Matahari mulai berganti menjadi bulan, sebuah penerang satu-satunya ketika malam dan tidak pernah padam seperti mati lampu yang terjadi di rumah kalian. Hahay!
Kini Anindya sudah diboyong ke pondok untuk tinggal bersama suaminya. Walaupun mesti kudu melewati drama perdebatan dulu dengan Anindya yang susah sekali diajak kembali ke pondok.
Sampai di pondok pada sore hari menjelang malam, dan ketika sampai Tahfiz dan Anindya bergegas menuju masjid bersama. Bahkan banyak santri yang terheran dengan Gus nya yang ngga biasanya anti dengan lawan jenis kini berjalan bersandingan dengan perempuan, apalagi sekarang santri-santri curiga dengan Anindya yang selalu keluar masuk ndalem, sebenarnya ada hubungan apa antara Anindya dengan keluarga ndalem? Pikir santri-santri.
Setelah sholat ashar Tahfiz langsung mengajar ke kelas yang harus dihadirinya. Dan sekarang tinggal Anindya sendirilah yang berada dikamar.
"nasib-nasib harus beresin baju ke lemari sendirian, gus Tahfiz bener-bener yaaa:(" Anindya menggerutu dalam hati.
Setelah selesai beberes baju-baju yang untungnya nggak begitu banyak, Anindya langsung berleyeh-leyeh di ranjang dengan kaki berselonjoran menikmati kasur dan sejuknya AC dalam kamar.
Selalu ingat, kalau beli baju jangan hanya karena keinginan saja, melainkan untuk kebutuhan. Terkadang banyak baju tetapi tidak dipakai melainkan hanya beberapa aja yang dipilih untuk dipakai. Nantinya juga bakal dihisap dan dipertanggung jawabkan.
Ketika mendengar adzan Maghrib berkumandang, Anindya bergegas cepat untuk mandi dan menunaikan ibadah yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
Setelah sholat Maghrib Anindya membantu Umi memasak di dapur untuk makan malam, Anindya bisa dibilang pro dalam memasak di dapur.
Pada saat ada lomba memasak di SMA nya dulu, Anindya pernah terpilih untuk mengikuti lomba memasak. Dan pada saat itu padahal Anindya tidak bisa melakukan apapun selain memasak air dan telur, Anindya pun memutuskan untuk les privat ke dunia permasakan.
Dan tak perlu waktu lama, Anindya sudah cepat sekali bisa memasak dengan makanan yang dibuatnya selalu enak, walau terkadang masih agak asin dan lain-lain.
Tetapi semenjak itu Anindya mulai hobi masak, tetapi ia makan sendiri dikamar, tidak mau membagi pada Bundanya ketika minta karena keenakan.
"Ternyata masakan kamu enak juga ya, nduk." Puji Umi ketika mencicipi sayur sop dan beberapa masakan yang dimasak Anindya.
"Pasti dong Umiiii, Anindya always belajar memasak ketika Anindya gabut waktu di rumah dulu." Ujar Anindya yang terkesan curhat.
Umi hanya tersenyum menanggapi Anindya. "Pasti Tahfiz suka sama masakan kamu, nduk."
"Harus like Umi." Balas Anindya dengan gaya sok Inggrisnya.
"Suka bahasa Inggris? Kok kebetulan sekali, Tahfiz juga suka loh sama bahasa Inggris. Kalo ada waktu senggang mesti belajar." Ujar Umi sambil mengaduk sayur sop.
"Iya Umi? wahh bener aja Gus Tahfiz banyak ngoleksi buku-buku bahasa Inggris di kamar." Kata Anindya mengingat banyak buku di perpustakaan mini dikamar.
"Iyaa, sayangnya anak Umi satu itu cool banget kata orang-orang. Bicara aja seperlunya, yaa beda lagi kalo sama istri cantiknyaaa." Goda Umi.
"Ih! Enggak Umi, orang Gus Tahfiz tetep aja gitu cool kayak kulkas."
"Uniknya Tahfiz, dia suka banget sama Anak kecil kayak gemess banget gitu, nduk. Makanya cepet-cepet bikin cucu buat Umi."
"Umi ini, minta cucu kayak pengen minta buatin roti aja. Gak semudah itu Umiii."
"Iya semoga cepet dapet momongan ya, nduk." Kata Umi.
Dengan terpaksa Anindya menganggukinya, dari pada Umi semakin bertanya-tanya padanya. Malah jadi panjang urusannya.
"Gituan aja belum, masih muda gamau-gamau."
°°°°°°
Ayo semua, kita makan dulu." Panggil Umi pada semua yang ada diruang keluarga.Semua pun menuju meja makan untuk makan malam, dan duduk ditempat masing-masing. Kecuali Anindya yang masih celingukan sana sini.
"Kamu nggak mau makan nduk? Kok masih disini." Tanya Umi lembut.
"Sebentar Umi, Anindya panggil Gus Tahfiz dulu." Ucap Anindya beranjak keluar.
Dan pas sekali ketika Anindya keluar Tahfiz sudah ada didepan pintu depan.
"Assalamualaikum istri." Salam Tahfiz tersenyum manis sembari mengulurkan tangannya ke arah Anindya.
Anindya memberengut. "Waalaikumsalam." Jawab Anindya jutek sembari menyalimi tangan suaminya. Tanpa disadari oleh Tahfiz dan Anindya, dibalik bangunan pondok pesantren terdapat seseorang yang memotret keduanya kala bersaliman layaknya suami istri.
Cekrek!
Dan ketika itu juga ada seseorang misterius dibalik pohon sekitar ndalem memfoto Anindya dan juga Tahfiz yang tak tau kalau ada yang memfotonya.
Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah bersiap untuk makan malam bersama-sama.
"Mas Tahfiz..." Orang itu langsung memeluk Tahfiz dengan sangat rindu.
___________________________
Jangan lupa vote sama komen duluuu!!!!!!!
gratis kok guyss
see you❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin With Gus | End
Teen Fiction⚠️Bucinable area!⚠️ Judul awal : Santri Kampret NOTE : REVISI BERTAHAP Bagaimana jadinya kalau seorang Anindya yang bandel dan suka bikin onar diperebutkan oleh dua Gus beradik kakak? Anindya Alisya Syahreza. Anindya merupakan salah satu siswi pali...