Chapter Fifty Four

1.3K 162 21
                                    

Heyaaa selamat bermalam minggu dan selamat membaca Winter Spring. Ehehehe

I lost my ability to make a proper intro so yeah, intinya selamat membaca ^^



“There is never a time or place for true love. It happens accidentally, in a heartbeat, in a single flashing, throbbing moment.”
—Sarah Dessen—

Sudah satu minggu sejak Rose kembali ke kantor dan bekerja. Kakeknya sengaja menyuruh Rose mengambil cuti, menjadikan kesehatan sebagai alasan, dan anehnya orang-orang termasuk Park Dojoon mempercayai alasan klasik seperti itu. Sepertinya Jaehyun benar, ada banyak orang polos dan mudah dikelabui di dunia ini. Oleh karena itu jika tidak mendesak, membohongi mereka tidak boleh dimasukkan ke dalam opsi utama; kecuali mengelabui Park Dojoon karena pria itu berbahaya.

Satu-satunya orang di kantor yang mengetahui tentang kehamilan Rose adalah Sekretaris Kwon. Ia tidak ingin menutup-nutupi fakta itu darinya, lagipula Sekretaris Kwon tidak seaduan dulu, dan ia juga bisa dijadikan sebagai teman mengobrol yang cukup menyenangkan. Selain itu Sekretaris Kwon juga pandai mencari informasi dan bisa diandalkan; Rose merasa jika dirinya sama sekali tak perlu mengkhawatirkan apapun selama di kantor karena wanita itu ada di sampingnya. Satu-satunya hal yang harus ia lakukan hanya bekerja—sambil menanyakan beberapa pertanyaan yang selalu dijawab dengan intonasi serius oleh sekretarisnya.

“Kalau pakai baju seperti ini, aku tidak kelihatan seperti sedang hamil, ya?” tanya Rose sambil mematut diri di depan kaca—ia sengaja memesan standing mirror sebelum kembali bekerja. Ia memegangi perut, melihatnya dari depan dan samping, lalu tersenyum puas. “Tapi kalau memegangnya seperti ini, meskipun terasa agak kecil karena masih 12 minggu, tapi baby bump-nya cukup terasa. Lihat aku Sekretaris Kwon, apa aku kelihatan seperti ibu hamil?”

“Anda belum banyak berubah, Direktur Park. Mungkin karena pemilihan pakaian dan tubuh anda memang sangat ramping, tapi saat ini anda sama sekali belum terlihat seperti ibu hamil,” jawab Sekretaris Kwon yang berdiri tepat beberapa langkah di belakannya. Kening wanita itu berkerut saat ia menerima tatapan memelas dari atasannya. Seolah diminta untuk mengecek penampilan Rose sekali lagi, ia pun melangkah maju, mengamatinya lamat-lamat, lalu berkata dengan ketenangan yang selalu terjaga. “Anda kelihatan sedikit berisi.”

“Tentu saja!” sahut Rose antusias. Ia membawa tangan Sekretaris Kwon untuk menyentuh perutnya, “Bayi kami sudah sebesar buah plum! Kau bisa merasakannya kan? Dia ada di sana, Sekretaris Kwon!  Sangat kecil dan sehat. Ah tidak, sebenarnya tidak sekecil itu, tapi saat siang hari bayi kami biasanya suka bersembunyi. Kau harus melihatku setiap pagi kalau mau melihat perbedaannya.”

“Ya, saya rasa begitu,” tutur Sekretaris Kwon dibarengi senyum lembut. Selama beberapa saat ia hanya berdiri sambil memegangi perut Rose, lalu berdehem pelan sebelum kembali menegakkan punggung dan mengikuti wanita itu kembali ke kursinya. “Apa anda mual, Direktur Park?”

“Oh, tidak, aku baik-baik saja. Hanya sedikit merindukan Jaehyun,” terang Rose, senyum lebar terselip di wajahnya yang berseri. Ia memutar kursinya, melihat ke luar gedung, lalu menghembuskan napas berat. Katanya tiba-tiba, “Jaehyun hampir tidak pernah membicarakan tentang pernikahan denganku. Em, sebenarnya dia pernah membicarakannya sekali, tapi karena aku tidak sengaja mengalihkan topik, dia jadi tidak pernah mengungkitnya lagi. Mungkin dia berpikir kalau aku membencinya.”

“Anda tidak mau menikah dengan Tuan Jung?” Sekretaris Kwon spontan bertanya.

“Tentu saja aku mau!” Rose langsung menyanggah. Ia kembali duduk dengan postur santai sementara tangannya mengusap perut dengan pelan. “Aku tidak mau Jaehyun menikahiku sebatas karena tanggung jawab. Maksudku, aku hamil, dan kami belum menikah. Ada sangat banyak pasangan yang menikah karena kehamilan tak terduga; dan banyak di antaranya berpisah setelah beberapa tahun menikah. Bahkan orang tuaku termasuk salah satu di antaranya; aku lahir di luar rencana mereka. Bukannya aku meragukan ketulusan Jaehyun, tapi aku hanya agak takut karena ini terlalu mendadak. Aku selalu mau jadi istrinya dan punya anak darinya, tapi aku tak mengira kalau salah satunya bakal terjadi secepat ini. Bahkan urusan dengan ayahku belum selesai. Aku khawatir kalau kehamilanku malah menambah beban untuk Jaehyun.”

Winter Spring ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang