53

9.9K 960 141
                                    

"One day with chenle"

"Ahahahha plis, alay banget"

Nara dan chenle kini menaiki mobil, entah tujuan mereka kemana yang pasti chenle akan membuat nara bahagia walau hanya sehari saja.

"Mau kemana kita?" Tanya nara, kemudian chenle menoleh.

"Kemana hayo? Tebak dong"

Nara memasang wajah berfikir "Ngga bisa, lu itu susah ditebak loh le. Apalagi kalo mau kemana gitu, susah banget. Karena kan lu bisa kemana aja"

Chenle tertawa, yang dikatakan nara itu tidak salah, itu benar kok. Dia bisa kemana saja yang dia mau.

"Kalo misal gue nyuruh lu buat nentuin tempatnya?" Tanya chenle.

"Emm, mungkin disini sini aja. Jangan jauh² deh nanti waktunya ngga bakal cukup, dan ini kan udah jam 2. Batas pulang kata kak yusril jam 10 malem"

"Yaudah, kita ke kebun teh" Ucap chenle.

"Punya siapa?" Tanya nara.

"Punya ku lah, punya siapa lagi?"

Nara hanya tertawa sedikit, memang orang disebelah ini selalu saja membuatnya terkejut dan terpukau.

Akan sangat beruntung bagi siapa saja yang akan mendapatkan chenle sebagai pasangan hidupnya.

"Ada dimana kebunnya?"

"Jauh, kalo kita pake mobil bakal sekitar 3 jam an"

Nara membuka matanya lebar² "ih kok jauh banget? Kebun teh kota sebelah itu?"

Chenle mengangguk "Iya, disini mah ngga ada"

"Terus kita kesana pake apa? Maksudnya biar singkat perjalanan nya"

"Kita naik helikopter"

"Apa!?"

Chenle tersenyum lagi "Kenapa? Kan lebih singkat nanti"

"Mendarat nya dimana?"

"Di rooftop kantor ayah, ada lapangan khusus mendarat helikopter"

Benar² rich sekali pemuda sultanaka chenle ini, hingga membuat Nara sampai tak bisa berkata kata. Bagi dirinya ini sangatlah tidak mungkin untuk dimiliki oleh siapa saja kecuali chenle.

"Ini kita beneran naik heli?" Tanya nara saat chenle masuk kedalam perkarangan rumahnya.

"Iyaa, kenapa? Takut ketinggian?"

"Ngga g-gitu Lee"

Chenle menoleh ke arah nara "Terus?"
Kemudian dia memberhentikan mobilnya.

"Cuma ya...."

"Takut?"

Nara mengangguk, sebenarnya dia takut apabila bertemu ayah chenle di perusahaan nanti.

Ya takut hanya pada umumnya, terlebih lagi kan dirinya menaiki helikopter milik keluarga mereka.

"Ngga usah takut, kan ada gue. Apapun yang terjadi gue bakal bikin lo ketawa seharian ini. Udah ayo turun"

Chenle menghentikan mobilnya dihalaman belakang, ternyata nara tak tau kalo jika ingin kebelakang rumah chenle, itu bisa menggunakan mobil. Karena yang dia tau pada umumnya. Jarang sekali rumah yang seperti itu.

"Kenapa tadi ngga berhenti didepan aja?"

Tangan chenle yang ingin melepaskan seatbelt otomatis berhenti, dan chenle agak sedikit tertawa.

"Ih kok ketawa?"

Dan ya chenle memandang nara
"Lu mana tau, jarak antara depan rumah ke sini nih, hampir 15 menit kalo jalan kaki. Yakin sanggup?"

Sange | Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang