part : 27

22.6K 1.3K 4
                                    

-Happy reading-

"Duh, hari ini gue harus ottoke?" Bingung Anindya sembari melipat mukenanya.

"Ya gak gimana-gimana, tinggal ke ndalem dan selesai pulang." Balas Erlin sambil rebahan.

"Ya emangnya kamu disuruh apa ke sana?" Tanya Jihan menatap penuh curiga kepada Anindya.

Anindya memanyunkan bibirnya. "Ya ngga disuruh kenapa-napa."

Annisa menggelengkan kepalanya. "Ngga mungkin Bu nyai ataupun Kyai  manggil kamu tanpa alasan, mesti ada alasan dibalik itu."

"Ya-ya ngga disuruh apa-apa."

"Jujur aja deh." Suruh Erlin menyelesaikan melipat bawahan mukenanya dan menghadap Anindya.

"Ta-tapi kalian jangan bilang ke siapapun ya, harus rahasia antara kita aja." Anindya mengangkat jari telunjuknya menghadap taman-temannya.

"Iya deh, kita janji iya ngga?" Ucap Jihan melirik Annisa dan Erlin yang hanya di angguki olehnya.

"Sini." Anindya menyuruh mereka mengumpul.

Mereka pun mengumpul jadi satu ditengah-tengah kamar, seketika kamar menjadi hening.

Anindya menghela napas dalam sambil memejamkan matanya dan membuka kembali matanya. "Jadi gini, gue dijodohin."

"APA!!"

"WHAT, DEMI APA."

"Kamu mau? Dan dengan siapa? Kok berhubungan dengan kyai dan Bu nyai segala." Tanya Annisa dengan penuh penasaran.

Anindya tersenyum tipis, "Di jodohin sama Gus Tahfiz."

Jihan dan Erlin melototkan matanya terkejut, rasanya tak percaya mendengar kata Anindya.

"ANINDYA! LO KEMANA AJA WOI." Teriak seseorang di pintu kamar yang memakai jilbabnya hanya sebagai penutup kepala saja.

Anindya dan yang lainnya  terkejut dan refleks langsung menoleh ke arah pintu.

"Lo!" Anindya menunjuk orang itu.

"Iya... Ini gue, Lita sahabat Lo!" Ucap Lita dengan suara kerasnya.

"Astaghfirullah, kemana aja Lo baru datang ke pondok?" Sergap Anindya langsung berhambur ke rangkulan sahabat lamanya itu.

"Njir, gue sesak napas woi." Lita mengimbangi Anindya yang erat rangkulannya.

"Gue rindu banget sama Lo siti!"

"siti-siti, gue Lita bukan siti." Lita menggelengkan kepalanya.

Sedangkan Erlin, Jihan dan Annisa hanya mengelus dadanya dengan tingkah dua sejoli ini.

"Eh, tapi Lo makin beda yah, gaya bicara Lo makin ada resapan santri-santri gitu, walaupun gaya bicaranya masih Lo gue." Lita menatap Anindya dari atas sampai bawah.

"Iya lah, gue di didik di pondok ini, tetapi kalau gaya bahasa yang Lo gue ini masih mendarah daging di gue." Jawab Anindya.

"Lo jadi mondok disini kan? Dari kapan Lo udah dateng? Kok gue ngga tahu." Lanjutnya.

Lita tertawa keras, sampai jadi pusat perhatian para santri yang berlalu lalang disekitar kamar. Tapi kalau Lita dan Anindya sudah biasa, karena sering jadi pusat perhatian seperti ini.

"Gue bareng sama nyokap dan bokap Lo, Pas Dateng kemarin... Dan pas itu juga Lo mau lomba." Jawab Lita.

"Terus kenapa Lo ngga dateng ke kamar gue langsung? Terus sekarang Lo tinggal dimana?" Tanya Anindya tak henti-hentinya.

Lita memutar bola matanya malas, "Gue disuruh masuk dulu kek."

Anindya terkekeh pelan, "Oh ya gue lupa." Ucapnya sambil menepuk keningnya.

Lita dan Anindya pun masuk ke kamar dan menutup kembali pintunya. Jadi malu di liatin banyak orang, dan ngga sopan juga bicara di tengah-tengah pintu.

"Jelasin." Pinta Anindya setelah duduk di ranjangnya.

"Tunggu dulu, sebelum itu Lo semua siapa? Kenalan dulu dong...." Ucap Lita menatap Erlin, Jihan dan Annisa.

"Hai, perkenalkan nama aku Annisa Aruna, biasa dipanggil Annisa." Ucap Annisa menyodorkan tangannya dan dibalas dengan Lita tersenyum.

"Dan aku, nama aku Jihan Natasya, panggil aja Jihan." Begitupun Jihan.

"Dan yang terakhir... Aku, nama aku Erlina Fadila, panggil aja Erlin salam kenal ya."

Lita menganggukkan kepalanya tersenyum. "Nama gue Lita Olivia yang cantekkkk, panggil aja Lita." Ucap Lita tertawa.

"Dih!" Lirik Anindya.

"Apa?!"

"Ga jelas, Sekarang Lo jelasin kenapa Lo ngga langsung ke kamar gue?" Tanya Anindya menatap Lita.

_____________

Assalamualaikum 🙂

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang