Gundah

4.4K 449 273
                                    

Hi hi hi
(Hai hai hai bukan hihihi ya)

Ini part kemarin yang ga sengaja ke publish. Hahahahyyyy

Jangan lupa vomen

Happy reading 🦠


Daren menarik nafasnya dalam-dalam, memejamkan matanya kuat lalu membuang nafasnya. Ia tak bisa mengontrol dirinya sendiri hanya karena Ziena yang dari kemarin terus menangis hingga anak itu jatuh sakit.

Rasanya ia sangat ingin marah, namun ia tidak tahu harus marah kepada siapa. Ia ingin sekali memukul seseorang tapi ia tidak tahu siapa orang yang pantas mendapatkan pukulan panasnya.

"Daren kayaknya kita harus bawa Ziena ketemu sama Agnes" mimik wajah Meila yang tampak sangat khawatir membuat Daren kembali menghela nafasnya untuk kesekian kalinya. Pria itu sangat bingung, disatu sisi ia tak tega melihat Ziena yang terus-menerus menangis karena merindukan Agnes, tapi di sisi lain ia tak mau lagi mendekatkan Ziena dengan Agnes yang jelas-jelas bukan mamanya.

"Daren, ayo nak" pinta Meila sambil menggenggam tangan putranya. Mau tak mau, Daren harus menganggukkan kepalanya dan menyetujui permintaan namanya.

Mereka bertiga dengan Meila yang menggendong Ziena berangkat menuju tempat Agnes di tahan. Meila tak henti-hentinya menghibur Ziena yang sedari tadi terus menangis dengan wajah yang memerah. Di jidatnya tertempel Handsaplast penurun panas.

Mereka melangkah memasuki tempat itu, ini adalah pertama kalinya bagi Meila mengunjungi tempat seperti ini.

"Saya ingin bertemu tahanan bernam Agnes" tutur Daren pada orang yang berjaga disana.

"Maaf, saudari Agnes sudah bebas semenjak 2 hari yang lalu" setalah memeriksa beberapa berkas, orang itu menyahut Daren dengan pandangan heran.

Daren terdiam di tempatnya, menatap ya percaya ke arah orang itu. Sedangkan Meila, wanita paruh baya itu ikut terkejut dengan kalimat yang baru ia dengar.

"Saudari Agnes terbukti tidka bersalah" ujar orang itu lagi.

"Lalu siapa pelaku yang sebenarnya?" Daren bertanya dengan nada penasaran.

"Masih sedang dipantau"

Daren menganggukkan kepalanya lalu mengajak ibu dan ponakannya itu kembali ke dalam mobil. Di dalam mobil untuk beberapa saat Daren terus terdiam dan menatap kosong ke arah depan. Ia tidak menyangka semua ini akan terjadi.

"Jadi benar dia tidak bersalah." gumam Meila dengan menundukkan kepalanya sambil menepuk-nepuk pantat Ziena.

Daren mengusap kasar wajahnya lalu menyugar rambutnya. Perasaannya benar-benar kacau saat ini.

"Apa kita harus mengunjungi kosan nya?"

Daren menyetujui ucapan mamanya, ia langsung mengendarai mobilnya menuju kosan yang dulu sangat sering ia kunjungi. Bahkan teman-teman sering mengoloknya dengan kata 'ngapel' setiap kali ia mengatakan jika ia berada di depan kosan bernama CEMAWAR.

Daren memarkirkan mobilnya di tempat biasa dan menatap gedung berlantai dua dengan cat putih itu dengan hati yang berharap agar gadis yang ia cari ada di dalam.

"Mah, cowok ga bisa masuk ke dalam kalau belum permisi sama ibu kosannya. Gerbang depan biasanya di kunci sama mereka" Meila menatap sendu ke arah putra satu-satunya itu.

Kebetulan sekali saat Daren sedang bingung-bingungnya mencari cara agar bisa bertemu gadis itu, seorang perempuan keluar dari dalam kosan dengan menggunakan setelan baju tidur. Daren langsung turun dari dalam mobil dan menghampiri perempuan yang hendak membuang sampah itu. Perempuan itu menoleh dan menatap Daren dengan tatapan terkejut, lalu saat Daren berjalan mendekatinya, perempuan itu langsung menutup mulutnya yang sedari tadi menganga.

UNEXPECTED [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang