Berusaha

4.7K 524 110
                                    

Komen kalau ada typo ya

Happy reading 🦠




Daren terdiam menatap pantulan wajahnya yang terpampang jelas di layar ponselnya, karena terlalu lelah memikirkan cara-cara agar bisa kembali bertemu dengan Agnes, pria itu sampai-sampai tidak sadar bahwa dia bertingkah aneh dengan menatap wajahnya di layar ponsel. Layaknya wanita yang sedang memeriksa hasil polesan makeup, begitulah gaya Daren menelisik wajahnya.

"10 menit lagi ada rapat, Pak" Cristian mengalihkan atensi Daren dari layar ponselnya, ia mengerutkan dahinya pertanda ia tak yakin dengan ucapan sang sekretaris.

"Serius?" tanya Daren membuat Cristian balik menatap aneh ke arah Daren.

"Iya pak, apa bapak lupa?"

Daren tampak menimang-nimang ucapan Cristian, setelah sekitar sepuluh detik terdiam ia akhirnya mengangguk.

Setelah Cristian keluar dari ruangan itu, Daren langsung menepuk dahinya.

"Kacau...kacau.." ocehnya lalu berdiri dan mengenakan jasnya.

💣

Aku terdiam sambil menghayati alunan lagu yang berputar merdu memasuki Indra pendengaran, beruntung ya aku masih bisa mendengar walau tidak bisa melihat. Setidaknya aku sudah pernah merasakan yang namanya melihat, jadi aku sidah tahu bagaimana itu bentuk-bentuk benda yang ada di sekeliling, bagaimana sebenarnya bentuk sinar matahari itu, seperti apa itu warna-warni yang ada di sekeliling.

Bukannya aku memanfaatkan keadaan, hanya saja salah satu keinginan yang dulu sangat ingin ku lakukan bisa terlaksana saat aku buta, yaitu tidak bekerja dan hanya diam. Jadi aku tidak terlalu lelah. Aku tidak tahu itu termasuk dampak positif atau negatif, tapi yang pasti itu lumayan menyenangkan.

"Kak" Pranta memanggil ku, sepertinya dia sudah masuk ke kamar ku dan duduk tepat di samping ku.

"Nah, tau aku pasti kau ma dengar lagu kan? Karena aku baik, ku kasi pinjam hp ku" Pranta membuka telapak tangan ku, dan meletakkan sebuah beda ke atas telapak tangan ku.

Merasa ada yang tidak beres aku mencoba menggenggam benda itu dan dahiku mengkerut, "apa ini? HP kau mana la sekecil ini" ujar ku dengan nada kesal.

"AHAHAH, hp ku ini. Yudah tinggal tekan yang ditengah ini langsung terputar lagunya itu" dia mengarahkan jari jempolku menekan satu tombol disana.

"HP kau kan layar sentuh, ini kok....kek HP nya bapak" ujar ku dengan alis tertaut. Pasalnya ukuran hp ini hanya sekitar dua jari orang dewasa(gendut). Detik berikutnya Pranta kembali terkekeh.

"HP bapak ya HP ku jugalah. Udahlah mau hp siapa pun kalau udah aku yang ngasih berarti jadi HP ku. Udah ya pergi lu aku, cari duit. Kalau ga kerja ga makan bos" ujarnya dengan nada mengejek.

"Ekhem" aku berdehem pelan lalu mencoba meraba setiap tombol yang ada disana.

"Canda ya kak, dah....." Aku mendnegar suara pintu tertutup, itu tandanya pria itu telah pergi.

Aku menuruti ucapan Pranta dan menekan salah satu tombol yang menurut ku tombol yang ada ditengah. Kemudian aku mendengar suara sebuah lagu yang berjudul Poco-Poco. Aku terkekeh lalu menekan tombol yang ada di kanan, otomatis lagu itu langsung tergantikan.

Kali ini malah lagu berjudul Hitam manis yang melantun merdu. Aku berdecak lalu kembali mengganti lagunya, kali ini terdengar lagu berjudul Tenda Biru dari Ratna Sari. Aku berdecak lalu mematikan ponsel itu, bukannya memperbaiki suasana hati yang selalu buruk, dia malah memancing emosi marah yang sebelumnya tak muncul sama sekali.

UNEXPECTED [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang