part : 03

34K 1.8K 25
                                    

Hidup ini seperti buku. Cover depan adalah tanggal lahir, cover belakang adalah kematian. Tiap lembar adalah hari-hari dalam hidup kita.

Brak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Brak!

Suaranya begitu keras terdengar oleh para pengunjung, Anindya dan Lita pun juga ikut mendengarnya.

"Suara apaan tuh?" Tanya Lita langsung berdiri dan menghampiri arah suara.

"Eh-eh, mau ke mana lo?! Ngapain ngurusin bukan urusan kita juga." Anindya menghembuskan napas lalu membiarkan Lita pergi begitu saja menuju ke arah suara.

Memang pada dasarnya Lita itu keras kepala, jadi tidak perlu memberikan nasihat padanya, buang-buang tenaga saja. Mending nungguin makanan sambil memainkan ponselnya.

Tak lama kemudian, Gilang datang bersama waiters yang membawakan sebagian makanan dan minuman yang dipesan Gilang.

"Sampai juga lo, lama banget sih pesen makanan doang." Anindya menggerutu sebal.

"Eh, nyaii. Gue ini masih baik ya sama elu pada—eh! btw Lita ke mana?" Gilang menggerakkan kepalanya ke atas satu kali, seolah bertanya pada Anindya.

"Ngilang dia. Kepo banget sama suara keras tadi," Jawab Anindya sembari memilih-milih makanan yang akan ia makan. Sudah Hafal sekali Gilang soal makanan kesukaan Anindya sama Lita.

"Lah bego banget dah! Kan suara tadi asalnya dari gue, terus sekarang tuh anak ke mana?" Gilang mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Orang-orang bahkan sudah tidak berkumpul lagi seperti tadi ketika ia tidak sengaja ditabrak oleh seorang lelaki. Lalu pertanyaannya di mana Lita sekarang?

"Mana saya tahu, saya kan tempe." Balas Anindya bodo amat.

Gilang hendak emosi, namun ia langsung sadar dan mengusap dadanya sabar menghadapi lawan bicaranya seperti Anindya. Lah, memang Anindya!

"Perasaan dari tadi lo suka banget khawatirin Lita deh. Apa jangan-jangan—" Anindya menyipitkan matanya menatap lurus Gilang yang mulai salah tingkah dilihatnya seperti itu.

"Jangan-jangan apa?! Gue nggak ada apa-apa yah sama curut kayak Lita!" Balas Gilang cepat, sebelum pikiran Anindya berpikiran yang 'iya-iya' kepadanya.

"Loh, emang siapa yang bilang lo sama Lita ada apa-apa?"

Gilang jadi kelimpungan sendiri. "Ya... Nggak ada sih." Jawabnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lah iya, terus kenapa lo sampe bilang kayak gitu? Apa benar lo ada apa-apa sama Lita yah, ngaku!" Anindya menunjuk Gilang yang hanya diam saja.

"Kita itu udah jadi pren dari orok Gilang, lo masih mau main rahasia-rahasia sama gue?" Tanya Anindya, lagi.

"Halo gaess!! Kembali lagi bersama Lita... Ngomong-ngomong kalian bahas rahasia-rahasia apaan sih," Cerocos Lita datang-datang.

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang