Halo~
Chapter ini panjang banget, tapi kayaknya kalian bakalan suka. Jadi tinggalin vote dan comment okay? Selamat membaca~
❄
❄
❄“The real lover is the man who can thrill you by kissing your forehead or smiling into your eyes or just staring into space.”
—Marilyn Monroe—Jarum jam masih belum beranjak dari angka tujuh ketika Jaehyun yang saat itu sedang melukis dikejutkan oleh satu pekikan nyaring. Ia buru-buru menghampiri dan memeluk erat Rose yang menangis dengan ekspresi dipenuhi kengerian. Padahal tadi malam semuanya baik-baik saja, tapi kekasihnya selalu terbangun oleh mimpi buruk yang sama. Pandangannya turun untuk mengamati Rose yang masih menangis tersedu-sedu. Air mukanya yang keruh membuat Jaehyun menelan kembali rasa penasaran akan isi mimpi yang selalu menghantui kekasihnya itu.
“Jaehyun...,” suaranya serak, “... kau di sini rupanya.”
“Aku selalu di dekatmu, sayang. Jangan khawatir, tenangkan dirimu, semuanya baik-baik saja.” Jaehyun bicara dalam nada rendah yang dipenuhi perhatian. Tangannya yang kokoh menepuk-nepuk punggung Rose selembut mungkin—membuatnya lebih tenang.
“Aku melihatmu pergi,” ucap Rose di sela-sela isak tangisnya.
“Itu hanya mimpi, aku tidak akan pergi meninggalkanmu untuk alasan apapun. Hush... hush... tenangkan dirimu sayang, kau akan tersedak ingusmu sendiri.”
Rose mendongak, mengamati wajah Jaehyun yang kelihatan lebih segar, lalu kembali menggantungkan lengan di pundaknya. “Aku merasa lebih tenang sekarang. Sayangku... terima kasih karena selalu memelukku seperti ini.”
“Kau tidak harus mengatakan itu padaku. Aku akan selalu memelukmu Rosie. Sebentar, aku ambil minum dulu, kau pasti haus. Ah, apa kau butuh sweater atau jaket? Bisa kuambilkan sambil lewat,” ucap Jaehyun masih memeluk Rose. Ia baru beranjak saat wanita itu melepaskan pelukannya dan memandanginya dengan mata sayu.
“Tidak usah, lagipula bajuku sudah cukup tebal,” kata Rose diselipi senyum yang membuat hati kekasihnya sedikit lebih tenang.
Sambil membelai puncak kepala wanita itu, Jaehyun hanya mengatakan, “Baiklah.”
“I love you,” Rose mengucapkannya sambil membawa tangan Jaehyun ke pipi.
“No, I love you!” sahut Jaehyun tidak ingin kalah.
“I love you till infinity and beyond!” kali ini Rose bicara cukup keras.
Wanita itu tidak bisa merespon saat Jaehyun merunduk untuk mengecup bibir dan keningnya secara bergantian—sangat cepat dan manis. “You must be a smooth-talking thief to have stolen my heart with just those simple words. I can’t wait to spend the rest of our lives together. I possibly couldn’t say it enough, but I love you more than anything else, Rosie!”
“Ah Jaehyun, lihat siapa smooth-talking thief di sini. Kau membuat jantungku berdebar sangat kencang!” kata Rose sambil menutup muka. Ia mengatakan itu saat Jaehyun sudah melangkah keluar dari kamar, sengaja menutupi perasaan tersipu dan berdebar yang menerpanya bagai topan.
Rose mengedarkan pandangannya ke arah jendela—mengamati langit kelabu yang tampak suram. Bibirnya meloloskan lengguh pelan, ada beragam hal kembali berhamburan mengisi ruang kepala yang terasa semakin sempit, membuat Rose sangat pening. Tangannya spontan memegangi kepala—mengusak rambut pendek yang berantakan.
Hanya ada dua hal yang Rose takutkan: Sang Ayah dan kehilangan Jaehyun. Ia tahu betul jika hidup tanpa Jaehyun hanya akan mengubahnya menjadi seorang wanita tanpa gairah hidup—dunianya akan redup. Sekarang cahaya yang menerangi hidupnya telah kembali, membuat Rose perlahan bangkit dan membangun harapan baru. Hanya saja bayang-bayang Sang Ayah yang kuat terus-menerus membuatnya tertekan. Rose merasakan kehadiran ayahnya di manapun; seolah Park Dojoon terus mengawasi pergerakannya dan akan kembali merenggut Jaehyun dari hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Spring ✔
Fanfiction[COMPLETED] He was the coldest winter who met his warmest spring. She was the most bitter spring who met her sweetest winter. The world knows that spring will never come beautifully without winter. Because winter and spring bond to each other, are...