Ehehehe, so this chapter will be a bit intense. Selamat membaca~
Leave some comments please, if it's not too much to ask ^^
❄
❄
❄“Beauty is not who you are on the outside, it is the wisdom and time you gave away to save another struggling soul like you.”
—Shannon L. Alder—Park Dojoon’s Residence
Friday: 19.00 KST
Panggilan dari kepolisian siang tadi hanya dia jawab dengan sebuah ‘ya’ singkat. Sore ini pun Park Dojoon tetap kelihatan penuh percaya diri dan tidak gentar oleh apapun. Ia merapihkan kemeja dan rompi di atasnya, lalu berjalan menuju ruang makan dengan langkah tegap. Para pekerja di rumahnya diminta untuk pergi—kemana saja asal tidak di rumah ini. Sekarang hanya ada dirinya dan Moon Hyejin yang mengenakan gaun merah panjang. Mereka duduk berseberangan tanpa sepiringpun makanan yang tersaji di atas meja. Selama beberapa detik tetap bungkam—membiarkan kesunyian menjadi perantara komunikasi paling nyata.“Apa maksudmu polisi akan datang kemari?” Hyejin mulai bicara dengan suara bergetar. Tatapan matanya berubah liar—menuntut jawaban dari pria yang punya ekspresi sedingin salju.
“Kau tidak sebodoh itu untuk memahami ucapanku, Hyejin. Kita tidak bicara menggunakan bahasa yang berbeda.” Hanya suara dan tatapan matanya saja sudah cukup untuk membuat ketenangan Hyejin pecah. Tuan Park mengambil ponsel yang diletakkan di saku celana, melihat nomor yang sebelumnya tidak pernah ia hubungi.
“Lakukan sesuatu! Kau bilang akan selalu melindungiku!” raung Hyejin layaknya orang yang kehilangan semua kewarasannya.
“Hanya saat kau berguna untukku,” ucap Tuan Park tanpa melirik istrinya sedikitpun. “Aku membiarkanmu tinggal di rumahku dengan anak yang tidak punya hubungan darah denganku, membiarkanmu memakai uang yang kukumpulkan dengan susah payah, bahkan membiarkanmu bertingkah layaknya seorang nyonya rumah. Kau terlena, Hyejin. Semua ini tidak kupersembahkan untukmu. Kau hanya menumpang dan menikmati dunia yang nantinya akan kuberikan untuk putriku. Sekarang lakukan apapun yang kau bisa sebagai ‘Nyonya Rumah’ sebelum semuanya terlambat.”
Hyejin tidak bisa memberikan respon apapun selain mengumpat dan meraung—melepaskan seluruh rasa frustasi yang menekan benaknya. Dia berdiri, melirik Park Dojoon, dan mengatakan ini sebelum pergi ke kamarnya. “Aku tidak akan pernah membiarkan polisi menangkapku dan menjadikanku kriminal. Moon Hyejin akan selalu menjadi nyonya sampai akhir. Aku tidak akan membiarkan siapapun merenggutnya dariku.”
Tuan Park menggaruk pelipis—menggoreskan senyum tipis saat mendengar ucapan Hyejin yang teguh meskipun sedikit konyol. Jika polisi bisa mengendus perbuatannya, maka wanita itu pun akan ikut membusuk bersamanya di penjara. Kecuali Hyejin membunuh dirinya sendiri, keinginan untuk hidup sebagai seorang ‘nyonya’ hanya akan menjadi angan-angan belaka. Hyejin tumbuh menjadi wanita serakah yang sulit diatur; Tuan Park lebih suka jika wanita itu disingkirkan dan penjara adalah tempat yang cukup sesuai dengannya. Ia sedang berbaik hati.
Sebenarnya, Park Dojoon sama sekali tak pernah membayangkan jika hari di mana dirinya dikalahkan oleh berandal kecil seperti Jaehyun akan tiba dalam waktu sedekat ini. Jaehyun akan melihat dirinya jatuh sambil menggenggam dunianya seperti seorang pencuri kelas kakap—pria muda itu memiliki putri tersayangnya dan itu sudah cukup untuk membuat Tuan Park terpuruk. Jung Jaehyun adalah penjahat yang sebenarnya. Jika Jaehyun tidak pernah ada, maka Rose tidak akan pernah berjalan berseberangan dengannya. Rose akan bisa hidup dalam aturan yang sudah dia buat dan tetapkan. Setidaknya itu yang Tuan Park pikirkan, bahkan hingga detik ini sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fanfiction[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...