Hai hai... Jangan lupa vote dan komen ya
Kalau ada typo komen ya, biar bisa diperbaiki.Happy reading 🦠❤️
Hari ini langit tampak mendung saat jam menunjukkan pukul 11 siang, aku merebahkan tubuhku yang sangat letih karena banyak begadang akhir-akhir ini. Hari ini aku merasa suasananya sedikit berbeda, entah apa yang terjadi tapi menurut ku perasaan ku sedikit tidak enak, aku tidak tahu apa alasannya, hanya saja sedari tadi aku hanya rebahan sambil menerawang hal-hal yang random.
Aku menghela nafas lalu terduduk, entahlah rasanya sangat aneh. Entah apa yang menganggu diri ku hingga perasaan ku jadi tidak enak seperti ini.
Ponsel ku yang tiba-tiba berdering membuat ku kaget, pasalnya sedari tadi ruangan begitu sunyi. Aku menerima panggilan dari Agre, gadis itu terdengar sedang krasak-krusuk dengan deru nafas yang cepat.
"Kenapa gre? Lo kenapa kayak lari-lari sih?" Tanya ku dengan nada penasaran, pasalnya sepulang dari kampus beberapa waktu lalu Agre masih dalam keadaan baik-baik saja.
"Nes..." Terdengar nada syara yang bergetar.
"Gre? Kenapa?" Aku ikut panik mendnegar nada suara Agre barusan.
"Deva Nes, Deva meninggal." Ujar Agre. Aku hanya mampu terdiam dengan mata yang membuka lebar. Jantung ku berdetak sangat kencang seolah baru saja melakukan aktivitas berat.
Rasa tak percaya akan kabar duka yang baru saja ku dengar membuat ku hanya menatap kosong layar ponsel ku yang masih menampilkan nama Agre dengan stop watch yang terus berjalan.
"Nes, lo bisa datang ke rumah sakit gak? Soalnya gue takut sendirian di sana walau nanti ada keluarganya yang lain tapi gue rada gimana gitu." ujarnya dari sebrang sana, saat itu juga aku kembali tersadar bahwa ini benar-benar terjadi.
Aku mengangguk sebagai jawaban, namun detik berikutnya aku menggeleng saat menyadari bahwa aku dan Agre terhubung melalui panggilan telepon. "OTW." Jawab ku lalu langsung bangkit.
Dengan gerakan yang terburu-buru aku langsung berlari keluar dari kamar kosan, mengunci pintu itu lalu memasukkan kunci kedalam tas.
Dengan rasa khawatir dan sedih yang bercampur menjadi satu, membuat tubuh ku menjadi agak lemah. Aku berlari beberapa menit menuju jalan besar, kemudian saat aku sudah menemukannya aku langsung menghentikan angkutan umum yang lewat.
Aku duduk dengan nafas yang memburu, pikiran ku kacau dengan tubuh yang letih. Seketika aku tertegun mengingat beberapa waktu lalu aku sempat merasakan perasaan yang kurang enak. Aku tersenyum getir, ternyata perasaan ku barusan menembak ke kejadian ini.
Aku menutup wajah ku dengan kedua tangan, menahan air mata yang seakan ingin turun, dan saat itu juga aku baru menyadari bahwa peluh sudah membasahi wajah ku.
Ingatan ku tertoleh pada kejadian beberapa waktu-waktu yang lalu, saat aku dan Agre sering mengunjungi Deva yang selalu di rawat di rumah sakit. Aku bisa merasakan bahwa banyak yang hilang dan berubah dari gadis itu.
Rambut panjang yang dulu sering ia kuncir kini telah habis tercukur, bibir pink alaminya yang sering membuat aku dan Agre iri kini telah memucat. Deva sering tersenyum tulus etika aku dan Agre menceritakan pengalaman kami, namun entah kenapa senyuman tulusnya itu terkesan dipaksa padahal katanya menggambarkan ketulusan.
Deva pernah berkata bahwa selama dia hidup dia merasa tidak pernah beruntung. Dia lahir di panti asuhan dan tidak pernah merasakan kasih sayang orangtua, saat SD dan SMP ia harus bersekolah di sekolah yang berakreditasi tidak cukup baik agar tidak mengeluarkan banyak uang sebagai biaya pendidikannya, saat SMA ia bisa masuk ke sekolah swasta unggulan karena mendapatkan beasiswa akibat kemauannya dalam bidang akademik yang begitu tinggi. Namun saat ia menempuh pendidikan di SMA itu, ia selalu terbully karena ia hanya anak beasiswa. Walau yang membully hanya beberapa tapi rasa sakitnya luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED [SELESAI]
RomanceBerawal dari ke-sokjagoannya dalam hal melempar, Agnes jadi mendapat musibah. Tanpa sengaja botol yang ia lempar malah mengenai sebuah mobil yang kebetulan melintas. Pemilik mobil memintanya mengganti rugi, namun beruntungnya saat orang itu hendak m...