Helo, I just think you might see rainbow in few chapters ahead. Just wait for it, the storm hasn't ended yet :'
Please leave some comments ya, it helps a lot ^^
❄
❄
❄“The negative feelings of anger, bitterness, guilt, regret, resentment, and sadness represent a failure of a person to accept that the past is an event that holds no power over the present. The thought that the future will bring salvation is an illusion. We must exist in the present.”
—Kilroy J. Oldster—Tangan mungil itu kembali merogoh saku, mengeluarkan satu batang rokok, kemudian menyematkannya di antara bibir penuh berbalut lipstick. Asap mengepul saat ujung rokok dinyalakan, membakar tembakau kering yang membumbung memanjat langit malam. Biasanya Minjeong selalu menunggu salah satu kakaknya atau Eunwoo menjemput di depan gedung barat departemen Police Science, sengaja memilih tempat yang cukup ramai untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Tapi ia cukup sering membuat pengecualian. Seperti malam ini, Minjeong sengaja menunggu di atas jembatan kecil di atas kolam ikan karena ingin merokok. Gedung utama merupakan wilayah bebas asap rokok; sengaja merokok di sana sama saja dengan cari mati.
Minjeong tidak merokok setiap hari; hanya pada momen tertentu saat dirinya merasa ekstra stres dan bosan. Saat ini dia tengah merasakan keduanya, sehingga menghindari rokok hampir menyerupai sebuah ketidakmungkinan yang tidak bisa disingkirkan. Nikotin membantunya berpikir; bahkan perempuan berambut hitam sepunggung itu membeli nicotine patch karena lebih praktis. Pemakaian dalam dosis wajar masih diperbolehkan—Minjeong mengetahui batasannya dengan baik.
Ekor matanya bergerak ke samping saat rokok di tangannya diambil begitu saja, membuat mulutnya spontan melempar sumpah serapah pada pemuda yang selalu berada di sekitarnya. Jake hanya tertawa, menerima semua sumpah serapah hingga pukulan dari Minjeong tanpa komplain sedikitpun. Tangki kesabarannya pasti tidak punya batas. Pemuda itu sangat tabah.
“Kau bilang tidak akan merokok lagi,” kata Jake sambil mengisap rokok yang ia ambil dari Minjeong. Dari mulutnya mengepul asap panjang—mengundang sedikit kekesalan dari perempuan di sampingnya.
“Aku hanya bilang kalau tidak akan merokok saat merasa baik-baik saja,” terang Minjeong. Ia menyandarkan tubuhnya ke punggung Jake, memandang langit yang gelap tanpa bintang. “Lima ribu won.”
“Apa?” tanya Jake.
“Harga rokok yang kau ambil,” terang Minjeong datar.
“Aku memungut rokok sisa,” sahut Jake cepat. “Harganya tidak semahal itu.”
“Kau tetap harus membayar,” Minjeong bersikukuh.
“Sudah,” jawabnya santai.
Perempuan mungil itu menegakkan tubuhnya, mengamati Jake dengan saksama saat menuturkan, “Apa maksudnya sudah? Di dunia ini tidak ada yang gratis!”
“Aku memberimu kenyamanan, kau bersandar di punggungku. Anggap kita sedang melakukan barter,” jelasnya membuat Minjeong memberengut kesal. Jake hanya tertawa, lalu mematikan rokok sebelum menyandarkan kepala Minjeong ke pundaknya. “Mau kutraktir makan malam?”
“Tidak bisa malam ini,” kata Minjeong masih memasang ekspresi masam.
“Kenapa?” Jake mengerutkan dahi.
Minjeong memutar mata ketika mengatakan, “Aku sudah ada janji.”
“Dengan siapa?”
“Kak Eunwoo.”
![](https://img.wattpad.com/cover/258957519-288-k245597.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fanfiction[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...