part : 17

22.4K 1.4K 14
                                    

-happy reading-


"Kenapa kamu sayang?" Tanya Nisa, Bunda Anindya.

"Perut Anindya lagi sakit, Tante." Jawab Erlin.

"Lagi haid?" Tanya Niko, Ayah Anindya.

"Iya, Om."

"Sakittt, Bundaaaaa hiks..." Keluh Anindya menghambur ke pelukan Bundanya.

"Kalau begitu, kita pergi dulu ya, Tan. Assalamualaikum." Pamit ketiga teman Anindya.

"Waalaikumsalam." Jawab Ayah dan Bunda.

"Ayo duduk dulu, Sayang." Ajak Bunda duduk.

Anindya tetap tidak mau melepaskan pelukannya, dan meringis karena perutnya sangat sakit.

"Anak kamu kenapa, Nisa?" Tanya Bu Nyai yang merupakan sahabat kedua orang tua Anindya.

"Perutnya sakit, lagi haid." Jawab Bunda mengecup puncak kepala Anindya.

"Biasanya anak aku yang ketiga selalu stok, tapi dia lagi kuliah di Kairo. jadi di kamarnya mungkin ada tapi sudah kadaluarsa." Ujar Umi khawatir melihat keadaan anak sahabatnya.

"Mau beli di apotek, tapi aku ngga tahu daerah sini." Ucap Ayah mengelus kepala Anindya yang baluti jilbab.

"Kalau gitu, aku suruh Tahfiz saja membelikan." Ucap Umi, dan memanggil Tahfiz Anaknya.

"Kenapa, Umi?" Tanya Tahfiz menghampiri Uminya di ruang tamu.

"Umi mau minta tolong boleh?"

"Boleh Umi, mau minta tolong apa?" Tanya Tahfiz.

"Bisa beliin obat datang bulan di apotek?" Tanya Umi menatap Anaknya dengan penuh harap.

"Tahfiz ngga tahu, Bunda. Tahfiz malu sebagai laki kalau beli obat datang bulan." Balas Tahfiz.

"Kenapa harus malu? Ngga papa, nak. Buat belajar juga kalau udah punya istri."

"Tapi Umi... Nanti Tahfiz juga mau ceramah dimasjid."

"Tidak sekarang bukan?"

Tahfiz menghembuskan napasnya, selalu kalah debat kalau sama Uminya.

"Ngga kasihan lihat Anindya sakit?" Tanya Umi.

"Emang orang kalau lagi haid kaya gini kah? Sesakit apakah perutnya? Apa seperti orang mau lahiran." Tahfiz membatin.

"Yaudah, Tahfiz mau tapi mau ngajak kang-kang aja." Jawab Tahfiz akhirnya.

"Terserah kamu, Yang penting mau beliin." Ucap Umi terkekeh geli melihat Anaknya pasrah.

"Ditahan dulu sakitnya ya, nduk. Masi dibelikan obatnya."

🍁🍁🍁

Para santri dikumpulkan menjadi satu di masjid untuk mendengarkan ceramah ustadz Tahfiz.

Sedangkan Tahfiz sekarang masih berada diperjalanan setelah membelikan obat datang bulan untuk Anindya.

Jujur saja, Tahfiz sangat malu tadi ketika membeli obat datang bulan. Apalagi yang jaga apoteknya perempuan.

Rasanya Tahfiz mau menghilang saja ketika mba kasir menertawakannya pelan tadi.

"Ternyata ribet banget jadi perempuan ya, kang." Ujar Tahfiz menoleh sebentar pada kang pondok yang di ajaknya, namun tidak mau membantunya sama sekali. Sama saja.

Terkekeh pelan, "Gus kok mau disuruh Bu Nyai beli gituan."

"Jangan ketawa, saya terpaksa."

"Walaupun bukan sepenuhnya terpaksa."

"Nggh, Gus." Balas kang pondok sambil tersenyum.

Skip
.
.
.

Setelah Tahfiz sampai dipondok, ia langsung saja memberikan obatnya kepada Umi.

Walaupun Tahfiz sedikit telat buat ceramah di masjid, tetap saja harus terlihat biasa aja berjalan menuju masjid.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Salam Tahfiz dengan suara tegasnya.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Afwan, tadi ada kendala yang membuat saya sedikit telat." Ucapnya kemudian.

"Kali ini saya akan ceramah dengan tema berpacaran." Ucap Tahfiz dengan lantangnya, sampai-sampai yang sudah tidur duluan langsung bangun mendengarnya.

Sorak demi sorakan terdengar keras di masjid ini, banyak yang bersemangat untuk mendengarkan ceramah yang akan dimulai ustadz Tahfiz. Termasuk pembacanya ya kan?

"Sebelum mulai kajiannya, mari bersama mengucap basmalah bersama-sama Bismillahirrahmanirrahim..."

"saya pernah mendengar orang nanya gini 'emang kamu bisa menikah tanpa pacaran dulu? Ya ini nih yang membuat saya tertarik dengan ceramah bertema pacaran."

Seketika hening didalam masjid ini, para santri mendengarkan ceramah dengan teliti.

"Inilah kenapa akhirnya pacaran itu diharamkan dalam Islam, walaupun tujuannya untuk memahami pasangan kita, bukan tanpa alasan, bukan tanpa hawa nafsu, Allah SWT memerintahkan rosululloh untuk menikah dengan setidaknya dengan dua belas istri. Bukan melainkan ini perintah langsung dari sang pemberi wahyu.

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌ يُوحَوَ

"Tujuannya untuk apa? sebagai tuntutan suri tauladan bagi umatnya dan mengajarkan kepada kita bagaimana cara untuk memahami pasangan kita. Sebab istri rosululloh itu telah mewakili sifat wanita di dunia. Masih kurang Allah turunkan surat an-nisa khusus bertemakan tentang wanita. Tujuannya untuk apa? Agar laki-laki bisa memahami wanita dengan seluruhnya."

"Atas dengan ilmu apa kita mengatakan bahwasanya pacaran itu dibolehkan, walau dengan tujuan memahami pasangan kita. Dan ada satu yang harus diketahui tidak ada seorang pun yang bisa melukai hati kita kalau bukan kita sendiri yang membukanya agar orang lain bisa menyakitinya."

"Berarti berpacaran itu haram ustadz?" Celetuk salah satu santri putra.

-------------------------------

TBC

Salam dari Anindya : haiii, perut gue sakit bgt tau. Tapi udah sembuh kok apalagi obatnya dibeliin Gus ganteng:)

Jangan lupa vote dan komen💓💓

Assalamualaikum ✋

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang