Setuju?

4.3K 452 51
                                    

Hai......pppfffttt
Jangan lupa komen dan vote

Happy reading 🦠



Ingat akan kata 'Keberhasilan' membuat ku sadar bahwa mencoba bukanlah hal yang salah. Persetujuan dan dukungan yang diberikan oleh keluarga membuat ku akhirnya setuju dengan permintaan Daren dan bang Aldrick.

Bukan setuju untuk menikah dengan Daren, tapi setuju dengan permintaan mereka yang katanya mau mengobati ku. Aku tidak tahu sebelumnya jika ternyata Daren datang ke sini bersama dengan bang Aldrick, aku kira pria itu hanya datang seorang diri. Tapi ternyata bang Aldrick turut andil dalam hadirnya sosok Daren di bawah pohon Pinus tempat kami bertemu tempo hari

"Apa sih alasan yang bikin kalian pengen banget bantu aku untuk sembuh?" tanya ku saat mobil yang kami naiki sedang bergerak menuju Bandara.

Sebenarnya jika bukan karena bujukan dari kedua orangtua ku, aku lebih memilih tinggal di kampung dan menerima keadaan ku yang sekarang, bisa dikatakan aku sudah pasrah. Namun saat mendnegar kedua orangtua ku terus menyemangati aku, aku jadi berubah pikiran dan akhirnya setuju dengan tawaran bang Aldrick dan Daren.

Tidak tahu mengapa tapi aku merasa bahwa support  dan nasihat yang orangtua ku berikan seolah-olah menyiratkan hal yang mengatakan bahwa mereka ingin melihat ku menyelesaikan kuliah ku. Oleh karena itu aku akhirnya setuju.

Walau aku tidak yakin akan bisa kembali ke kondisi semula tapi aku berpikir tidak ada salahnya untuk mencoba, selagi ada peluang dan banyak orang baik yang ingin membantuku kenapa aku harus menolak tujuan baik ini.

"Kalau saya sih biar bisa geplak kamu lagi" itu adalah jawaban bang Aldrick dari pertanyaan ku tadi.

Aku berdecak, "emangnya kalau buta gini ga bisa di geplak?" Sahutku dengan nada yang sedikit kesal

"Bisa, malah lebih gampang. Tapi saya tidak tega saja" jawab bang Aldrick.

Rasanya aku ingin sekali tertawa mendnegar lelucon bang Aldrick. Aku tahu pasti itu bukan alasan yang sebenarnya, tapi mungkin dia tidak mau mengatakannya.

"Kalau kau?" Aku menoleh sedikit ke arah kiri, karena aku tahu bahwa Daren duduk di sebelah kiri ku sedangkan bang Aldrick duduk di sebelah kanan ku. Aku berada ditengah-tengah kedua pria yang belakangan ini terlalu protektif terhadap ku.

"Gu–"

"Dia pengen jadiin kamu babunya" jawab bang Aldrick.

"Apaan si bang" protes Daren dengan suara kesalahannya.

"Tahu nih om-om, sotoy deh" ujar ku membuat bang Aldrick yang tadi terdengar terkekeh pelan langsung terdiam, dan kali ini malah Daren yang terkekeh

"Huh" bang Aldrick terdengar menghela nafasnya

"Bang.." panggil ku karena tak lagi mendnegar suara bang Aldrick

"Hmm"

"Masih lama ga sih?" karena sedari tadi aku penasaran ditambah lagi merasa lelah terus-menerus duduk di dalam mobil ini

"Sebentar lagi" jawabnya dan membuat ku mengangguk.

Sebenarnya aku sedikit canggung duduk diantara bang Aldrick dan Daren, apalagi tepat di sebelah Daren. Padahal hanya bersentuhan sedikit saja, jantung ku sidah langsung ber-disco

Sesampainya di bandara kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Sebisa mungkin aku sudah berusaha agar aku bisa makan seorang diri, tapi dasarnya tidak bisa melihat bagaimana mungkin bisa menyendok nasi dengan benar. Alhasil Daren yang akhirnya menyuapi ku.

UNEXPECTED [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang