Aku tepat janji kan, balik laginya cepet. Hehehe
Feel free to leave you comments and love here. Selamat membaca~
❄
❄
❄“Pregnancy is the only time when you can do nothing at all and still be productive.”
—Evan Esar—Pagi ini cuaca cerah, tapi Rose tetap enggan keluar dari rumah karena perasaan mual yang mendera. Trimester pertama memang dianggap sebagai masa paling penting—sekaligus paling sulit. Rose sepertinya agak kewalahan dengan beragam reaksi yang ditimbulkan oleh kehamilan pertamanya; membuatnya menjadi ekstra manja dan agak terlalu sensitif. Ia bahkan akan menangis hanya karena ditinggalkan selama beberapa menit oleh Jaehyun. Pria itu tidak pergi kemanapun, hanya pergi ke toilet bawah atau mengecek keadaan Minjeong saat adiknya itu ada di rumah, lagipula ia tidak cukup tega meninggalkan kekasihnya sendirian. Bahkan Jaehyun akan bekerja tepat di samping Rose; jaga-jaga barangkali dia mempunyai permintaan yang aneh-aneh.
Menjadi seorang ayah ternyata sangat melelahkan—jauh lebih melelahkan dari yang Jaehyun bayangkan sebelumnya. Tentu saja mengurus kekasih yang sedang hamil akan berbeda dengan mengurus ketiga adik yang sudah besar dan cukup mandiri. Berbeda dengan Rose, ketiga adiknya tidak punya banyak permintaan. Ada sangat banyak hal yang Rose inginkan dan sebagian besar bahkan hanya bersifat selama beberapa saat. Menurut Ibu Eunwoo, perempuan hamil memang seperti itu. Mereka ingin dimanjakan pasangan secara penuh—bahkan dulu Ibu Eunwoo juga seperti itu. Wanita itu memintanya melakukan yang terbaik, tidak mesti segalanya, sebab jika Jaehyun bersikukuh untuk memenuhi semua permintaan Rose dengan dalih ingin jadi pasangan siaga, maka hal itu hanya akan membuatnya kelelahan.
Jaehyun memahami semua yang dikatakan Ibu Eunwoo, ia juga berusaha melakukan sebagaimana yang disarankan. Akan tetapi, tiap kali dirinya ingin beristirahat selama sejenak, Rose akan selalu datang dengan setumpuk permintaan. Ia tidak bisa menolak, tentu saja, karena hal itu dapat membuat Rose sedih. Ia bisa beristirahat kapan saja—seperti saat Rose tidur dengan pulas—tapi wanita itu mungkin tidak bisa menunggu. Lagipula dia yang membuat Rose hamil seperti itu; tentu aja dia juga harus ikut berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan bayi mereka.
“Jaehyun, sepertinya aku mau makan pizza yang pinggirannya agak gosong,” cetus Rose begitu saja.
Mereka sedang duduk di ruang tengah—menonton acara Cocomelon karena Rose menginginkannya. Preferensi tontonannya jadi lebih ramah anak dan keluarga. Perubahan yang cukup mengejutkan.
“Pizza gosong?” tanya Jaehyun dengan kening berkerut—ia sedang melukis sambil mendengarkan ocehan Rose yang kadang dituturkan dalam tempo kelewat cepat.
“Pizza yang agak gosong, sayangku. Kita bisa memesannya,” saran Rose kedengaran kurang masuk akal.
Tangan Jaehyun berhenti bergerak, lalu ia melongokkan kepala dari balik kanvas. “Mau kubuatkan saja?”
“Tidak usah, nanti kau lelah,” tolak Rose dari balik sofa.
“Kalau pesan nanti akan lama. Kecuali kalau mau rasa yang lebih otentik, mungkin sebaiknya memang memesan. Tapi jangan makan pizza gosong, tidak terlalu baik, nanti malah muntah-muntah. Tunggu sebentar, aku pesan dulu.” Jaehyun memesan lewat ponselnya—lalu kembali melukis setelah pesanannya dikonfirmasi penjual.
“Sayang?” panggil Rose masih dari tempat semula.
“Hm?”
“Bayi kita mau kau memeluk dan menciumku sekarang juga.”
![](https://img.wattpad.com/cover/258957519-288-k245597.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fanfiction[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...