Ciuman mengingatkan

5.5K 433 78
                                    

Jangan lupa kasi vote dan komen ye. Kasi tanda pada typo juga hehe

Happy reading



Kami memasuki rumah mewah Daren dan orangtuanya, aku yang awalnya sangat senang karena akan bertemu Ziena langsung kesal karena kehadiran seorang gadis yang kemarin menampar pipi ku. Dia duduk di sofa sambil memangku Ziena yang tampak sedang bermain dengan gadis itu.

Yani memegang tangan ku, membuat ku menoleh ke arahnya. Ia tampak canggung dan agak takut karena ini adalah pengalaman pertamanya mengunjungi rumah Daren.

Aku tersenyum lalu memegang pundaknya, kami berjalan beriringan menuju sofa yang diduduki oleh Tante Meila.

"Loh udah sampe, sini-sini duduk" aku mengangguk lalu mengajak Yani untuk duduk disebelah ku

"Mama..mama.." aku hanya tersenyum sambil melambaikan tangan ku.

"Tata..kkk" Ziena memandang Yani dengan tatapan berbinar, anak itu meronta ingin diturunkan dari pangkuan Yucika. Aku tersenyum penuh kemenangan melihat raut wajah Yucika berubah masam.

Ziena menghampiri Yani lalu menggenggam tangannya.

"Itu siapa, Nes?" Tanya Tante Meila. Aku menoleh ke arah Tante Meila, "oh ini Yani Tan. Dia anaknya kenalan aku. Tadinya malam ini kami mau nonton bareng, ternyata Tante ngajakin kesini jadi kata Daren nontonnya disini aja" Tante Meila mengangguk sambil tersenyum.

"Yani, Salim dulu sama Tante Meila"

Yani mengangguk lalu turun dari sofa, menghampiri Tante Meila lalu menyalimnya.

"Umur kamu berapa, sayang?" Tante Meila mengelus puncak kepala Yani.

"Delapan tahun ta..emm"

"Panggil Oma aja" Tante Meila tampak tersenyum kearah Yani.

Yani mengangguk, "delapan tahun, Oma"

"Daren" aku mengalihkan pandanganku, menatap Yucika yang berlari kecil menghampiri Daren lalu memeluk lengan pria itu.

Ck, sangat manja. Oh tidak, dia bukan manja tapi kecentilan.

Aku mengabaikan mereka lalu mengangkat Ziena ke atas pangkuan ku. Anak itu terlihat sangat ceria, apalagi pipinya yang sepertinya bertambah gembul dari terakhir kali kami bertemu. Yani yang bersandar ke sofa tapi menghadap Ziena ikut menghibur Ziena. Hingga tanpa sadar suara tawa mereka berdua memenuhi ruangan.

"Gue ga bisa" suara Daren terdengar tegas dan dingin. Seolah-olah bantahannya itu tak bisa ditolak. Aku tidak tahu apa yang tidak bisa yang Daren maksud, tapi setelah jawaban penuh ketegasan itu keluar dari mulutnya, Yucika tampak cemberut.

Ku rasa drama antara dua manusia yang memiliki status sebagai mantan itu tak baik ditonton oleh anak-anak, maka dari itu aku membisikkan sesuatu ke telinga Tante Meila. Setelah mendapat anggukan, aku langsung berdiri dengan Ziena yang berada di gendongan ku.

"Kita mainnya di kamar Ziena aja, Yuk"

"Kamal?" tanya Ziena sambil memutar sedikit kepalanya mengarah ke kamarnya berada. Ternyata pelafalan Ziena sudah mulai jelas.

"Iya, kita di kamarnya Ziena aja"

Ziena menggeleng, "Ndak..Ndak mau tidul" Ziena menggeleng keras. Aku terkekeh laku mengecup pipinya.

"Kita gak tidur, sayang. Kita main di kamar Ziena jangan diluar"

"Main?" tanyanya dengan wajah serius. Lalu Aku mengangguk.

"Main boneta.." aku kembali mengangguk lalu membuka kenop pintu. Aku langsung masuk lalu diikuti oleh Yani.

"Wah, kamar Ziena besar banyak bonekanya juga." Aku menurunkan Ziena lalu menatap Yani yang sedang memandangi kamar milik Ziena dengan penuh kekaguman.

UNEXPECTED [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang