part : 12

24.6K 1.4K 8
                                    

Harga dirimu di mata Allah tidak akan bertambah karena pujian, dan tidak akan jatuh karena cacian.

-happy reading-


Erlin dan Jihan hari ini mendapatkan hukuman bersih-bersih bagian belakang masjid yang udah lama tidak dibersihkan, banyak sekali dedaunan yang jatuh dari beberapa pepohonan didekatnya.

"Kenapa hukuman gue di bedain sih?" Ucap Anindya melempar batu sembarang arah dengan kesal.

"Jalani aja, kalau kamu ikhlas pasti hukumannya lebih mudah." Tutur Jihan sembari mencabuti rumput-rumput lebat disekitar tembok.

"Masalahnya gue ngga ikhlas, gimana dong."

"Belum bisa baca Al-Qur'an?" Tanya Erlin pada Anindya.

Anindya menganggukkan kepalanya. "Iya, gue baca aja belum bisa apalagi kalau menghafal..."

"Bilang sama Gus Tahfiz kalau kamu masih belum bisa, pasti Gus Tahfiz memakluminya."

"Emang iya? Gus Tahfiz ngeselin banget loh."

"Kamu aja yang bilang Gus Tahfiz ngeselin." Ucap Jihan menggelengkan kepalanya.

"Pas lagi mengaji di ndalem kamu gimana?" Tanya Erlin heran.

"setiap ngaji aku di ajarin sama Umi."

"Juz berapa?"

"Masih iqro."

"Hah? Masih iqro." Terkejut Erlin dan Jihan tidak percaya.

"Emangnya kenapa, masalah?!"

"Ngga kok, yaudah lanjut aja belajar membaca Al-Qur'an sambil nungguin kita berdua selesai bersih-bersih." Ucap Erlin menjalani takziran nya.

Setelah usai membersihkan belakang masjid sampai bersih, Erlin dan Jihan menuju kantin membeli minuman segar.

Begitu juga Anindya mengikuti dari belakang sembari mencoba melafalkan ayat Al-Qur'an dengan benar.

"Udah hafal berapa ayat, Anindya?" Tanya Erlin menatap Anindya tersenyum.

"Masih 2 ayat, bingung gue." Anindya memijat keningnya yang sedikit pusing.

"Sabar..."

"Gue punya ide! Mending Tebak-tebakan yuk, biar ngga pusing." Ajak Anindya bersemangat.

"Yok, aku juga udah lama ngga main tebak-tebakan." Balas Jihan antusias.

"Gue ngga mau yang pertama dong, siapa yang mau duluan?" Tanya Anindya menunjuk Erlin dan Jihan bergantian sembari tersenyum.

"Aku duluan aja deh, apakah yang dimaksud dengan Ustadz?" Erlin membuat pertanyaan.

Seketika muka Anindya murung. "Ganti pertanyaan, jangan yang susah-susah, gue ya ngga tahu kalau pertanyaannya kaya gini." Protes Anindya.

"Biar bisa bermanfaat pertanyaan yang aku kasih, sekarang kalian tugasnya hanya jawab aja." Kata Erlin tersenyum menunggu jawaban dari temannya.

"Ustadz adalah.. ya Ustadz." Jawab Anindya malas.

"Salah, harus jelas jawabannya." Erlin menggeleng kepala.

"Ustadz adalah Gus Tahfiz." Jawab Jihan asal.

"Salah lagi, ayo buruan jawab dengan benar." Erlin tertawa sembari menutup mulutnya.

"Kalo soalnya kaya gini gue ya ngga tahu, tapi kalau soalnya tentang fisika, kimia, matematika masih bisa dibicarakan." Anindya berjalan mengelilingi Erlin sembari menghentakkan kakinya hingga debu mulai berterbangan.

"Mudah banget loh padahal pertanyaan yang aku kasih." Erlin tidak habis pikir dengan temannya yang tidak bisa menjawab pertanyaannya dengan benar.

"Terus apa mba, Erlin?" Jihan mengelus pipi Erlin dan berakhir di hempaskan sang empunya.

"Jawabannya itu diserap dari bahasa Persia yang artinya guru atau pendidik." Terang Erlin.

"Hah? Ya Allah.. padahal pertanyaannya mudah banget kenapa aku ngga kepikiran." Jihan menyesal.

"Giliran gue, apa yang kalian ketahui tentang sel darah merah dan jelaskan secara detail." Anindya tersenyum senang.

"Pelajaran IPA kan yah?" Tanya Jihan berpikir.

Anindya menganggukkan kepalanya. "Iya, betul banget."

"Kalau pertanyaan IPA aku ngga tahu, tapi kalau tentang agama akan aku jawab." Erlin menyilangkan tangannya didepan dada.

"Aku juga ngga tahu, lupa sama materinya." Timpal Jihan ikutan menyerah.

Anindya bertepuk tangan keras, gembira sekali membuat temannya kesusahan dengan pertanyaan yang dibuatnya. "Sel darah merah atau eritrosit berbentuk bikonkaf dan tidak memiliki inti sel. Ukurannya kecil dan fleksibel. Sel darah ini berjumlah sekitar empat sampai lima juta sel. Sel darah merah berfungsi membawa hemoglobin yang telah terikat oksigen dari paru-paru menuju jaringan lain. Selain itu, sel darah merah yang telah mengangkut oksigen, harus mengangkut hemoglobin yang telah terikat karbondioksida kembali ke paru-paru untuk melanjutkan siklus pernapasan manusia."

"Banyak banget penjelasannya." Heran Annisa tiba-tiba muncul.

"Iya dong, biar lebih detail." Anindya mengacungkan jempolnya.

"Iya, Anindya." Annisa menganggukkan kepalanya.

"Kalau aku ngga mau kalian nebak, langsung aja kalau aku mau tanya sama kalian." Tiba-tiba Jihan berucap.

"Nanya apa?" Erlin penasaran.

"Kenapa dunia menuntut berdamai dengan keadaan, sementara keadaan membunuh perlahan."

Keadaan menjadi hening sejenak, Anindya yang mengernyitkan dahinya  juga Erlin yang berpikir keras mencari jawaban yang tepat.

"Pertanyaan-pertanyaan kita terkadang tidak memiliki jawaban, kalau kita memaksa untuk mencari jawaban itu, yang ada kita akan memiliki semakin banyak pertanyaan. Membutuhkan keyakinan kita, bukan untuk ada hal-hal yang memang hanya dipertanyakan, melainkan diyakini. Ada keadaan yang memang kita tidak bisa mengendalikannya." Ucap Annisa panjang lebar.

"coba ingat-ingat berapa banyak kejadian dalam hidup kita yang tidak bisa kita kendalikan sesuai keinginan kita?" Lanjutnya.

"Woilah, ada apaan?" Tanya Anindya ketika melihat santri-santri berlarian menuju gerbang.

TBC

Update cepat

Assalamualaikum ✋

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang