Hai, gimana sih caranya bikin cerita yang benar-benar bikin baper, dan menyentuh hati? Ishhhh
Jangan lupa vote ya
Happy reading
"Gue ga sempat makan sejak tadi pagi"
Aku menatap Daren dengan tatapan tak percaya, bisa-bisanya dia tidak makan sejak tadi pagi padahal di rumah ini selalu tersedia makanan dan lagian dia punya uang untuk membeli makanan bukan? Tidak mungkin orang kaya seperti dia tidak punya uang sebesar 20 ribu rupiah.
"Gila, untung lo gak meninggal" ujar ku kemudian meletakkan mangkuk kosong itu diatas nampan. "Minum susunya dulu" aku menyerahkan segelas susu yang kubuat tadi kepada Daren.
Pria itu menurut, meminum susu itu dengan waktu yang agak lama hingga susu itu tandas.
"Ga ada yang lo butuhin lagi 'kan, gue ma–"
"Lo mau kemana?" tanya Daren, memotong ucapan ku.
Aku berdecak kesal, "gue mau tidur lah" jawab ku. "Eh bentar" aku mendekat ke arah Daren, meletakkan nampan kembali ke nakas lalu mengangkat kain basah yang ada di jidatnya. Aku meletakkan tangan kanan ku pada jidatnya untuk mencek suhu tubuhnya.
"Ih, lo masih demam tahu. Cepetan tidur, AC nya dimatiin aja, kalau bisa selimutnya ditambah lagi biar lo berkeringat. Selimutnya dimana?" Aku berbicara panjang dan cepat. Diakhir kalimat aku bertanya pada Daren yang menatap ku tanpa ekspresi.
"Disana" tunjuk Daren pada walk-in closet.
Aku memasang selimut yang tebalnya sama dengan yang sedang Daren gunakan. Selimut itu menutup tubuhnya serta selimut pertama yang ia kenakan. Kata orang jika sedang demam kita harus banyak minum air dan tidur dengan selimut yang tebal agar tubuh berkeringat. Ibu ku juga selalu melakukan hal yang sama ketika aku demam saat kecil, jika demam ya tidak kunjung turun barulah ibu membawa ku ke Bidan atau Dokter.
"Hp gue dimana?" Aku yang sengaja menutup seluruh tubuh Daren membuat pria itu harus membuka sedikit selimutnya untuk berbicara dengan ku. Aku mengangkat bahuku pertanda aku tidak tahu, karena sedari tadi aku tidak melihat benda pipih yang ia maksud.
"Emang buat apa sih? Lo mau masang SW atau SG kalau lo sakit?" tanya ku, siapa tahu dia pengen caper, seperti namanya. Daren Cavero, Caper. Aku meraih nampan bermuatan gelas dan mangkuk kosong itu dan mengangkatnya, berniat mengembalikannya ke dapur lalu setelah itu aku segera tidur.
"Ck, gue mau nelfon mama" cicitnya pelan sambil menggelengkan wajahnya di balik selimut.
"Ini masih terlalu pagi buat teleponan, nanti kalau Tante Meila keganggu gimana?" aku masih berdiri sambil menggenggam nampan dengan kedua tangan ku.
"Gu..gue biasanya kalau sakit harus ditemenin mama" sepertinya dia malu, terdengar jelas dari suaranya yang tampak malu-malu. Dasar manja.
"Eh?" Aku sebenarnya terkejut dengan ucapannya, bukankah dia kuliah di luar negri? Lalu mengapa dia mengatakan jikalau dia sakit harus ditemani oleh Tante Meila? Apakah selama bertahun-tahun di luar negri dia tak pernah jatuh sakit?
"Biasnya mama ngajak gue ngobrol sampai gue ketiduran" ujarnya.
Aku mengerti sekarang, mungkin alasan mengapa dia mencari ponselnya adalah dia ingin mengajak Tante Meila mengobrol hingga dia tertidur. Tapi masalahnya sekarang adalah aku tidak tahu dimana dia menyimpan benda itu.
"Mungkin hp lo ketinggalan di mobil"
"Mungkin" jawabnya pelan. Dia membuka sedikit selimutnya dan menatap ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED [SELESAI]
RomanceBerawal dari ke-sokjagoannya dalam hal melempar, Agnes jadi mendapat musibah. Tanpa sengaja botol yang ia lempar malah mengenai sebuah mobil yang kebetulan melintas. Pemilik mobil memintanya mengganti rugi, namun beruntungnya saat orang itu hendak m...