Ternyata Begini

3.8K 404 68
                                    

Bye guys....
Hi ladies...
Ummmaaaccchh...

Percaya gak kalau ini part terpanjang dari part terpanjang yang pernah tercipta dahulu?

Jangan lupa vote dan komen, bila ada typo bisa di komen, komen jika ingin menghujat, komen untuk menyemangati author juga boleh ahahahayyyy

Happy reading 🦠





Kabar itu akhirnya sampai ke telinga Aldrick dan Melya. Mereka tak bisa menahan keterkejutan mereka saat mendengar cerita itu langsung dari Yucika yang notabenenya ada di TKP langsung. Aldrick dan Melya awalnya hanya ingin berkunjung ke rumah Tante mereka--Melia, namun disana mereka malah bertemu Yucika yang sedang mengajak Ziena bermain walau anak itu tak terlihat banyak tertarik.

"Gak mungkinlah Agnes kayak gitu" ujar Melya tak percaya. Daren melirik sekilas ke arah istri sepupunya itu lalu memijat pelipisnya. Bukan hanya Melya yang meragukan kejadian itu, Daren pun demikian. Rasanya ia sangat sulit percaya dengan kebenaran tentang Agnes itu, tapi sayangnya bukti itu yang terus mengusik kepercayaan Daren.

"Wajarlah mbak ga percaya, saya juga awalnya demikian." Ujar Yucika lagi.

"Iya Melya, mama juga ga percaya kalau Agnes kayak gitu. Tapi mulai dari pengakuan tiga penjahat bayaran itu sampai bukti pesan WA terlalu menuduh Agnes. Jadi mau tak mau mama harus percaya walau tetap tidak yakin." Suara pelan Meila membuat Melya menganggukkan kepalanya.

"Aku mau jenguk Agnes" ujar Melya pada suaminya, Aldrick. Pria itu mengangguk.

Selepas kepergian Aldrick dan Melya, Daren jadi semakin diam dan hanya menatap lurus lantai yang kosong. Saat merasakan kakinya disentuh seseorang antensi-nya beralih ke arah orang itu.

"Papa mau ketemu mamama" lagi dan lagi Ziena terus mengucapkan kalimat itu. Sudah banyak alasan yang terlontar dari mulut penghuni rumah agar Ziena tidak mencari Agnes yang ia sebut mamamanya itu. Beberapa menit memang Ziena akan percaya, namun ketika pikirannya kembali kosong ia akan kembali teringat kepada Agnes.

"Ziena, mama disini sayang" bukan suara Agnes, tapi Yucika yang tersenyum tulus dan memeluk Ziena. Di pelukan gadis berambut ikal yang sengaja di cat sedikit pirang itu, Ziena menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca.

"Mamama" isaknya dengan mata menelisik ke segala arah, berharap orang yang ia cari segera muncul.

"Ziena mau beli kue gak?" Daren kembali mengalihkan pembicaraan agar Ziena tidak teringat dengan Agnes. Selalu demikian, akhirnya Ziena akan tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.

"Aku mau ikut" ujar Yucika saat Daren hendak melangkahkan kakinya.

"Gausa, lo sini aja. Atau enggak pulang ke rumah lo, kasian ortu lo ditinggal Mulu" ujar Daren dengan nada datar. Baginya semuanya masih terasa abu-abu walau sudah jelas Agnes bersalah, tapi hatinya tetap tidak yakin seratus persen.

💣

Aku tertunduk sembari meremas jemari tangan ku, aku tidak tahu siapa yang sedang berada dihadapan ku sekarang. Dia hanya diam sedari tadi tak mau mengeluarkan suara, hal ini membuat ku tak bisa memulai pembicaraan.

"Melihat reaksi mu, sepertinya yang Yucika katakan benar." Aku memejamkan mataku, suara itu, suara yang jelas sekali ku kenali pemiliknya. Bang Aldrick.

Aku semakin menundukkan kepala ku, membela diri pun sepertinya tak ada gunanya.

"Kakak kecewa sama kamu, Nes."

Seandainya mereka tahu bukan hanya mereka yang kecewa pada ku, tapi aku juga kecewa pada diri sendiri. Air mata ku kembali menetes dan dengan terburu-buru aku langsung menghapusnya.

UNEXPECTED [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang