Hello, sorry for keeping you on wait.
Beberapa dari kalian ada yang penasaran sama cara mereka jadi deket dan jadian. Nothing special, seriously. But here I gave you some details. Ehehehe... Selamat membaca~
❄
❄
❄“We don’t even ask happiness, just a little less pain.”
—Charles Bukowski—Hari ini pun dia datang lagi. Di tangannya hanya ada dua barang: roti cokelat dan roti kacang merah. Gadis itu tidak pernah membeli banyak barang, tapi dia rutin belanja, bahkan bisa sehari tiga kali. Penampilan berkelas dan cara bicara yang khas membuat Jaehyun hampir tidak mungkin melupakan gadis yang dibantunya sekitar dua bulan lalu itu begitu saja. Park Rose; gadis ini selalu belanja di minimarket tempatnya bekerja bahkan selalu menyapa jika kebetulan berpapasan di kampus. Jaehyun selalu menghindar dengan berpura-pura seolah mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Lagipula mereka memang tidak saling mengenal. Mereka hanya kebetulan sering bertemu di minimarket karena gadis itu selalu membeli beberapa barang dan obat lambung. Bahkan Jaehyun mengingat barang yang Park Rose beli hampir tanpa kecuali. Ingatan yang kuat ditambah pola belanja yang terus terulang agaknya membuat Jaehyun sangat terbiasa dengan gadis satu itu.
“Untukmu. Terima kasih karena sudah jadi pelanggan tetap di sini,” kata Jaehyun sambil menambahkan susu almond ke dalam belanjaan Rose. Sorot matanya berpindah ke atas roti, menunjuk dengan singkat saat menambahkan, “Kau akan tersedak kalau makan roti tanpa minum apapun.”
“Oh,” tatapan Rose hanya terpatri pada Jaehyun—sedikit mengerjap saat melihat pemuda itu menatapnya balik dengan sorot misterius yang membuat jantungnya berdebar. Tangannya merogoh saku, mengeluarkan selembar surat sebelum pergi setelah menambahkan sebaris senyum serta tiga lembar uang lima puluh ribu won.
“Tunggu!” Jaehyun berusaha meraih tangannya, tapi ia tidak cukup cepat. Selain itu meja kasir juga menghalangi gerakannya, membuat pemuda itu kehilangan gadis berambut pirang yang kembali membayar dalam jumlah terlalu banyak itu begitu saja.
Jaehyun mengusak rambut. Ekor matanya melihat surat berbungkus amplop merah muda sebelum berpindah pada tiga lembar uang lima puluh ribu won yang dibayarkan Rose. Tangannya dengan cepat membawanya ke dalam saku dan memasukan uang senilai belanjaan gadis itu ke dalam kotak kasir. Entah sudah berapa kali Jaehyun melakukan ini; uang ekstra yang dibayarkan Rose tetap ia simpan dan akan dikembalikan jika dirinya punya lebih banyak waktu senggang. Akhir-akhir ini jadwalnya sangat padat, membuatnya kelewat lelah sehingga tidak bisa meluangkan waktu untuk perempuan yang hanya ia ketahui namanya.
Tapi, seolah sistem waktu di dunia yang sempit sudah memutuskan sendiri takdirnya, kali ini ia kembali bertemu dengan Park Rose di tempat yang tidak pernah ia duga sebelumnya: tepian jembatan di dekat Sungai Han. Jaehyun hanya berdiri kaku saat melihat perempuan itu berdiri dengan muka lesu. Sekali lagi tatapan mereka bertemu, saling memandang dalam balutan emosi yang membuat Jaehyun berteriak kalut.
“HEI! APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN? MENJAUH DARI SITU!” Jaehyun setengah terpekik. Ia segera menarik tubuh kurus di depannya—membiarkan motor milik restoran Tiongkok tempatnya bekerja terparkir sendirian di tepi jalan. Tangannya masih melingkar di tubuh Rose, tanpa sadar terus memeluknya sejak beberapa saat yang lalu. “Tubuhmu dingin sekali.”
“Bisa peluk aku lebih erat? Aku sangat kedinginan,” gumam Rose pelan.
Alih-alih terus memeluknya, Jaehyun memilih membuka jaket yang ia kenakan dan memasangkannya di tubuh Rose. Ia menggenggam kedua tangan perempuan itu setelah melepas sarung tangannya yang agak kumal. Sorot matanya menjadi lebih lembut saat melihat Rose menitikkan air mata dengan kepala tunduk. Tidak ada pertanyaan; hanya ada isak frustasi bercampur deru angin yang menyapu ujung telinga keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...