Halo, udah lama banget ya sejak terakhir kali update Winter Spring. Sorry, I was so busy back then and I was afraid I cannot serve a good story to you all, hopefully all of you still remember the plot yaaa. Hehehe
Aku bakal lebih sering update, and for that, I need a little appreciation and affirmation from you all. Leave vote and comments ya. Selamat membaca ^^
❄
❄
❄“The real lover is the man who can thrill you by kissing your forehead or smiling into your eyes or just staring into space.”
—Marilyn Monroe—Two Weeks Later
Memahami Minjeong itu bukan pekerjaan yang sulit; termasuk membuatnya percaya jika Eunwoo tidak terlalu peduli pada perasaannya sama sekali. Pria itu tahu jika Minjeong selalu merasa sangat frustasi dengan sikap ‘santai’ yang kerap kali ia pertontonkan. Minjeong tidak pernah menyembunyikan terlalu banyak rahasia darinya dan sangat informatif; seperti memberitahukan jadwal datang bulannya pada Eunwoo sebagai bahan persiapan kalau-kalau emosinya tiba-tiba meledak saat berada di sekitar pria itu. Ia juga mengatakan kalau dirinya sama sekali belum pernah tidur dengan pria manapun sepanjang hidupnya. Dengan ekspresi datar dia akan mengatakan, ‘Kau tahu, aku belum pernah tidur dengan pria manapun,’ dan Eunwoo hanya akan menanggapi dengan sebuah tawa kecil dan pertanyaan ringan yang membuat Minjeong menggerutu.Eunwoo mengenal Minjeong sepanjang hidupnya. Gadis itu tumbuh di bawah asuhan keluarganya; bahkan ia juga turut mengasuh dengan telaten dan penuh perhatian. Sama seperti Jaehyun, ia menyayangi Minjeong selayaknya adik sendiri, dan ia selalu mengharapkan hal paling baik untuk gadis itu. Eunwoo tak ingin hal itu berubah; setidaknya itu yang berusaha ia tegaskan sebab dirinya menyukai kehidupan mereka saat ini. Selain itu, Jaehyun mungkin tidak akan senang dengan gagasan jika adik dan sahabatnya berkencan, bahkan sebagian dari dirinya pun menentang hal tersebut.
Ini bukan perihal ia mencintai dan tidak mencintai Minjeong sebagai seorang gadis; tapi lebih kepada keinginan pribadi untuk mencegah gadis itu tersakiti. Eunwoo tak bisa membayangkan Minjeong menangis karena ketidakmampuannya untuk memenuhi apa yang gadis itu inginkan; ia tidak seperti yang gadis itu bayangkan dalam dunia idealnya. Ada beberapa hal yang tidak bisa Eunwoo beritahukan pada Minjeong. Ia menyebutnya sebagai rahasia orang dewasa—menutup beberapa pintu sehingga Minjeong tidak bisa secara penuh menyelami hatinya.
Akan tetapi, terlepas dari pernyataan bahwa Eunwoo sama sekali tidak menyimpan perasaan apapun untuk Minjeong serta sikap acuh tak acuh yang berusaha ia tunjukkan, pria itu tetap akan datang sesegera mungkin tiap kali adik kawannya itu memintanya untuk datang menjemput. Seperti seorang kekasih yang bisa diandalkan, Eunwoo akan membuat Minjeong merasa tenang hanya dengan kehadirannya. Dan malam ini pun, ia melakukan hal serupa, membuat gadis itu meracaukan beberapa kalimat yang terdengar agak menghakimi.
“Tuan Eunwoo yang tampan dan baik hati, kukira kau tidak akan datang,” tutur Minjeong dari kursi di kedai soju pinggir jalan yang biasa ia datangi. Salah satu tangannya mengangkat gelas soju, menawari Eunwoo untuk duduk dan minum bersamanya.
“Berapa banyak yang kau minum?” tanya Eunwoo sambil mengambil gelas di tangan Minjeong. Telapak tangannya menyentuh kening gadis itu, sebelum duduk dan mengamati wajahnya lamat-lamat. “Kau lebih sadar dari yang kubayangkan.”
“Aku tidak gampang mabuk,” katanya diiringi senyum simpul.
Eunwoo menghitung botol kosong dengan telunjuknya. Totalnya ada empat; itu cukup banyak, apalagi jika menghitung fakta bahwa Minjeong bukan penggemar alkohol. “Kenapa? Tidak biasanya kau minum sebanyak ini. Kau bertengkar dengan kakakmu? Ah, apa yang terjadi selama dua minggu terakhir ini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fanfikce[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...