part : 64

22.3K 1K 63
                                    

-Happy reading-

"Mau kemana, Mas?" Tanya Anindya ketika melihat suaminya yang sedang membereskan sesuatu.

Tahfiz menghampiri istrinya yang hendak berjalan ke arahnya, Tahfiz rasanya tidak tega juga tidak tenang meninggalkan istrinya yang sedang mengandung anaknya yang pada bulan ini sudah sembilan bulan.

Walaupun ada Umi, Abi dan juga Rasya yang pasti akan menjaga istri cantiknya ini, tetapi ia tetap merasa khawatir akan meninggalkan selama beberapa hari ini.

"Mas mau pergi dulu ya."

"Kemana? Kok tiba-tiba banget bilangnya." Jelas saja Anindya terkejut dengan ucapan suaminya.

"Mas mau ke luar kota dulu ya sayangnya mas. lagi ada masalah dengan Kafe yang ada di sana." Tahfiz mencium kening Anindya sedikit lama.

"Gak mauuu, Anindya gak ngizinin." Anindya mengerucutkan bibirnya seperti membentuk bulan sabit.

"Mas yang harus meng-handle langsung, sayang."

"Emang harus kesana banget ya, biasanya kan ada karyawan mas yang menggantikan" Gerutu Anindya beranjak duduk di kasur king size nya.

"Enggak enak kalau terus-terusan, apalagi masalah kali ini cukup serius yang harus segera di tangani."

"Perkiraan Dokter beberapa hari ke depan Anindya mau lahiran loh, masa tega ninggalin buat pekerjaan."

"Mas pasti langsung pulang cepet kalo kamu udah ada kontraksi, sayang."

"Tetep.Enggak.Boleh." Anindya menggelengkan kepalanya berucap dengan menekankan di setiap katanya.

"3 hari aja ya."

"Nggak boleh."

"Mas mohon, sayang. Kali ini masalahnya sangat serius yang membuat mas yang langsung sendiri meng-handle"

"Hanya 2 hari aja, Anindya izinin." Sudah lelah berdebat dengan suaminya, akhirnya Anindya menyerah.

"Tap—"

"Kalau gak mau gak usah berangkat."

Tahfiz mengembuskan napas beratnya, "Yaudah, jaga baik-baik anak kita ya sayang."

Anindya menganggukkan kepalanya, "Jangan lupa bawain oleh-oleh dari sana."

"Iya."

"Bawain cogan juga boleh." Ucap Anindya saking keselnya.

Tahfiz mendongak dan mengelus dadanya sabar menghadapi istrinya.

"Kalau yang satu ini gak bisa"

"Bawain—"

"Iya, nanti mas bawain oleh-oleh yang banyakkk."

"Bagus." Anindya mengacungkan jempolnya.

"Ayo, mas mau pamit dulu sama Abi dan Umi." Tahfiz menggandeng Anindya sembari berjalan pelan menuju ruang keluarga.

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang