60.

2.4K 188 35
                                    

Verner tak pernah setidaktenang ini. Sampai esok harinya Mina tak bisa dihubungi. Verner menunggu di luar kelas Mina setelah mengecek bangkunya masih kosong. Padahal sebentar lagi bel. Tak mungkin Mina terlambat.

Ketika melihat Darga, Verner terpaksa mengajaknya bicara. "Lo tahu Mina di mana?"

Darga yang baru datang langsung berhenti. Dia menggeleng. "Harusnya lo nggak perlu nanya ke orang lain, kan?"

Verner berdecak. "Gue juga nggak mungkin nanya ke elo kalau gue tahu."

Darga memutuskan kontak mata dengan Verner, lalu memasuki kelasnya.

Sampai bel berbunyi, Verner masih berdiri di koridor depan kelas Mina. Tak ada tanda-tanda kehadiran Mina, Verner memutuskan pergi dari sana.

Darga memandang bangku Mina yang masih kosong.

Hari itu, Mina tidak ke sekolah.

[]

Bukan hanya Verner yang tidak bisa menghubungi Mina, tetapi juga Darga. Mina tak pernah menghidupkan ponselnya sejak dua hari yang lalu.

Mina tidak ke sekolah sejak dua hari yang lalu.

Verner terus mencari cara untuk mendapatkan informasi tempat tinggal Mina, tetapi Darga lebih cepat mendapatkannya karena dia pernah mengantar Mina pulang dari pemakaman Agnia.

Dua hari tak hadir tanpa keterangan sama sekali membuat Darga khawatir. Apalagi setelah melihat ada bekas luka di bibir Mina hari itu. Darga yakin Mina tidak baik-baik saja. Maka dia nekat menghampiri Mina di rumah itu dan bertemu dengan sosok cewek berambu sebahu yang memandangnya bingung.

"Siapa?" tanya Karen setelah terpana sebentar.

"Mina ada?"

"Oh, Mina...." Karen menggerakkan mata. "Dia udah nggak ada di rumah dari semalam keluyuran sama cowok."

Darga tak percaya ucapan Karen yang memang mengada-ada. "Oh, gitu. Ingat nggak cowoknya kayak gimana?"

Karen mengangkat bahu. "Gatau. Terlalu banyak soalnya. Nggak usah cari dia."

Darga melihat Mina muncul di belakang Karen.

"Terlalu banyak, ya?" tanya Mina, membuat Karen membelalak.

Karen berbalik dengan alis menukik. "Bikin kaget." Karen menyambar bahu Mina lalu pergi. Karen bersungut kesal. Dia berdecak melihat Alva yang sedang bersantai di depan televisi.

"Kenapa sih lo bukain dia pintu gudang? Padahal bagus dia di sana semalaman." Karen masih tak terima dengan apa yang terjadi malam itu.

Alva melempar snack ke dalam mulutnya. "Nggak sengaja gue buka."

"Nggak sengaja?" tanya Karen tak habis pikir.

"Gue pikir kuntilanak lagi nangis," balas Alva cuek.

Karen menghela napas, lalu membanting pintu kamarnya.

Mina sampai terkejut di depan rumah, lalu kembali dia memandang Darga setelah saling menyapa. "Guru nyariin, ya?"

"Iya," gumam Darga. "Gue juga nyariin lo."

[]

Mereka ke taman kompleks. Mina hanya memakai piyama dan menutupi bajunya dengan sweter.

"Gue cuma agak demam dua hari, tapi rasanya nggak sanggup ke sekolah. Bahkan nyalain HP aja susah," kata Mina. Teringat dua hari lalu dia terbangun tengah malam dalam keadaan pintu sudah terbuka. Dia tak bisa tidur dan mulai demam. Dalam keadaan sakit pun, tak ada yang mengurusnya. "Harusnya gue ngasih kabar ke guru tentang keadaan gue, tapi udah terlanjur juga, kan."

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang