🐯SESUATU YANG TERLEWATKAN🐯

59 23 16
                                    

"Seinget gue, Aru waktu itu cerita kalo dia pernah suka sama cowo, tapi gatau namanya sih."

Taehyung masih terus memperhatikan pena yang tengah ia putar-putar sembari memutar ulang perkataan Yuri tadi. Tangan kiri cowo itu mengetuk-ngetuk meja dengan ketukan abstrak, mengabaikan fakta bahwa saat ini ia sedang berada pada rapat anggota osis.

Aru pernah menyukai laki-laki lain, dan itu tidak menutup kemungkinan bahwa gadis itu masih menyukainya sampai sekarang.

Apa jangan-jangan cowo yang kemarin...

"Tae? Tae!"

Sontak Taehyung berjengit kaget dan menarik tangannya dari meja. Dapat ia lihat semua orang sedang memperhatikannya. Tangan itu bergerak untuk menyurai rambut legam yang ia miliki, memejam sejenak sembari menarik nafas.

"Lo tau kan kita lagi rapat? Tolong serius!" Sehun, si ketua osis memukul meja pelan. Masih memperhatikan Taehyung dengan lirikan kesalnya.

"Maaf."

"Balik ke pembahasan tadi, untuk pensi bulan depan gue mau setiap kelas nyumbang satu pertunjukan, ditambah dari anak-anak ekskul. Karena itu kalian semua harus mulai bergerak buat infoin ini ke seluruh kelas, minus anak kelas 12." Sehun menjeda ucapan, membenarkan beberapa catatan yang telah ia siapkan.

"gue minta Lisa siapin proposal pengajuan dana untuk diserahkan ke bu Wendy nanti. Dan tae, tolong pulang sekolah nanti lo periksa berkas osis yang ada di ruang bu mega. Dan sisanya, gue bakal jelasin di grub chat nanti. Paham?"

Semua mengangguk paham. Pun Sehun pikir tidak ada yang perlu dibicarakan lagi saat ini.

"Silahkan kembali ke kelas kalian masing-masing."

*****

Tangan mungil Aru menggenggam jemari Yoongi yang tak kian bergerak. Matanya sembab, pun hidung Aru masih memerah sebab menangis sedari tadi.

"Kamu belum makan 'kan?"

Suara mengalun lembut terdengar di indra pendengaran Aru. Gadis itu menegakkan tubuh, tersenyum tipis sambil menggeleng kecil. "Ntar aja ma, aku belom laper."

Sarah menghela nafas. Mendekati presensi gadis yang masih setia duduk di sebelah Yoongi itu. Dengan lembut sang ibu membelai rambut putrinya. Melihat seberapa kacau penampilan Aru saat ini. "Yoongi baik-baik aja, sayang. Kamu denger kan kata dokter tadi? Abang kamu bentar lagi juga pasti bangun kok."

Nampaknya kalimat itu tidak dapat menghibur Aru sama sekali. Wajah pucatnya masih menunjukkan ekspresi muram sembari tak henti mengelus punggung tangan sang kakak.

Bagaimana bisa ia tenang jika kondisi Yoongi seperti ini. Aru memang ingin bertemu dengannya, namun tidak begini caranya.

Rasanya akan lebih baik bibir cowo itu terus menerus melontarkan kalimat sarkas dari pada mengatup kaku seperti sekarang.

Aru kembali mendangak, melihat mamanya yang tersenyum teduh, lantas menepuk-nepuk bahunya. "Mama beliin makanan, trus kamu makan ya?"

Mau tak mau Aru mengangguk lesu. Saat ini sejujurnya ia tak bernafsu sama sekali. Namun gadis itu juga tidak ingin mamanya khawatir.

Beberapa menit setelah Sarah keluar, suasana kamar tempat Yoongi dirawat  kembali senyap. Suara alat pendeteksi jantung serta jarum jam seakan berlomba untuk mendominasi ruang tanpa suara tersebut.

BADUTZONE : KTH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang