part : 25

22K 1.3K 34
                                    

-Happy reading-

Setelah Anindya diberi tahu santri ndalem tadi, ia langsung beranjak menuju ndalem menemui Umi yang memanggilnya.

"Assalamualaikum." Salam Anindya ketika sampai.

"Waalaikumsalam." Jawab semua yang ada dalam ruang tamu. Anindya juga sangat terkejut sekali melihat Ayah dan Bundanya berada di sini.

Bahkan ada Kyai dan Bu Nyai serta Gus Tahfiz di ruang tamu itu, yang membuat Anindya semakin heran lagi.

Anindya pun langsung menghampiri Ayah dan Bundanya, ia langsung duduk ditengah-tengahnya.

Kini suasana tegang menyelimuti ruang tamu ndalem. Anindya yang baru datang dibuat bingung, sebenarnya ini ada apa? Ia melirik Bunda dan juga Ayahnya yang diam dengan muka datarnya.

"Ada apa ini? Kok pada diem." Tanya Anindya bingung sembari membenahi jilbabnya yang sedikit berantakan akibat ia lari menuju ke sini tadi.

"Anindya..." Panggil Ayan pada Anindya.

"Iya?"

Ayah menggaruk tengkuknya yang Anindya yakini tidak gatal sama sekali.

"Bagaimana, yah?"

"Ayah bingung bilangnya mulai dari mana, biar Kyai Rahman aja yang jelasin." Ucap Ayah menatap Rahman yang merupakan sahabatnya semasa dulu sampai sekarang.

"Gini nak Anindya."

"Gini gimana Abi?" Tanya Anindya jadi nambah bingung.

"Begini, Berkumpulnya kita disini untuk membicarakan Perjodohan yang udah Abi sepakati dengan Ayah kamu dulu." Ucap Kyai dengan santai.

"Perjodohan? Perjodohan siapa." Bingung Anindya.

"Ayah sama Abi Rahman dulu sepakat menjodohkan kalian Anindya." Jelas Ayah.

"Kalian siapa maksudnya? Anindya gak paham."

"Kamu dan nak Tahfiz, kami sudah sepakat dari dulu sayang." Sahut Bunda dengan penuh harapan Anindya akan menerimanya.

JEDEERR!!

Ucapan Bundanya membuat Anindya tersedak air liurnya sendiri. "Dengan usia Anindya yang masih muda Ayah? Bunda? Bahkan Anindya masih sekolah." Protes Anindya tak terima.

"Apa salahnya sayang, bahkan dulu kamu juga sering main dengan nak Tahfiz, kalian berdua tertawa bersama sampai-sampai pas hujan deras kalian hujan-hujanan dan saling tertawa satu sama lain." Kata Bunda terkekeh pelan.

"Kapan itu, Bunda? Aku aja ngga ingat masa kecil Anindya." Tanya Anindya.

"Iya sayang, kamu pas hujan-hujanan sama nak Tahfiz kami berempat Juga melihatnya dan tersenyum bahagia kalian akrab banget pas dulu. Dan ketika Ayah dulu ada pekerjaan diluar kota, jadilah Ayah mengajak kamu dan Bunda tinggal diluar kota sekalian." Kata Niko lebih jelasnya meyakinkan Anindya.

"Anindya gak mau."

"Anindya..." Panggil Bundanya.

"Gak mau Bunda, pliss jangan paksa Anindya buat terima perjodohannya."

"Boleh saya bicara?" Tahfiz meminta izin.

"Silakan, nak." Ucap Bu Nyai.

Tahfiz menghela napas terlebih dahulu, "Sebelumnya saya sudah dikasih tahu tentang hal ini, Anindya.  InSyaAllah saya akan sebisa mungkin membahagiakan kamu dan membimbing kamu menjadi lebih baik. Saya menerima kamu bukan semata-mata karena dijodohkan tetapi karena saya sudah mendapatkan jawaban dari sholat istiqoroh bahwa kamu jodoh saya, Anindya."

Sial, tampan sekali Gus nya ini.

Anindya sempat terpana melihat pahatan wajah Tahfiz yang begitu sempurna dihadapannya. Tetapi setelahnya Anindya menggelengkan kepalanya.

"Gimana, Anindya?" Tanya Ayah.

"Anindya tetep gak mau." Ucap Anindya menatap ke arah lain.

"Bunda mohon, Sayang."

Anindya menoleh menatap Bundanya, "Anindya gak mau, Bun..."

"Bunda mohon..."

"Mau ya, Anindya Sayang." Ucap Ayah meyakinkan.

Anindya menatap Tahfiz yang menunduk sebentar, "Anindya..."

___________________

Part yang kalian tunggu-tunggu akan coming soon...

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang