part : 49

17.7K 1.1K 14
                                    

Satu-satunya cinta yang tak akan membuat seseorang kecewa adalah mencintai Allah

-Happy reading all-


"Kenapa, Gus?" Tanya Anindya kembali sambil menaikkan alisnya lucu.

Secepat kilat Tahfiz berhambur ke pelukan Anindya, Anindya yang belum siap pun dengan sigap menjaga keseimbangan.

Mengelus punggung suaminya, Anindya jadi bingung mau ngapain. "Em, Gus Tahfiz kenapa?"

"...."

"Gus ..." Panggil Anindya lembut.

Tahfiz pun mengendurkan pelukannya. "Alhamdulillah, ada kabar baik hari ini."

"Kabar tentang apa?"

"Alhamdulillah, dengan izin Allah usaha yang saya lakukan bisa membuahkan hasil."

"jadi ikutan seneng, tapi ..."

"Tapi kenapa?"

"Anindya jadi pengen ke Kafe."

Tahfiz menghela napasnya seraya mengelus kepala yang tertutup hijab Anindya. "Perasaan nggak ada hubungannya deh, masa balik lagi? udah setengah jalan loh ini."

"Nggak mau, pokok harus ke Kafe." Kekeh Anindya tak mau mengubah keputusannya.

"Yaudah, kita balik lagi ya ..." Tahfiz menganggukkan kepalanya, tak mungkin jika ia menolak keinginan perempuan yang sangat disayanginya setelah Umi.

Kali ini Anindya tidak memainkan ponselnya, ia berbincang banyak hal dengan suaminya tentang pernikahannya disepanjang perjalanan. Tapi, ada yang beda dari Bandung siang ini, matahari begitu terik sehingga membuat orang gerah dan panas.

Jalanan Bandung juga tak begitu padat, terbanding terbalik dengan Jakarta yang selalu padat dan tak pernah berhenti beraktivitas.

Tak berselang lama, mereka pun sampai di Kafe tujuannya, pastinya Kafe milik Tahfiz yang sudah dirintis sejak lama. Tahfiz menggandeng lembut tangan Anindya, pasutri itupun langsung bergegas masuk ke dalam.

Didalam, semua karyawan Tahfiz begitu terkejut dengan kehadirannya. Apalagi bergandengan tangan dengan perempuan yang sama sekali tidak pernah dibawa ke Kafe ini.

"Hai, brother." Sapa seorang waiters pada Tahfiz yang biasa dikenal dengan Rey. Karyawannya yang sangat dekat dengannya atau bisa juga dibilang sahabat.

Tahfiz tersenyum. "Hm, Assalamualaikum."

"Eh, waalaikumsalam." Jawab Rey cengengesan karena lupa berucap salam, sehingga keduluan oleh Tahfiz.

Menggelengkan kepalanya. "Kenalin, istri aku, namanya Anindya."

"Hai, cantikkk. salam kenal ya namaku Rey." Ucap Rey sedikit modus.

"Anindya." Jawab Anindya tanpa membalas uluran tangan Rey, melainkan Tahfiz yang menggantikannya.

"Posesif amat."

"Harus, biar gak diembat orang lain."

"iya dah, tapi kok bisa udah nikah aja? Dijodohin atau gimana? Gue gak diundang nih ya ... tega kalian." Tanya Rey menaik turunkan salah satu alisnya.

"Kalau nanya satu-satu, bingung ini kan mau jawab yang mana dulu." Balas Tahfiz.

"Nikah dijodohin ya? Pasti yak kan ... Gus nih, rata-rata pada dijodohin."

"Hm, bener."

"Bukan maennn, kalo dijodohin sama yang cantik gue juga mau kali."

"Mau?" Tanya Tahfiz menggiurkan.

"Istri lo?"

Wajah Tahfiz langsung berubah menyeramkan. "Sama orang lain."

"Hehe santai-santai, bercanda aja kok."

"Hm."

"Btw mau comblangin nih?" Tanya Rey di angguki Tahfiz.

"Dijodohin sama orang gila, mau?" Ucap Tahfiz asal.

"Ya nggak orang gila juga dong."

"Makanya nyari sendiri sono." Ucap Tahfiz sambil terkekeh pelan.

"Btw, ngapain ke sini?"

"Mancing ikan." Sahut Anindya.

"Woylah, bu bos bisa aja." Rey tertawa dibuatnya.

"Kamu juga aneh Rey, nanya itu yang berbobot. Bikinin kopi special sama makanan seperti biasa." Pinta Tahfiz.

"Dih nyuruh."

"Siapa disini yang bos nya?"

Rey tertawa pelan. "Ampun bosss."

"Yaudah, tunggu ya." Sambung Rey pergi mempersiapkan.

"Setelah ini mau kemana?" Tanya Tahfiz menatap Anindya.

"Ke mall hehe."

"Apa sih yang enggak buat istriku ..."

_________________

Jazakumullahu Khairan Katsiran
Semoga kalian suka ya♡
paypayyyy!

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang