Chapter Ten

2.8K 361 140
                                    

Hai... ketemu lagi ya kita 🙂

Chapter ini dipenuhi bestfriend thing yang ngebuat kita mengharapkan temen kayak Eunwoo. Selamat membaca, jangan lupa voment 😚😚😚



“Two things you will never have to chase: True friends & true love.”
—Mandy Hale—

Hari ini cerah. Rumah Keluarga Jung tampak lebih penuh daripada biasanya. Adik-adik Jaehyun mengucapkan selamat ulang tahun secara berbarengan dan menembakkan konfeti ke wajahnya. Itu tidak sakit. Kecuali yang diberikan Eunwoo. Tembakan darinya seperti mengandung sedikit dendam tertahan. Jaehyun memejamkan mata, sebelum melayangkan tatapan tajam pada sahabatnya.

“Selamat ulang tahun Kak Jaehyun!” Jeno jadi yang pertama mengucapkan—hampir tiap tahun karena dia tidak suka jadi yang kedua. Ia menarik Jaehyun untuk duduk di antara dirinya dan Jaemin sebelum menyodorkan kotak kecil dibungkus kertas berwarna kuning cerah. Pilihan warnanya kurang bagus, tapi hadiah yang dia berikan biasanya selalu bisa Jaehyun gunakan.

“Terima kasih Jeno. Boleh kubuka?” tanya Jaehyun sembari mengulas senyum cerah. Mereka berada di ruang tengah—agak sempit karena ruangan itu kecil.

Jeno mengangguk. Matanya terpejam tiap kali ia mengulas senyum kelewat lebar. “Tentu. Tapi itu bukan hadiah yang mahal.”

“Jangan khawatir,” timpal Eunwoo, “kakak kalian sudah dapat hadiah mahal dari pacarnya. Lihat saja jam baru itu. Harganya bisa mencukupi biaya hidup sampai bertahun-tahun.”

“Kau iri?” tanya Minjeong, ekspresinya kelihatan polos. Setelah memberikan hadiah pada Jaehyun, dia mengatakan, “Maaf karena aku tidak sekaya Kak Rose. Kalau aku sudah punya banyak uang, akan kubelikan hadiah mahal untukmu. Asal kau bersedia jadi pacarku.”

“Tidak usah, terima kasih,” tolak Eunwoo cepat. Dia lebih suka tidak mendapat apapun daripada diikat dengan cara seperti itu oleh Minjeong.

Melihat penolakan lain yang dilontarkan Eunwoo pada Minjeong membuat tawa Jaemin meledak. Pemuda itu tertawa terpingkal—seperti sengaja membuat Minjeong semakin kesal. Tawa Jaemin terhenti karena dia tersedak napasnya sendiri. Kali ini giliran Minjeong yang tertawa. Gadis itu sangat percaya kalau karma memang nyata.

“Ini hadiah dariku,” kata Jaemin. Dia berdehem, membersihkan tenggorokannya dari dahak yang menganggu.

“Biasanya kau tidak pernah repot-repot membungkus. Apa ada sesuatu yang sangat spesial di balik kotak ini?” Jaehyun mengamati hadiah dari Jaemin. Ia hampir membukanya saat Jaemin berteriak—menahan niat Jaehyun dan membuat semua orang kebingungan. “Ini benar-benar sangat spesial? Aku bahkan tidak boleh mengintipnya?”

Jaemin memberikan anggukan. Wajahnya sedikit merona, membuat orang dengan tingkat kepekaan tinggi seperti Eunwoo mengeryitkan alis curiga. “Itu akan berguna untukmu. Maksudku, kau memasuki fase yang kukira tak akan pernah kau masuki. Pokoknya itu akan berguna dan harganya lumayan mahal. Sebaiknya kau memberiku hadiah yang lebih bagus saat ulang tahunku nanti. Lebih bagus dari hadiah untuk Jeno. Ugh, bisa tidak sih kita tidak lahir di tanggal yang sama?”

“Itu di luar kehendakku, sialan.” Jeno berdecak sebal. “Kalau bisa memilih, aku juga tak mau punya saudara kembar yang bodoh, ceroboh, tidak pengertian, tidak pe—”

Kalimat Jeno terputus karena Jaemin melempar kaos kaki ke wajahnya, membuat Jeno menutup muka, berusaha tidak marah karena itu hanya akan membuat tenaganya terbuang percuma. Jeno sangat suka mengefektifkan waktu dan tenaga. Dia mirip Jaehyun. Kecuali pada bagian tidak terlalu gila kerja dan tidak terlalu takut wanita. Bahkan kemampuan komunikasi Jeno dengan perempuan berada sedikit di atas Jaemin yang selalu kikuk dan sibuk mencari alasan untuk menghindari mereka.

Winter Spring ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang