Sepatu

4.9K 417 81
                                    

Maaf, jika ada typo. Boleh dikomen ya kalau menemukan kata yang tidak tepat atau memberi saran mungkin pada kata yang tidak cocok.

Selamat malam and...

Happy reading




Aku memegangi pipi ku yang terasa panas, menatap tidak percaya kearah Yucika yang sedang menatap ku dengan penuh permusuhan. Aku tersenyum tertahan sambil menahan emosi ku yang akan meluap-luap. Mengingat ini berada di tempat umum aku jadi tak berniat membalas perlakuannya.

"Sakit?" tanyanya dengan senyuman licik di bibirnya.

Aku mendengus lalu menurunkan tangan ku. "Enggak lah, gitu doang" ujar ku dengan nada suara yang menantang

"Oh ya" Yucika menggerakkan giginya, menatap ku dengan tatapan seolah-olah aku adalah sesuatu yang sangat menjijikkan.

Saat ia hendak menamparku kembali aku dengan sigap menahan tangannya yang mulus, menghempaskan dengan kuat hingga ia mengasuh kesakitan.

"Lo kasar banget jadi cewek" ujarnya sambil memegangi tangannya yang mungkin terasa sakit. Aku memutar bola mata malas mendnegar ucapannya barusan.

"Lo lebih kasar anjir, lo nampar gue gadak angin ga ada hujan" bentakku tak terima.

"Tadi kan hujan" ujarnya mengejek

"Ya ampun, lo tuh cantik kuliah di luar negri tapi ga bisa memahami kalimat. Ckckck sia-sia ortu lo ngabisin duit banyak-banyak tapi anaknya tetap o'on" ujarku sambil menggelengkan kepala

"Jaga ucapan lo" Yucika menunjukku dengan jari telunjuknya. Aku mendengus lalu hendak pergi dari sana.

"Cewek murahan" ucapannya sukses membuat langkah ku berhenti, aku membalikkan badan dan mendapati dia tersenyum dengan senyum mengejek.

"Apa maksud lo?"

Dia berjalan mendekat, "lo...cewek murahan" saat dia mengucapkan kata murahan, dia mendorong bahuku dengan jari telunjuknya.

"Ga salah mbak, yang murahan kan situ. Ngaku-ngaku pacar orang" aku berdecak sambil tersenyum mengejek. Dia kembali menggerakkan giginya.

"Dia masih pacar gue. Asal lo tahu ya, gara-gara lo, semuanya berubah. Sesuatu yang harusnya jadi milik gue malah jadi milik lo. Lo mau apa? Harta? Uang? Perhiasan? APA?" Murkanya dengan wajah yang memerah padam.

Aku terdiam di tempat, tak tahu harus berkata apa karena sejujurnya aku tidak terlalu mengerti dengan ucapannya. Dia menuduh ku merebut miliknya dan aku merasa tak melakukan itu.

"Kenapa diam? Lo tersadar? Atau lagi mikir yang lo mau?" tanyanya lalu berdecak licik.

"Lo sakit Cik?" tanya ku dengan polosnya. Tangan ku hendak menggapai jidatnya tapi langsung di hemoaskan oleh Yucika.

"Lo nanya gue sakit atau enggak?" Aku mengangguk semangat, "YA! GUE SAKIT. SAKIT HATI. LO UDAH MENGHANCURKAN SEMUA HARAPAN GUE, SEMUA KEINGINAN GUE YANG DATI KECIL UDAH GUE NANTI-NANTIKAN, DAN ITU SUDAH MENYAKITI HATI GUE" dia marah sangat marah sepertinya. Sampai wajahnya kembali memerah dan matanya yang berkaca-kaca.

"Cik, gue gatau apa maksud lo. Harapan? Keinginan? Gue ngerasa gak menghancurkan itu semua" ujar ku membela diri.

"Lo gak merasa udah melakukan itu? Lo gak sadar dengan lo dekat-dekat dengan Daren lo udah menghancurkam harapan gue yang hampir gue dapat" air mata lolos dari pelupuk matanya, wajahnya terlihat seolah-olah dia sangat tersakiti.

Aku menatap sekeliling, tak ada orang yang memperhatikan kami. Aku mendesah lega karena tak harus menjadi tontonan orang-orang.

"Lo salah paham, gue Deket sama dia karena Ziena. Gue ga ada niatan mau menghancurkan harapan lo, kalau bukan karena Ziena mungkin gue gak bakalan ketemu lagi sama dia. Mungkin" ujarku dan diakhir kalimat akubmemelankan suara ku

UNEXPECTED [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang