part : 09

23.5K 1.4K 10
                                    

Suara mulut hanya butuh telinga untuk mendengar, tapi diamnya mulut membutuhkan jiwa yang bisa memahami.

-happy reading-

Kini sudah hari kedua Anindya menjadi santri baru di pondok Athaya. Anindya tak banyak teman, karena ulahnya yang membuat semua santri geleng-geleng kepala melihatnya, tetapi bagi Anindya teman sekamar aja udah cukup dan malah asik dan seru.

"Anindya..." Panggil Jihan pada Anindya yang malah enak-enak tidur disaat adzan sudah berkumandang.

"Hm..." Jawab Anindya setengah sadar dengan tidurnya.

"Bangun Anindya.. Udah subuh nih, waktunya sholat." Ujar Jihan sambil berkacak pinggang disebelah ranjang.

"Iya.. bentar Bundaaa."

"Sepertinya Anindya rindu sama Bundanya." Batin Jihan merenung sejenak.

"Anindya.. ini aku Jihan."

"Arghhh." Anindya mengerjapkan matanya dan menguceknya berkali-kali layaknya anak kecil yang baru bangun tidur.

"Sholat subuh dulu Anindya, cepetan ke kamar mandi, aku tunggu disini."

"Hm, tunggu ya." Akhirnya Anindya beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi.

"Iya, aku tunggu sama yang lainnya disini, tapi cepetan sebelum kita masbuk."

"Pokok tunggu." Anindya sedikit berlari menuju kamar mandi.

Sembari menunggu Anindya dan yang lainnya, Jihan menyibukkan dirinya dengan murojaah kitab.

***

Usai mandi dan berwudhu, Anindya dengan cepat memakai mukenanya dan berangkat ke masjid bersama-sama.

Mereka berempat berjalan cepat menuju masjid, tetapi ternyata malah telat, Erlin menghentakkan kakinya kesel, begitu juga dengan Jihan yang mewek-mewek ga jelas, mereka berdua menatap Anindya tajam.

"Anindya!"

"Inalillahi..."

Yang ditatap jadi tersenyum." Sorry, aku mandinya lama ya?"

"Udah tau, pake nanya lagi." Jihan memanyunkan bibirnya.

"Udah, dari pada nyalahin mendingan langsung masuk aja sebelum ustadzah tahu kalau kita masbuk sholat." Lerai Annisa yang anti dengan perdebatan.

Erlin dan Jihan menepuk jidatnya, mereka berdua lupa kalo sholat subuh rakaatnya cuma dua, gara-gara keasikan berantem jadi lupa.

"Ayo cepet masuk, sebelum ketahuan." Ucap Erlin menoleh kanan kiri.

"Ayok."

Usai sholat subuh, mereka langsung kembali ke kamar dan bersiap untuk kajian pagi di masjid.

"Hai guys.. kalian tau ngga--" Ucap Jihan sudah terpotong oleh ucapan temannya.

"Enggak."

"Aku belum selesai ngomong loh." Jihan memukul lengan Erlin pelan.

"Salah sendiri nanya, udah jelas-jelas kita ngga tahu maksud lo apa." Anindya  menggelengkan kepalanya.

"Yaudah, lanjut." Annisa melerai.

"Aku kasih pertanyaan yah, pasti kalian pada ngga tahu."

"Apaan memang." Anindya mulai antusias dengan yang ucapkan Jihan.

"Nabi-nabi apa yang ngga ada di kitab, ngga ada di Al-Qur'an dan ngga ada di hadist-hadist? Hayo.. pasti pada ngga tahu." Jihan tersenyum jahil.

"Nabi Khidir." Jawab Annisa cepat.

"Salah dong."

"Nabi Ibrahim." Jawab Erlin setelah menimang-nimang.

"Masih salah, hayo.. masih salah juga."

"Terus apaan, gue ngga tahu kalau kek gini." Anindya memberengut kesal dengan jawaban temannya yang tak kunjung benar.

"Dipikir dulu dong, masa udah nyerah..." Jihan tertawa kecil.

"Nabi palsu." Jawab Anindya kemudian.

Jihan merenung sebentar. "Benar juga apa kata kamu Anindya, tapi kok masih salah." Jihan kembali tertawa sampai memukul-mukul lengan Annisa.

"Kamu kalau lagi seneng nyakitin ya, Han." Annisa mengeluh dengan kelakuan Jihan.

"Afwan ya, Annisa."

"Iya..."

"Masa jawaban gue salah sih, kan bener nabi palsu ngga ada di Al-Qur'an dan hadist-hadist juga kitab-kitab." Anindya tidak terima jawabannya disalahkan.

"Yaudah, aku kasih tau jawabannya." Ucap Jihan duduk tegap.

"Apa??" Erlin dan Anindya langsung mendekat.

"Jawabannya Nabila."

"Hah?!" Anindya terkejut.

"Mana ada, kok bisa?" Erlin juga sama terkejud dengan jawaban yang dilontarkan Jihan.

"Ya bener dong, kan Nabila ngga ada di Al-Qur'an, hadist-hadist, dan juga kitab-kitab." Terang Jihan menarik turunkan alisnya.

"Wow wow wow, berarti jawaban gue juga bener." Anindya berteriak senang.

"Iya deh, jawaban Lo emang bener, Anindya pinter."

"Emang, baru nyadar sekarang?"

"Anindya." Panggil Annisa sembari mencari kitabnya yang tersimpan rapi dalam lemari.

"Iya..." Anindya menolehkan kepalanya pada suara panggilan Annisa.

"Tadi subuh ngga ada yang lihat kita masbuk sholat? Perasaan aku ngga enak." Annisa mengungkapkan perasaan khawatirnya.

Anindya memutarkan bola matanya malas. "Apaan itu masbuk?"

Tok! Tok! Tok!

TBC

Semoga suka ya

Assalamualaikum ✋

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang