"Siapa yang dulu katanya gak suka tapi sekarang malah ngebucin," sindir Jimin secara terang-terangan. Cowo itu menyenderkan tubuhnya pada kursi sembari melipat tangannya di dada.
Dirinya jengan memperhatikan Taehyung yang sedari tadi sibuk memperhatikan pintu kelas, dan dapat dipastikan bahwa Taehyung sedang menunggu kehadiran Aru. Jimin juga pernah tertarik dengan cewe, atau lebih klisenya katakan saja merasakan indahnya kasmaran. tapi tidak seantusias itu.
Baru sehari dekat, Jimin sudah banyak menemukan perbedaan dari Taehyung. Mulai dari rambutnya yang lebih tertata rapi, wajah berseri seri dan jangan lupakan aroma parfum yang lebih menyeruak dari cowo bersenyum kotak itu.
Classic.
tidak keren sama sekali.
Mencoba tidak perduli. Pada akhirnya Jimin lebih memilih ikut duduk dipojokan kelas bersama Bobby dan Bintang. Entah sejak kapan Bobby akrab bersama anak baru pemilik gigi kelinci itu, yang pastinya mereka kini tengah beradu game online bersama.
"Yah, woy hp gue!" Bobby berteriak protes tatkala Jimin menarik ponsel yang ia pegang.
"Balikin! Sat!"
Jimin tersenyum jahil, mematikan data seluler ponsel tersebut baru mengembalikannya. Pun hal tersebut sukses membuat Bobby melotot tak terima.
Jangan tanyakan Bintang soal apapun, dirinya kini tengah sibuk mengotak atik game tanpa memperdulikan adanya pertikaian di depan matanya. Bahkan jika ada badai yang tiba-tiba muncul, Bintang tidak akan ambil pusing.
Yang penting savage.
"gue jadi kalah njir, rese lo ah!"
"Dih, sensi." Jimin berceletuk sinis, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah cowo yang masih fokus pada layar ponsel. "Oy ntang, lo dah selesai pr blom?"
Bintang menghentikan permainannya lalu melirik Jimin. Menggaruk alis,"pr apa?"
"Yaelah pr dari pak botak."
"Emang ada?"
"Pr yang dikasih minggu lalu, masa lupa sih?"
Langsung saja Bobby menjitak kuat kepala cowo bantet itu. Berharap dengan jitakan panipurnanya, Jimin bisa sedikit lebih cerdas dalam berbicara.
Songong mulu yang dibanggain, badan kaga tinggi-tinggi aja belagu.
"Ashh...lo ngapa sih?!" Jimin meringis dan berseru tidak terima, menyipitkan matanya dengan kesal.
"Si bintang baru masuk 4 hari yang lalu goblok, mana tau dia pr dari pak botak. Emang minta di telen vakum cleaner lo ye!"
Mendesis tak terima. Pada akhirnya Jimin hanya diam tak membalas. Masa bodoh dengan umpatan Bobby, toh cowo itu juga sama-sama goblok. Matanya spontan melirik ke arah Taehyung tatkala mendapati Aru memasuki kelas dengan wajah datarnya.
Mata Aru sedikit bengkak jika Jimin perhatikan. Dan tentu saja Taehyung lebih cepat menyadari hal itu. Ekspresi Aru terlihat berbeda, memang setiap pagi Aru akan memasang wajah datar, minus ketika bersama Yuri. Tetapi sorot mata itu, manik Aru terasa muram bagi Taehyung.
Kaki jenjangnya cekatan melangkah keluar kelas, pergi menuju perpustakaan untuk mengambil buku penuh penghitungan lalu kembali berlari menuju kantin.
"Aden mau beli apa?" Tanya ibu kantin.
Taehyung melirik beberapa jajanan kecil, mengambil beberapa kemudian membayar.
Sejujurnya ia bahkan tak mengerti mengapa dan kemana tubuhnya bergerak. Ia hanya mengikut ketika kaki jenjangnya spontan berlari keluar kelas, membiarkan otak dan tubuhnya bergerak sikron diluar kendalinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADUTZONE : KTH✔
Fanfic|SUDAH TAMAT| [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Mau dilihat dari ujung sedotan pun, lo emang paling cocoknya cuma sama gue"-taehyungkim2k21 #16 in the mood (17-06-21) #13 in the mood (18-06-21)