Chapter Forty Nine

1.6K 229 34
                                    

Heyaa, kangen Winter Spring?

Setelah kesel sama Jaehyun di ISP, silahkan berbaper ria dengan this green flag Jaehyun that always treats his woman right~

Chapter ini pendek tapi bisa banget kok bikin kalian gemes. Ehehehe... selamat membaca ^^



“One day you will do things for me that you hate. That is what it means to be family.”
—Jonathan Safran Foer—

Bunyi klontang tercipta saat Rose menjatuhkan pisau secara tak sengaja. Jaehyun melihat wanita itu berlari ke kamar mandi tanpa sempat mengambil kembali pisau yang terjatuh ke atas lantai. Dengan cepat ia memungut pisau itu dan menyimpannya ke dalam wastafel. Ia masih menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sandwich saat mendengar suara rengekan yang datang semakin dekat. Rose menjatuhkan keningnya di atas punggung Jaehyun, memeluknya dengan erat sebelum memuntahkan beberapa keluhan rutin.

“Mual,” cetus Rose kedengaran sangat manja.

“Apa yang kau makan tadi malam?” Jaehyun merespon dengan pertanyaan.

“Well, I had you all over me then we do this and that until our body sore,” katanya diiringi seringai yang membuat tawa kecil Jaehyun terdengar.

“Sorry for that,” ucap Jaehyun sambil berbalik dan mengecup bibir kekasihnya.

Jaehyun berniat memagut bibir Rose saat tangan wanita itu mendorongnya dengan tiba-tiba karena dorongan untuk memuntahkan sisa sarapannya kembali muncul. Kali ini ia hampir memuntahi celemek cokelatnya, tidak sempat minta maaf karena rasa mualnya malah semakin menjadi-jadi. Pekerjaan di kantornya pasti membuat Rose sangat lelah dan stres.

Raut wajah Jaehyun berubah suram—ia mengkhawatirkan keadaan kekasihnya. Rose kelihatan lebih pucat dan lelah; bahkan ada beberapa kesempatan di mana dia tidak mau makan sama sekali karena mual. Selama empat hari terakhir, meskipun Jaehyun sudah merawatnya sebaik yang dia bisa, keadaan Rose tetap tidak kunjung membaik. Kekasihnya itu malah jadi lebih manja dan sangat emosinal—dia akan menangis hanya karena melihat semut yang terpisah dari kawanan.

“Apa seburuk itu?” tanya Jaehyun sambil mengurut punggung Rose yang masih merunduk dan muntah-muntah. Sorot matanya dipenuhi kekhawatiran terpendam.

Rose menggeleng. “Hanya masuk angin. AC di ruanganku agak terlalu dingin. Aku juga sangat lelah karena terlalu banyak bekerja. Ah, sayang, aku mau selalu bersamamu. Tidak ada yang merawatku di kantor. Sekretaris Kwon agak sulit dimintai bantuan dan dia selalu pulang tepat pukul tujuh. Kurasa dia punya pacar, gelagatnya agak mencurigakan.”

“Kenapa kau malah membicarakan Nona Kwon?” Jaehyun jelas tidak tertarik dengan cerita tentang kehidupan romansa Sekretaris Kwon karena dia sering mendengarnya dari Doyoung. Saat ini yang paling penting adalah kesehatan Rose—wanita cantik ini masih bisa tersenyum meskipun kelihatan sangat kepayahan dengan kondisi tubuhnya.

“Dia menyenangkan untuk digoda,” katanya diikuti kekeh ringan. “Meskipun tidak semenyenangkan dirimu.”

Tangan Jaehyun terulur untuk menekan ulu hati Rose—membuatnya meringis kesakitan. Pria itu hanya mengulas senyum saat menerima setumpuk protes dari kekasihnya yang bawel. “Kau harus ke dokter, asam lambungmu naik.”

Winter Spring ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang