Lupa

5.2K 406 90
                                    

Kalau ada typo, komen ya!

Happy reading

Kemarin aku sudah mendapatkan kabar bahwa jenis kelamin anak bang Aldrick dan kak Melya adalah laki-laki. Aku tersenyum bangga di depan layar laptop ku saat kami melangsungkan panggilan video.

"Permintaannya nyusul bos" ujar ku diakhir obrolan.

Jadilah saat ini aku dan Agre dengan menaiki taxi online menuju perusahaan bang Aldrick. Jangan tanyakan berapa ongkosnya, berapapun itu nanti akan ku suruh bang Aldrick yang ganti.

Sesampainya di depan gedung tinggi itu, kami langsung masuk dan disambut oleh resepsionis wanita. Ia tersenyum ramah lalu menyapa kami berdua.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis wanita itu dengan sopan.

"Saya mau bertemu Ba-Pak Aldrick, buk" jawab ku. Resepsionis itu tampak mengernyitkan dahinya lalu memandang kami berdua secara bergantian.

"Maaf, sudah membuat janji sebelumnya?"

"Belum sih"

"Maaf mbak, jika ingin bertemu Pak Aldrick, harus membuat janji terlebih dahulu. Takutnya akan mengganggu aktivitas atasan kami" suara resepsionis itu terdengar ramah. Aku mengangguk mengerti lalu mengeluarkan ponsel ku.

"Halo"

"Bang ini gue ada di kantor lo" jarang-jarang loh aku berbicara dengan bahasa gaul kepada bang Aldrick.

"Ngapain?"

"Mau nagih janji lah, paok"

"Ck, berikan hp murah kamu ke resepsionis"

Aku memberikan ponsel ku kepada resepsionis itu, dia menerimanya. Beberapa detik kemudian dia mempersilahkan aku dan Agre maauk.

"Maaf ya mbak, saya tidak tahu kalau anda adalah saudaranya pak Aldrick"

"Gak masalah mbak, itu namanya menjalankan profesi dengan profesional" ujar ku kalau kami memasuki lift.

"Makasih ya mbak" ujar ku dan Agre yang tiba-tiba kompak.

Resepsionis itu tersenyum lalu mengangguk dan berbalik menuju sarangnya.

💣

"Tidak bisa" ujar bang Aldrick dengan nada tegas. Aku mendengus lalu menatap keluar jendela yang lebih tepat bila di katakan dinding kaca.

"Iya Nes, mending gue aja yang kerja lo gausa. Yang sakit 'kan ayah gue bukan ayah lo" ujar Agre membuat suasana hati ku semakin memburuk.

"Tapi gre, gue mau bantu elo" aku menggenggam tangan Agre, berharap gadis satu ini mau ikut-ikutan membujuk bang Aldrick untuk mencarikan kami pekerjaan.

Ya, yang aku meminta untuk hadiah taruhan dari bang Aldrick adalah mencarikan kami pekerjaan atau memperkerjakan kami di perusahaannya. Memang terdengar seperti memanfaatkan, tapi itu adalah cara terbaik agar kami bisa mendapatkan pekerjaan dengan lebih mudah. Apalagi beberapa hari terakhir ini Agre sudah mencoba mencari pekerjaan namun tak kunjung ia dapatkan.

"Saya akan memberi Agre pekerjaan asalkan kamu tidak ikut bekerja" tegas bang Aldrick lagi. Aku menghela nafas lalu menatap Agre dengan tatapan sendu.

Agre melempar senyuman meyakinkan, aku memutar bola mata malas melihat dia pura-pura tegar seperti itu. Padahal setiap kali akau mengajaknya video callan saat malah hari matanya selalu saja sembab.

"Jadi cleaning servis juga gak papa bang, ayolah" bujuk ku lagi.

Bang Aldrick menghela nafasnya. " Kamu dikuliahkan disini bukan untuk bekerja, Agnes, tapi untuk kuliah. Harusnya kamu fokus kuliah dulu nanti kalau sudah selesai kuliah kami bisa bekerja"

UNEXPECTED [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang