part : 06

25.7K 1.6K 16
                                    

Jagalah shalatmu, karena ketika kamu kehilangan shalatmu, maka kamu akan kehilangan segalanya.

"Anindya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Anindya..." Panggil Nisa mulai berkaca-kaca.

"Iya, Bun. Eh Bunda kenapa nangis?" Begitu menoleh Anindya langsung dibuat terkejut oleh Bundanya yang sudah meluncurkan air matanya.

"Ayah sudah membuat keputusan, kalau kamu akan masuk pondok pesantren." Ucap Niko dengan tegas tak terbantahkan.

"Loh, Ayah nggak bisa gitu dong. Memangnya Anindya salah apa?"

"Kamu nggak merasa punya salah apa-apa?" Tanya Niko sambil menggelengkan kepalanya.

Anindya menundukkan kepalanya, meremas-remas jemarinya gelisah. Merenungi kesalahan apa saja yang telah dibuatnya.

"Masih belum ingat?" Tanya Niko, lagi.

Anindya menganggukkan kepalanya kemudian mendongak menatap kedua mata Ayahnya yang begitu jelas tersiratkan kemarahan.

"Ingat apa kesalahan kamu?"

"Anindya kena skorsing lagi. Tapi Anindya nggak mau kalo harus masuk pondok pesantren, Ayah..."

"Keputusan Ayah udah nggak bisa ganggu gugat."

"Aku mohon Ayah. Bunda... Anindya janji akan merubah diri—"

"Di pesantren." Sahut Nisa memotong ucapan Anindya. Mau bagaimanapun membela Anindya, suaminya tidak akan merubah keputusannya.

"Ayah mau berangkat kerja dulu, jangan lupa siapin baju-baju Anindya buat besok ya, Bun." Ucap Niko dengan tegas.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Anindya nggak mau masuk pondok pesantren, Bun please..."

"Udah konsekuensinya kalau kamu di skorsing lagi dari sekolah, sayang."

"Bun..."

"Apalagi?" Nisa sedikit kesal dan meninggikan suaranya.

Anindya terkejut begitu Bundanya meninggikan suaranya. "Anindya nggak mau Bunda... Hiks! Anindya Belum siap."

"Terus kapan kamu siapnya?" Tanya Nisa dengan lembut.

Anindya menggelengkan kepalanya. "Nggak mau hiks! Bundaaaa."

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang