Hola...Happy reading
"HAH" raut wajah terkejut terlihat jelas membentuk garis wajah gadis itu.
"Kenapa?" Dengan nada suara yang begitu polos, Daren bertanya seolah-olah yang ia ucapkan barusan adalah kalimat biasa yang menurutnya tak perlu ditanggapi dengan berlebihan.
"Lo kira nikah gampang?" tanyanya masih dengan keterkejutannya.
"Kan tinggal nikah, apa susahnya?" sahut Daren dengan raut wajah yang tampak biasa saja.
Agnes menggeleng tak percaya, mengusap wajahnya dengan menggunakan kedua tangannya. "Nikah itu ga segampang yang lo tahu, lagian emangnya lo mau punya istri buta? Gila." ujar Agnes, "Weh, capek nih diri mulu" lanjutnya sembari menggaruk tengkuknya.
Daren malah tersenyum lalu mengacak-acak rambut gadis itu, menarik lengannya pelan dan kembali duduk di tempat semula.
"Sorry ya Daren, tapi gue ga mau" setelah duduk dengan tenang, Agnes kembali mengeluarkan suaranya, menolak ucapan Daren yang mengatakan bahwa menikah itu adalah hal yang mudah. Kelihatannya memang demikian, tapi menurut Agnes menikah bukanlah semudah yang sering terlihat
"Kenapa?" Raut wajah yang semula tampak bahagia itu, kini berubah muram.
"Menikah itu ga semudah yang lo bayangin–"
"Emang gue bayangin apa?" Potong Daren dan membuat Agnes mengernyitkan dahi.
"Yah gue gatau lah lo bayangin apa, pokoknya tadi lo bilang 'Nikah itu gampang'–"
"Ga susah" potong Daren lagi
"Ga susah ya sama dengan gampang. Ck, dodol"
Tanpa Agnes sadari Daren malah tersenyum lebar di tempatnya, inilah hal yang Daren tunggu-tunggu sejak tadi. Ia ingin sekali mendengar Agnes berbicara seperti dulu, bar-bar dan ceplas-ceplos. Tidak seperti kemarin-kemarin yang selalu terlihat sendu, Daren dadar itu semua karenanya, walau bukan seratus persen tapi dia turut andil dalam hal itu.
"Nikah itu memang ga semudah yang terlihat, tapi juga ga sesulit yang lo bayangin." Sahut Daren lalu menatap dalam ke arah Agnes.
Mungkin jika Agnes bisa melihat, ia pasti akan sangat Baper, menyaksikan pria yang ia sukai menatapnya bak menatap masa depan cerah.
"Ck, iya kalau kedua mempelai sama-sama setuju. Tapikan gue ga mau," Agnes memanyunkan bibirnya sembari bergumam tak jelas.
"Kenapa?"
Agnes mendengus kesal, "apanya yang kenapa? Kebiasaan deh kalau ngomong suka singkat padat tapi gajelas" ujarnya nge-gas. Tanpa ia sadari, untuk pertama kalinya semenjak musibah itu menimpanya inilah kali pertama ia kembali berbicara tanpa beban.
Daren terkekeh karena melihat raut wajah kesal Agnes. "Kenapa lo ga mau?" Ujarnya penasaran.
"Terlalu muda, lagian gue masih pengen pacaran trus punya mantan gitu. Kayaknya seru deh, tapi keknya ga mungkin iya ga sih?" Agnes menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. "Lagian gue ngerasa ga pantes aja gitu, lo itu kayak sempurna, Daren. Sedangkan gue enggak, gue gamau nantinya lo bakalan nyesal." Agnes menundukkan kepalanya.
"Gue gatau alasan apa yang membuat lo tiba-tiba pengen nikahin gue, tapi kalau alasan lo karena kasihan mending ga usah, apalagi karena merasa bersalah. Sebenarnya itu bukan salah lo kok, gue mikir seandainya gue di posisi lo, gue pasti ngelakuin hal yang sama, mungkin bakalan lebih parah...dari yang lo bilang kemarin. Kejadian ini bukan salah lo, tapi salah Yucika dan juga salah gue sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED [SELESAI]
RomanceBerawal dari ke-sokjagoannya dalam hal melempar, Agnes jadi mendapat musibah. Tanpa sengaja botol yang ia lempar malah mengenai sebuah mobil yang kebetulan melintas. Pemilik mobil memintanya mengganti rugi, namun beruntungnya saat orang itu hendak m...