part : 23

21.5K 1.3K 2
                                    

-Happy reading-


"Semangat banget aku mau lomba." ujar Jihan bersiap.

"Biasa aja, orang gak ada apa-apa."

"Ada."

"Apa?" Tanya Anindya menoleh.

"Sesuatu, hanyalah sesuatu." ucap Jihan sambil bernyanyi.

Anindya hanya menatap datar Jihan karena sudah dibuat kesal.

"MasyaAllah, Anindya cantik hari ini." ucap Erlin yang baru saja masuk kamar.

Anindya menoleh sebentar, "Berarti kemarin-kemarin gak cantik gitu?"

"Bukan gitu maksudnya ih."

"Ya terus?"

Erlin terkekeh pelan, "Cantiknya nambah kalo hari ini."

"Ututu, makasih Elinnnn." Dengan gemas Anindya mencubit pipi Erlin yang semakin tembem.

"Erlin bukan Elin, Anindya"

Anindya menggelengkan kepalanya, "Gak mau, aku maunya manggil kamu Elin"

"Udah deh, pasrah aja biar cepet" saran Jihan sembari memakai jilbabnya.

Erlin mendengus kesal, "iya deh, terserah"

Anindya dan Jihan pun tertawa, senang sekali rasanya kalau liat temennya kesal.

🍁🍁🍁

Acara milad dimulai dengan sambutan, berlanjut dengan perlombaan, sampai akhirnya pukul 11 siang tiba di penutup. Karena sebentar lagi akan Adzan Dzuhur.

"Alhamdulillahirabbilalamin, acara perlombaan telah selesai dengan lancar. Untuk pemenang lomba harap tunggu pengumuman selanjutnya."

"Karena sebentar lagi mau Adzan Dzuhur, kalian semua boleh beristirahat dulu sebelum Adzan di kumandangkan"

🍁🍁🍁

Setelah membeli minuman dingin di koperasi, Anindya segera membayarnya dan keluar mencari Jihan, Erlin, serta Annisa untuk mengajaknya bersama kembali ke kamar.

Dengan sedikit berlari, Anindya mencari teman-temannya di sekitar panggung perlombaan tadi. Namun nihil, mungkin saja ia telah ditinggal.

Anindya memanyunkan bibirnya, "Baru ditinggal beli minuman sebentar eh ditinggal"

"Awas tuh ketemu dikamar" ucapnya sembari melempar botol kosong yang menghalangi jalannya.

Duk!

"Aduhhh!"

Anindya menoleh ke arah suara, matanya melotot begitu melihat botol kosong yang di lemparnya terkena kepala Rachel.

Rachel menatap Anindya dengan napas yang naik turun seperti ingin menerkam orang yang lumayan jauh di sana.

Sedangkan Anindya yang di tatap begitu, ia hanya menyunggingkan senyumnya dan segera berlari dari amukan Rachel.

"Anindya jangan lari Lo, tunggu!!" Rachel mengejar Anindya.

"Gue gak sengaja, maaf" teriak Anindya.

"Gue gak terima!!"

"Yaudah, kalo gitu aku yang terima"

"Gak ada kayak gitu"

Sampai akhirnya Anindya hampir tertangkap oleh Rachel. namun,  Rachel belum sempat menangkap Anindya, ia sudah melihat Gus Tahfiz berjalan di depannya.

Rachel rasanya ingin mengumpat saja, namun tidak mungkin dan ia segera menundukkan kepalanya sopan.

Sedangkan Anindya berlari sekencang-kencangnya sampai di sekolah santri putri. ia senang sekali bisa lolos dari nenek lampir yang ingin menerkamnya. Anindya terkulai lemas dan duduk di teras sekolah sampai meminum minumannya sampai tandas tidak tersisa.

Anindya tertawa begitu mengingat kejadian tadi, "Kasihan banget Rachel, udah ketimpuk botol mana kehalang Gus Tahfiz yang mau ke masjid."

"Anindya." Panggil Ustadzah Alif.

"Kenapa sih bisa ketemu Ustadzah Alif segala." Gumamnya kesal.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab Anindya.

"Kenapa masih di sini? Bukanya ke kamar istirahat sebelum Adzan buat sholat Dzuhur."

"Iya, ini baru mau ke kamar." Ucap Anindya langsung meninggalkan Ustadzah Alif begitu saja.

Ustadzah Alif hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan santriwati yang satu itu.

Saat Anindya berjalan menuju kamar, ada seseorang yang mendahuluinya dan memasuki ruangan pemimpin pesantren dengan gaya antiknya.

Anindya yang sudah setengah jalan menuju kamar pun melanjutkan jalannya.

Orang itu pun dengan segera duduk setelah di persilakan. Ustadzah Alif spontan menatap pada orang yang dirasa sangat asing.

"Kamu santri baru?" Tanya Ustadzah Alif.

Seseorang itu langsung balik menatap ketika merasa ditanya, "iya, saya santri baru disini"

"Kamu datang kembali ke sini sehabis Dzuhur aja, Gus Tahfiz akan datang ke ruangan pemimpin pesantren setelah Dzuhur."

"Siapa Gus Tahfiz?"

"Pemimpin pesantren ini."

"Jangan lupa benerin jilbab kamu sebelum bertemu dengan Gus Tahfiz"

"Ribet"

"Dimana orang tua kamu?" Tanya Ustadzah Alif tanpa menggubris ucapan lawan bicaranya itu.

"Orang tua saya masih di rumah kyai dan Bu Nyai."

"Kamu bisa menyebutnya rumah ndalem." Ujar Ustadzah Alif yang hanya di angguki oleh orang itu.

"Nama kamu siapa?"

"Lita Olivia"


___________________

Kalian masih ingat kan siapa Lita Olivia?

Tunggu next part selanjutnya;)

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang