Bukankah akhir-akhir ini waktu berasa berlalu begitu cepat?
Begitulah menurut ku, waktu berlalu begitu cepat setelah aku akhirnya bisa berdiri di tempat ini, di depan para Dosen yang menatap biasa saja ke arahku namun menurut ku itu adalah tatapan yang tergolong horor.
Aku tersenyum, lalu membungkukkan tubuhku. Entahlah, aku juga tidak paham mengapa aku harus demikian. "Selamat siang bapak dan ibu Dosen penguji yang terhormat. Terimakasih juga atas waktu yang diberikan kepada saya untuk bisa berdiri di tempat ini melakukan ujian skripsi saya." Ujarku dengan lancar, setidaknya dari yang ku searching di google itulah cara penyampaian kalimat yang benar versi artikel yang ku baca.
Waktu terus berjalan dan aku terus melakukan presentasi ku dengan baik, terkadang aku sampai salah membaca poin-poin penting yang ku bubuhkan dalam power point yang ku buat, selama presentasi terjadi aku merasakan bahwa jantung ku berdegup sangat cepat.
💣
3 hari sebelum sidang skripsi terjadi
Agnes terbangun dari tidurnya saat jam menunjuk angka 4 dini hari, ia terbangun karena nada dering panggilan yang berbunyi begitu nyaring.
"Halo..." ucapnya dengan nada serak khas bangun tidur. Matanya masih terpejam dengan tangan yang menggenggam ponsel.
"Halo Agnes, mama bisa minta tolong ga?"
Agnes mengerjakan matanya lalu melirik siapa gerangan yang meneleponnya, saat itu ia baru sadar bahwa itu adalah Meila.
"Eh iya ma, kenapa?"
"Ziena demam, dari tadi dia nangis terus dan gamau makan, padahal dokter udah ngasih obat. Dari tadi dia manggil kamu terus."
Agnes tampak menghela nafasnya, bukannya ia tak suka jika diganggu jam sekarang, hanya saja ia malas bepergian keluar apalagi langit sebentar lagi akan berubah biru. Ditambah lagi akhir-akhir ini Agnes sering begadang untuk memikirkan sidang skripsinya dan tadi ia sebenarnya baru saja tidur selama 2 jam.
"Mama minta tolong ya sayang, supir mama udah berangkat ke tempat kamu."
"Iya ma, aku siap-siap dulu."
Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya dan langsung masuk ke kamar mandi, hanya mencuci wajah dan menggosok giginya lalu keluar dari kamar mandi untuk mengganti bajunya.
Setelah semuanya beres ia langsung mengunci kamarnya dan turun ke bawah untuk menunggu supir yang akan menjemputnya. Agnes menunggu dengan perasaan khawatir, ditambah lagi sudah hampir seminggu terakhir ini ia tak bertemu dengan Ziena dan Daren. Jangankan bertemu, teleponan saja tidak.
Setibanya di rumah besar itu, Agnes langsung masuk dan mendapati ruangan yang sunyi, namun sayup-sayup ia bisa mendengar suara isak tangis anak kecil.
Agnes bergerak cepat menuju lantai dua, mengetuk pintu kamar yang ia tahu adalah kamar milik Ziena. Pintu itu langsung terbuka dan memunculkan wajah kelelahan milik Meila. Wanita itu tersenyum senang lalu memeluk Agnes sebentar.
"Makasih ya sayang udah mau datang, itu Ziena ga mau berhenti nangis dari tadi."
Agnes tersenyum lalu mengangguk, ia mendekat ke arah kasur milik Ziena. Anak itu menangis sambil telungkup membuat ia tak menyadari bahwa orang yang sedari tadi ia inginkan hadir sudah berada di dekatnya.
Melihat Agnes yang sudah duduk di kasur Ziena, Meila langsung keluar dari kamar itu dan menutup pintu dengan perlahan. Ia tahu bahwa membiarkan mereka berdua berada di ruangan kamar itu akan lebih baik karena keduanya akan lebih luwes dalam berkomunikasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED [SELESAI]
RomanceBerawal dari ke-sokjagoannya dalam hal melempar, Agnes jadi mendapat musibah. Tanpa sengaja botol yang ia lempar malah mengenai sebuah mobil yang kebetulan melintas. Pemilik mobil memintanya mengganti rugi, namun beruntungnya saat orang itu hendak m...