Akhirnya di sinilah kami berada, berdiri di trotoar dengan satu payung yang melindungi kami dari derasnya hujan.
Setelah 30 menit menunggu, kecelakaan itu belum juga bisa diatasi, alhasil jalanan terus saja macet dan semua kendaraan tidak bisa bergerak sedikitpun.
Dengan Ziena yang ada di gendonganku dan pria yang bahkan hingga sekarang belum ku ketahui namanya ini memegang payung.
Aku sempat protes kepadanya
Flashback on
"Emang ada payung?" Tanyaku
Dia tak menjawab, dia malah bergerak seperti mengambil sesuatu. Aku tahu dia mengambil payung. Tanpa aba-aba pria itu turun dari mobil, mengelilingi mobil lalu membuka pintu di sebelah kiri ku
"Pelan-pelan" tuturnya perhatian
Sepertinya
Tentu saja, anaknya kan berada di gendongan ku.
Kami turun untuk menunggu supir pribadinya, katanya sih begitu. Setelah melalui perbincangan yang serius kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju kosan ku. Tidak sampai kosan juga sih, karena di simpang dana mobil yang dikendarai bapak supir tadi sudah terparkir disana.
Kenapa kosan ku?
Karena jarak dari tempat ini ke kosan ku lebih dekat di banding ke rumah mereka.Jalan satu-satunya menuju rumah mereka hanya dari jalan yang sedang macet ini, walau nanti supirnya membawa mobil lain kami tetap tidak akan bisa ke rumahnya.
Katanya sih begitu, aku kurang tahu juga karena aku tidak tahu di mana rumah mereka.
Flashback off
Setelah menunggu kurang lebih 5 menit, seorang pria dengan tubuh agak gemuk datang menghampiri kami. Menyapa pria yang ada di sebelahku lalu melemparkan senyuman kearah ku. Tentu saja ku balas dengan sangat sopan.
Setelah mereka berbincang sebentar, supir itu membungkuk lalu permisi dan masuk kedalam mobil.
"Ayo" ujarnya
Aku mengangguk lalu kami berjalan beriringan, di bawah hujan dan hanya dilindungi oleh sebuah payung.
Aku merasa sedikit canggung dan juga deg-degan. Lihatlah posisi kami seperti err keluarga kecil(?)
Ini adalah pengalaman pertamaku berjalan bersama seorang pria dibawah gelapnya malam dan rintikan air hujan.
Semakin larut hujannya bukan semakin pelan tetapi malah semakin lebat. Walaupun payung yang kami gunakan tergolong besar, itu tak menjamin kami semua aman dari derasnya hujan. Beruntung sekali malam ini bukan hujan badai seperti dua malam yang lalu.
Karena terlalu melindungi kami dari air hujan, aku baru menyadari bahwa bahu kiri pria itu terkena siraman air hujan
Keren juga, ternyata dia gentleman
"Trus kemana?" Pertanyaan itu membuatku tersadar dan menatapnya.
"Oh, kita harus menyebrang dulu" jawab ku
Dia mengangguk, lalu memindahkan payung yang kami kenakan dari tangan kanan ke tangan kiri. Kemudian dia memegang bahu kanan ku, mengajakku menyebrangi jalanan yang penuh depan mobil yang berhenti, dan jalan sebelah penuh dengan mobil yang berlalu-lalang.
Aku semakin deg-degan, apalagi kali ini jarak kami semakin dekat. Aku bisa merasakan bahuku yang menyentuh tubuhnya.
Ahhhhhh Mak aku baper.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED [SELESAI]
RomanceBerawal dari ke-sokjagoannya dalam hal melempar, Agnes jadi mendapat musibah. Tanpa sengaja botol yang ia lempar malah mengenai sebuah mobil yang kebetulan melintas. Pemilik mobil memintanya mengganti rugi, namun beruntungnya saat orang itu hendak m...