Copet dan Yani

5.6K 426 59
                                    

Ada orang baru guys.
Kalau ada typo boleh komen ya

Happy reading....

Setibanya di kosan aku langsung mandi dan mengganti bajuku dengan baju tidur. Aku merebahkan tubuhku di atas kasur lalu menatap langit-langit kamar ku.

Aku terus mengingat kejadian tadi, saat pria itu memberikan mainan berupa gantungan itu. Aku baru menyadari sesuatu. Mengapa benda itu bisa berada di dalam sakunya? Apa dia selalu membawa benda itu? Tapi tidak mungkin.

Atau jangan-jangan dia memang sudah tahu kalau itu adalah aku, ah maksud ku adalah kalau orang yang ia antar ke bandara adalah aku. Tapi jika memang dia tahu itu adalah aku, kenapa tidak kemarin-kemarin saja dia memberikan gantungan itu?

Ahh, terlalu berbelit-belit jika dipikirkan seorang diri, mungkin jika bertanya langsung dengan orangnya akan lebih baik dan tidak membuat pusing seperti ini.

Aku mengubah posisi tidurku menjadi menyamping, kali ini yang terlintas dipikiran ku adalah kejadian saat Ziena lebih memilih pergi bersama Yucika. Ah kenapa aku harus memikirkan hal itu? Seandainya posisi di balik, pasti Ziena akan lebih memilih pergi bersama ku jika aku mengiming-imingi dengan ice-cream seperti yang dilakukan gadis sialan itu.

Bentar... Bukankah tempo hari Tante Meila bilang kalau Yucika itu mantannya Daren, lalu mengapa Yucika masih mengaku sebagai pacarnya Daren. Apa dia tidak laku sampai-sampai mengaku-ngaku seperti itu. Tapi jika dilihat-lihat Yucika itu sangat cantik, bodygoals, kulitnya putih, rambutnya juga lurus trus lumayan tinggi jika dibandingkan dengan ku.

Aku jadi penasaran.

💣

Pagi ini mata hari tampak bersinar sangat cerah, bahkan masih jam 8 saja sudah membuat gerah seperti ini. Beruntungnya aku tidak menggunakan Hoodie jadi aku tidak kepanasan berlebih.

Pagi ini aku ada kelas jadi aku berangkat dengan berjalan kaki beberapa menit yang lalu, biasanya aku akan menaiki angkutan umum, tapi pagi ini entah setan atau malaikat apa yang merasuki ku hingga aku lebih memilih berjalan kaki.

Saat asik-asiknya berjalan tiba-tiba seseorang menarik paksa Tote bag ku lalu melarikannya. Aku terdiam sejenak seperti orang yang linglung. Detik berikutnya aku langsung tersadar lalu mengejar pria itu.

"Woi, percuma kau curi itu. Isinya cuman buku anjir" aku mengejar pria itu dengan kecepatan penuh. Heh, dia mencari masalah kepada orang yang salah.

Aku terus mengikutinya pria itu, saat ia berbelok ke arah gang sempit aku sempat ragu. Tapi mengingat buku yang sebenarnya tidak terlalu berharga itu, aku menerobos gang kecil yang agak gelap itu dan mendapati pria itu sedang berdiri di depan sebuah rumah kecil.

Dia menghirup oksigen banyak-banyak lalu membuka Tote bag ku itu. Dia menghela nafas karena tak menemukan barang yang mungkin bisa ia jual. Saat aku ingin mendekat ke arah pria itu, tiba-tiba seseorang keluar dari rumah kecil itu.

"Ayah.." panggil seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan ke arah pria itu. Wajahnya pucat dan tubuhnya yang agak kurus membuat ku merasa kasihan.

"Jangan keluar rumah, Yani" pria itu mendekati anak kecil yang memanggilnya ayah itu. Dia mengelus pipi putrinya. "Yani 'kan masih sakit, jangan keluar rumah dulu" ujarnya sangat lembut.

"Tapi Yani laper yah, Yani 'kan belum makan semenjak kemarin siang" aku terkejut dengan ucapan anak kecil bernama Yani itu, bisa-bisanya dia belum makan semenjak kemarin siang. Astaga.

"Maaf ya nak, ayah bakalan cari uang buat beli nasi untuk Yani" ujar pria itu.

"Gausa yah, kalau ayah mau nyopet lagi mending Yani gausa makan" ada gurat kecewa yang dipancarkan dari mata anak itu. Aku menjadi merasa iba melihat mereka.

UNEXPECTED [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang