyetir jika rasa kantuknya masih menghantui—ia juga tidak mau membiarkan Rose menyetir karena istrinya itu agak ceroboh dan terlalu bersemangat. Semangat berlebihan tidak selalu mendatangkan kebaikan—terutama semangat yang hanya datang seperti kobaran api yang menggebu. Sehingga dengan penuh keterpaksaan, Jaehyun memilih untuk mandi dan membuat kesadaran bangun seutuhnya. Tubuhnya hanya menggigil sejenak, tapi setelah itu, dia merasa lebih baik karena kantuk yang membayangi sudah benar-benar pergi. Jaehyun hanya perlu beberapa menit untuk mengecek kembali barang yang mungkin Rose lupakan: lotion dan argan oil.
![](https://img.wattpad.com/cover/258957519-288-k245597.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fanfiction[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...