TARAAAA!! SIAPIN MENTAL DULU YA GESSS SEBELUM BACA💗
-Happy reading-
Anindya buru-buru dibawa ke rumah sakit ketika mengalami kontraksi, Umi dan Abi menunggu diluar sembari menelfon Tahfiz yang masih mengurusi pekerjaannya.
Ketika Tahfiz susah dihubungi, Umi berganti menelfon besan nya yang dirasa bisa menenangkan sang anak yang lagi menahan rasa sakit yang tak terduga. Terkadang datang terkadang hilang.
Beberapa jam kemudian, Ayah dan Bunda Anindya datang dengan membawa semua peralatan bayi. Entahlah, sepertinya orang tua Anindya sangat bersemangat sekali.
"Assalamualaikum." Salam keduanya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Umi dan Abi yang mendengar.
"Nak Tahfiz belum pulang?" Tanya Bunda Anindya begitu menuntut.
Umi menggeleng, "Belum, di hubungi juga susah."
Bunda mengangguk singkat, "Masuk dulu ya, mau nemenin Anindya di dalem." Ujar Bunda sebelum masuk dalam ruangan.
"Assalamualaikum, sayang." Salam Bunda ketika nampak wajah anaknya yang berkeringat seperti menahan rasa sakit.
"Waalaikumsalam, Bundaaaa."
"Dari kapan kontraksinya ini, Sayang?" Tanya Mommy terlihat khawatir.
" Se-sejak tadi subuh Anindya mulai kerasa, Bun." Jawab Anindya.
"Kok lama banget lahirannya."
"Baru bukaan li-lima tadi, air ketubannya juga belum pecah, diperkirakan ma-masih beberapa jam lagi." Balas Anindya terbata-bata sembari menahan rasa sakitnya.
Sedangkan diluar sana, Ayah Anindya bersama Umi dan Abi mencoba menghubungi Tahfiz entah sudah ke berapa kalinya. Namun sepertinya ponsel yang dibawa Tahfiz di matikan, sehingga susah sekali untuk menghubunginya.
"Assalamualaikum." Umi bernapas lega dan berucap syukur ketika telfonnya menyambung dengan ponsel Tahfiz.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. ada apa, Umi? Kok kayak panik gitu."
Tahfiz terheran dengan nada bicara Umi-nya.
"Nak Anindya mau lahiran."
"Mau lahiran? Yang bener Umi."
"Iya, ini udah nunggu di rumah sakit, Buruan ke sini"
"Ya Allah... bentar lagi Tahfiz pulang, baru saja ini turun dari pesawat."
"Langsung aja ke rumah sakit, kalau sudah nyetir mobil jangan lupa berdoa dulu ya, bang. Hati-hati jangan ngebut-ngebut."
"Iya, Umi."
"Ya sudah, Umi tutup dulu telfonnya, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
Tut!
Umi bernapas lega, akhirnya sang anak bisa dihubungi juga.
"Gimana, Umi?" Tanya Abi meminta jawaban.
"Lagi dalam perjalanan pulang." Jawab Umi menatap Abi yang duduk disebelah suaminya.
Bunda keluar dari ruangan Anindya, ia sedikit cemas terhadap sang anak. Apalagi suaminya belum menampakkan batang hidungnya sama sekali untuk menemani.
Oek!
Oek!
Oek!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin With Gus | End
Teen Fiction⚠️Bucinable area!⚠️ Judul awal : Santri Kampret NOTE : REVISI BERTAHAP Bagaimana jadinya kalau seorang Anindya yang bandel dan suka bikin onar diperebutkan oleh dua Gus beradik kakak? Anindya Alisya Syahreza. Anindya merupakan salah satu siswi pali...