Sebelum baca vote dulu yaa, biar nanti pas udh selesai bacanya ga lupa:)
-happy reading-
"WOI WOI WOI, ADA PAAN INI." Teriak seorang remaja laki-laki dibelakang kerumunan.
Seketika semua santri langsung menoleh ke arah suara yang membahana itu. Tak terkecuali Anindya yang menoleh dengan tampang kagetnya.
"LO!" tunjuk Anindya pada remaja laki-laki itu.
"LO! NGAPAIN DISINI?" Refleks Terkejut Hafiz. Ya remaja laki-laki itu yang tak lain dan tak bukan adalah hafiz. Masih ingat kan sama hafiz? Kalau lupa yuk, bisa yuk baca part 3 lagi.
"Lo yang ngapain disini!" Anindya menatap tajam Hafiz.
"Suka-suka gue lah!"
Anindya mengangguk-anggukkan kepalanya. " Pasti Lo ngikutin gue kan."
"Dih, siapa juga yang mau ngikutin Lo."
Sedangkan para santri dibuat bingung oleh keduanya, kenal dari mana coba kalo ngomong kayak akrab banget gitu.
Bisikan demi bisikan mulai terdengar dari santri-santri, masalahnya yang sedang berdebat tadi gus nya bersama santrinya. Baru kali ini melihat Gus dan santrinya berdebat. Pikir para santri.
"Udahlah, ga penting berdebat sama Lo." Ucap Anindya mengakhiri perdebatannya.
"Gue ga perduli!"
Para santri langsung berhamburan bubar menuju makam yang berada di belakang masjid.
"Kamu kenal sama Gus Hafiz?" Tanya Erlin melirik Anindya.
"Hah! Siapa? Coba ulang."
"Kamu kenal sama gus Hafiz?" Ulang Erlin.
"Apa! Hafiz itu anaknya pak kyai?"
"Iya, anaknya pak kyai dan adiknya ustadz Tahfiz." Jawab Jihan memperjelas.
"Ga percaya gue kalo hafiz anaknya pak kyai, kelakuannya aja kayak gitu."
"Walaupun Gus Hafiz kelakuannya kayak gitu dia tetap anaknya pak kyai, ngga semua Gus itu harus alim Bahkan anak kyai juga bisa." Ujar Annisa sambil melepas alas kakinya ketika sampai makam.
"Iya juga, tapi gue ngga nyangka aja gitu...." Ujar Anindya terkejud.
"Udahlah, bahasnya dikamar aja." Ucap Annisa.
Mereka ber empat pun masuk ke pemakaman dengan tertib, doa dipimpin oleh pak kyai yang udah stay duluan di pemakaman.
Setelah ziarah kubur, Anindya Pergi ke kamar mandi membasuh kaki dan muka sekalian wudhu untuk sholat magrib nanti.
Anindya berjalan menuju kamarnya yang tak jauh dari kamar mandi, disaat Anindya berjalan tiba-tiba ada suara grusak-grusuk dari sebuah taman yang dilewatinya.
Dengan sangat amat penasaran akhirnya Anindya mengikuti kata hatinya untuk melihat ada apa di taman miskah.
Anindya berjalan pelan tidak bersuara sama sekali, dengan cekatan Anindya sampai disebuah taman yang tadinya ada suara grusak-grusuk dan sekarang malah sepi.
Bingung sendiri deh jadinya, seketika Anindya jadi merinding sambil menoleh kanan kirinya yang sepi tak ada siapa-siapa.
"Kaboooor..." Teriak Anindya berlari dengan kecepatan tingginya. Padahal kan Anindya memakai rok, tapi dengan memakai rok tak bisa menghalangi Anindya untuk berlari lebih cepat lagi.
BRUK!
Anindya terpental mundur karena ia terbentur di bidang dada seseorang, dan dengan cepat orang itu menarik tangan Anindya agar Anindya tidak terjatuh.
"TERJUNGKAL, TERSUNGKUR, TERSALTO, TERKOPROL DEPAN, TERKOPROL BELAKANG, TERTIGER SPRONG KELILING KOTA." Umpat Anindya kelepasan.
"Ngga boleh ngomong kayak gitu ukhti." Peringat Tahfiz tegas sedikit meninggikan suaranya.
"Apaan sih kan kelepasan, ngga sengaja." Balas Anindya.
"Lain kali jangan diulangi." Peringat nya.
"Iyaiya."
"Saya pergi dulu, assalamualaikum." Ucap Tahfiz pergi.
"Eh-eh pak ustadz tunggu dulu..." Anindya menarik tangan Tahfiz.
"Kenapa lagi?"
"Pinjem ponselnya dong pak ustadz." Pinta Anindya dengan tampang dimut-imutkan.
"Kamu juga udah punya ponsel, pinjem di tempat perkunjungan ada." Ucap Tahfiz langsung pergi meninggalkan Anindya.
"Tunggu dulu..." Anindya menarik kembali tangan Tahfiz.
"Apa lagi?"
"Plis pak ustadz... Aku udah bolak-balik pinjem jadi ngga boleh pinjem lagi."
"Emang buat nelpon siapa?" Tanya Tahfiz.
"Bukan buat nelpon tapi buat chat temen sebentar." Jawab Anindya tersenyum manis.
"Cewe apa cowo?"
"Kok jadi kepo sih? Temen cowo tersayang pak." Jawab Anindya jahil.
"Emang kamu sering chat dia ketika pinjem ponsel ditempat perkunjungan?" Tanya Tahfiz penasaran.
"Ya, emang kenapa? Bahkan udah tersematkan di WhatsApp."
"Jangan lama-lama." Tahfiz menyerahkan ponselnya dengan wajah yang tak bersahabat.
"Thank you makasih pak ustadz..." Anindya langsung menjauh dan meng chat Gilang, ya siapa lagi kalo bukan Gilang temen cowo nya.
Tak lama kemudian, Anindya menyerahkan kembali ponselnya ke pemiliknya, yang tak lain ke pak ustadz nya.
"Kalo nama saya yang tersematkan di lauhul Mahfudz mu yang tersematkan di WhatsApp mu bisa apa...?"
______________________
Aaaaaa baper nihh gus Tahfiz bikin baper mulu euy!
Assalamualaikum...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin With Gus | End
Teen Fiction⚠️Bucinable area!⚠️ Judul awal : Santri Kampret NOTE : REVISI BERTAHAP Bagaimana jadinya kalau seorang Anindya yang bandel dan suka bikin onar diperebutkan oleh dua Gus beradik kakak? Anindya Alisya Syahreza. Anindya merupakan salah satu siswi pali...