part : 41

22.5K 1.3K 17
                                    

Suka sama seseorang yang PAHAM AGAMA is another level of falling in love.

Karena dia berhasil merayu SANG PENCIPTA sebelum menaklukan hati seorang manusia.

-Happy reading all-

"Kenapa?" Tanya Tahfiz menoleh pada Anindya yang masih belum tidur juga.

"Nggak bisa tidur ih." Keluh Anindya menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.

"Tinggal mejamin matanya aja, nanti juga kamu tidur-tidur sendiri. Saya udah ngantuk banget ini." Ujar Tahfiz menatap Anindya lekat.

"Emmm, tetep ngga bisa tidur Gussss," Kata Anindya semakin merengek.

Dan seketika itu juga petir menyambar, hujan turun dengan derasnya membuat pasutri yang di dalam kamar menjadi kedinginan.

"Aaaaaa—" Anindya begitu terkejut kala petir menyambar keras. Untung saja Tahfiz segera membekap mulut Anindya dengan tangannya.

"Emppt! Lepas Gus, tangannya asin." Anindya menggerutu kesal.

"Ini rumah sakit, nggak boleh teriak-teriak, nanti ganggu pasien yang lagi istirahat."

"Anindya juga pasien loh, Gus." Peringat Anindya.

"Bukan kamu maksudnya, pasien lain yang saya maksud itu." Terang Tahfiz dengan jelas.

Anindya menganggukkan kepalanya, ia membekap tubuhnya dengan tangannya yang melingkar sempurna di bagian tubuh yang kedinginan.

"Humaira kedingina, ya?" Tanya Tahfiz yang melihat gelagat Anindya yang meresahkan.

"Menurut, Gus?" Tanya balik Anindya memanyunkan bibirnya. Membuat Tahfiz gemas saja.

Tahfiz terkekeh kecil. "Ayo, tidur sama saya." Ucap Tahfiz beranjak menaiki ranjang.

"Loh-loh, emang muat?" Tanya Anindya.

"Muat pasti, nggak papa sempit, yang penting kamu nggak tidur kedinginan." Balas Tahfiz sedikit menggoda.

Tahfiz merengkuh Anindya dalam dekapan hangatnya. baru pertama kali Anindya dalam posisi se extrem ini, yang membuat jantung berdebar dan berdisko tak karuan.

Anindya pun hanya menerima pelukan Tahfiz dengan lapang dada dan menikmati aroma parfum Tahfiz yang sangat disukainya. lagian ia juga kedinginan dan butuh rengkuhan kehangatan pastinya.

"Gus."

"Hmm."

"Gussss."

"Hmmm.""

"Gusssssssss"

Tahfiz terkekeh pelan kembali membuka matanya sambil menghela napasnya pelan. "Kenapa Anindya Alisya Syahreza?"

"Kira-kira kapan Anindya bisa pulang yah?"

"Baru aja dirawat satu hati, eh! Satu hari maksudnya, masa udah nanyain pulang aja." Geleng-geleng Tahfiz tak habis pikir dengan gaya pikir Anindya.

"Habisnya di rumah sakit makan bubur mulu, hambar tau."

"Emang ada ya, dirumah sakit makan sama ayam?" Tanya Tahfiz balik.

"Ada, kalo suaminya mau beliin."

"Kalau nggak punya suami?"

"Ih! Kan semisal punya suami kayak Anindya gitu lohh. Tapi kalo nggak punya suami berarti keluarganya yang lain, Gusss." Anindya menghembuskan napas setelahnya.

Sudut bibir Tahfiz tertarik ke samping. "Kalau nggak punya keluarga?"

"Ih!" Anindya mencubit perut suaminya.

"Aduh-aduhhh, sakit Humaira," Keluh Tahfiz.

"Siapa suruh jahil."

"Iya sayang iyaaa, maaf ya..."

"Jangan diulangi lagi!"

"Iya-iya, kalo saya nggak khilaf hehe."

"Gusssssss."

"Stttt, sekarang tidur ya." Perintah Tahfiz lembut. Hanya di angguki Anindya kemudian memposisikan tubuhnya dengan nyaman.

Walaupun Anindya sudah memejamkan mata, kini ia masih berkelana dalam pikirannya. Rasanya nyaman sekali berada dalam pelukan Tahfiz yang menghanyutkannya.

Terdengar hujan mulai mereda, rintik-rintik hujan malam ini membuat pikiran Anindya berkelana pada kejadian kala kedatangannya pertama kali di pondok pesantren yang bernama 'Athaya' ini.

Menelusuri malam-malam yang sangat hening, Anindya bersyukur Allah memberikannya jodoh seperti Tahfiz, rasanya ingin mengucap beribu terimakasih pada suaminya karena telah mengajari bagaimana rasanya mencintai dan disayangi.

Dihari ini, di jam ini, dimalam ini, dan detik ini juga Anindya merasakan jatuh hati pada seorang Gus Tahfiz. Awalnya ia memang membenci sosok Gus Tahfiz, namun kini perasaan itu telah berubah menjadi cinta. Tak bisa dipungkiri bahwa kata-kata benci menjadi cinta, kejadian itu kini terjadi pada Anindya.

Sekarang Anindya sudah terlelap dalam tidurnya, kini tidur paling nyaman tidur di pelukan suaminya.

***

Pagi sudah mulai menjelang siang, dua pasutri yang tidur seranjang dan saling berpelukan mesra masih tertidur pulas dengan nyenyaknya.

Umi dan Nisa yang sudah janji mau menjenguk kembali Anindya, bersama kawan-kawan kamar Anindya yang maksa ingin ikut. Dan juga tak lupa adik Tahfiz yang ikut menjenguk karena tugas-tugas kuliahnya telah selesai.

"Wow! Adegan romantis gratis." Terkejut Rasya langsung menutup mulutnya.

"Kok masih tidur?" Bingung Umi menatap Nisa meminta jawaban.

"Aku juga nggak tahu." Balas Nisa mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya.

"Assalamualaikum..." Ucap Rasya memelankan suaranya.

Tahfiz dan Anindya yang mendengarnya langsung membulatkan matanya terkejut, bagaimana tidak terkejut mereka berdua masih dengan posisi yang sama seperti waktu malam. Kini keduanya langsung melepaskan kaitan pelukannya.

"Pengantinnya lagi mesraan nih, uhuy!" Goda Erlin bar-bar.

Malu sekali rasanya, Jika berada diposisi Anindya, Ingin menghilang saja. Apalagi Anindya yang mengalaminya.

_____________________

Semoga kalian suka♡
See you part selanjutnya...

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang