52

9.7K 991 137
                                    

Tentu kalimat yang diberikan oleh beomgyu tadi sempat membuat Nara semangat, ya walau sedikit. Dan entah kenapa hari ini rasanya sangat² malas. Bahkan berjalanpun dirasa nara itu sangat tidak ada tenaga.

Kini Nara berjalan dengan beomgyu, tapi keduanya sama² diam tanpa ada yang ingin bicara.

Beomgyu memahami hal itu, melihat keadaan nara yang sangat sedih dan bahkan menurut beomgyu, nara menutup matanya yang bengkak menggunakan make up. Dan jarang sekali nara menggunakan make up. Jadi terlihat sangat jelas.

"Lu ngga papa?" Tanya beomgyu dan nara menoleh

"Iya ngapapa, kenapa emangnya?"

Beomgyu menggelengkan kepala "Ngga, cuma ya...."

Nara menatap penasaran beomgyu yang memenggal kalimatnya.

"Apa?"

Tapi beomgyu justru menggeleng kan kepala "Ngga deh"

Dan nara hanya mengangguk kan kepalanya, setelah itu nara sampai dikelasnya dan mengucapkan Terima kasih kepada beomgyu karena sudah menjemputnya.

Nara masuk kedalam kelas, keadaan sudah lumayan ramai bahkan temannya yeji dan yuna sudah datang.

"Naraaaaaaa" Panggil yeji yang langsung bangkit dari duduknya, berjalan menuju ke arah nara yang sedang memasuki kelas.

Begitu juga yuna, yang memasang wajah khawatir.

"Maaf ya ngga bisa nemenin pas lu lagi sulit" Omongan yeji mendapat anggukan setuju oleh yuna.

Nara mengangguk dia tahu pasti kakaknya, Jeno tak mengizinkan yeji untuk datang kerumah nya. Karena Jeno beranggapan lebih baik dirinya bersama soobin dari pada dua temannya ini.

"Ngomong² soobin kemana nar? Ngga berangkat?" Tanya yuna.

Kemudian Nara menoleh kearah bangku yang belakang , dimana soobin duduk dan benar saja kosong.

"Ngga tau, gue tadi bareng sama beomgyu. Gue kira soobin udah dateng, apa basket?"

Yeji menggelengkan kepala "Ngga mungkin, dia sekarang masih dalam masa pemulihan. Jadi ngga mungkin"

Terus kemana soobin berada?

"Oi Oi Pak suho dateng, ayoo duduk anjir"

Lalu anak kelas berhamburan untuk duduk ke tempat masing² , saat guru biologi itu mulai berjalan ke kelas mereka.




























































Jeno dan yang lainnya tak bersekolah, justru mereka berlima tengah dirumah renjun. Menikmati makan gratis, kapan lagi kalo kata haechan.

"Yang punya rumah mana dah?" Tanya haechan.

"Mana gue tau" Balas jisung

Mereka tengah berada diruang tamu, keadaan lumayan sibuk karena banyak orang yang berlalu lalang. Dan teman mereka yang akan menikah tak kunjung datang untuk menemui mereka semua.

"Haechannn kan ya? Oh ini juga Jeno? Jaemin, Jisung udah gede ya? Chenle makin banyak duitnya aja" Sapa mama renjun saat turun dari tangga.

Kemudian mereka berdua salim kepada mama renjun.

"Jisung mah yang gede cuma badannya tan, kelakuannya masih kek bocah" Balas Jeno

"Enak aja lu, boong tan jangan dengerin Jeno" Timpal jisung kesal, memang dirinya masih terlihat seperti bocah? Tidak kan?

"Renjun mana tan?" Tanya jaemin.

Mama renjun menggeleng "Ngga tau, anaknya ngga mau keluar kamar. Kemarin pas kamu main ngapapa kan can?"

"Ngapapa kok tan, cuma ya anaknya kek kaga punya semangat hidup" Balas haechan.

"Yaudah, nanti dia juga turun kok. Kalian nikmatin aja ya. Tante masih banyak urusan"

"Okee tan" Balas mereka serentak.

Kemudian mama renjun pergi meninggalkan mereka, dan chenle yang duduk tadi beranjak dan menaiki tangga.

"Mau kemana tuh anak?" Tanya jisung.

Jaemin mengisyaratkan untuk tidak mengikuti nya, karena dia tau chenle akan datang ke kamar renjun untuk berbicara empat mata.

Chenle sudah sampai didepan kamar renjun, dan dia mengetuknya. Tak ada jawaban. Kemudian dirinya masuk.

Dirinya dan renjun beradu pandang dengan wajah datar, kemudian renjun memalingkan wajahnya.

Perasaan kesal pun masih ada dihati chenle, dirinya berjalan untuk menghampiri renjun.

"Kenapa? Ntar gue kebawah. Disuruh nyamperin? Aelah" Kata renjun tanpa melihat kearah chenle.

Kenapa sekarang jadi dia yang kesal? Seharusnya dirinya yang masih sangat² kesal sekarang.

"Siapa juga yang mau nyamperin elu, gue cuma mau bilang bebera—"

"Gue ngga butuh, kalo lu mau sama nara. Silahkan aja, dia bukan lagi hak gue. Dan lu ta—"

"Lu bisa ngga sih, ngga usah motong omongan orang kalo belom selesai?"

"Lu juga motong omongan gue, jadi? Sama kan?"

Chenle menghela nafas, diantara mereka berdua memang tak ingin ada yang mengalah. Mereka sama sama egois, sama sama dengan pendirian masing²

"Kenapa? Bener kan gue?" Lanjut renjun.

"Ya terus apa? Lu bisa ngga sih, ngga usah boongin perasaan lu? Apa otak lu emang gila banget? Dengan mudah bilang mau tanggung jawab PADAHAL JELAS - JELAS RYUJIN ITU NGGA MUNGKIN HAMIL!"

Renjun hanya diam, dia itu tidak tau mana yang benar dan mana yang berbohong. Menurut yang dia lihat itu terlihat sama saja dimatanya.

"Atas dasar apa lu bilang kalo dia ngga hamil?"

"Lu beneran gila ya, coba lu ajakin dia ke dokter dan—"

"Gue tau lu benci banget sama ryujin yang dateng saat gue sama nara barengan, tapi gue ngga percaya kalo dia boong sama kehamilannya!"

"Bego ren, LU BEGO BANGET!!"

Chenle jengah sendiri memberikan nasihat kepada sahabatnya ini.

"ARGHH! Gara² lu, nara nangis sedih sakit hati bahkan untuk kedua kalinya dia sakit ren! Lu lu bisa mikir!? Cowo mana yang kaga ikut sakit saat cewe yang dia suka disakitin terus!! Dan lu tau? Cuma elu yang dia mau! Dia ngga mau sama gue, atau soobin bahkan beomgyu"

"Dia itu cuma mau sama lo, sampai detik ini. Bahkan dia juga mikirin lo terus"

"Ya terus gue harus apa, gue bisa apa le? Gue tanya gue harus apa sekarang!" Balas renjun yang ikut terlarut kesedihan dan kemarahan seperti chenle.

"Semuanya belum terlambat bego, kalo lu bisa bikin keputusan bijak. Maka akad yang bakal lu laksanain di masjid istiqlal, ngga akan terjadi besok!" Ucap chenle dengan menunjuk nunjuk dada renjun.

Kemudian dirinya mundur, dan keluar dari kamar renjun.

Bahkan renjun sendiri stress dan bingung setelah apa yang diucapkan oleh chenle barusan.

Chenle yang baru keluar kamar renjun, menghapus air mata yang sempat turun tanpa kesadaran nya. Dan kemudian berjalan untuk bergabung dengan yang lain.

Dia itu sangat yakin bahwa ryujin tidak hamil, entah kenapa tiba² keyakinan itu muncul saat dirinya tak sengaja bertemu soobin tadi pagi.


















































































































































Haii lagi :)

Sange | Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang