part : 60

18.8K 1K 33
                                    

Bukan munafik. Tapi, terkadang menjauh itu lebih baik dari pada dekat, namun sakit.

------Happy reading------

Umi menepuk-nepuk pipi Anindya pelan, sepertinya menantunya ini lagi mendapat mimpi buruk, Anindya meracau terus sedari tadi, bahkan menangis tersedu-sedu dengan mata yang masih terpejam.

"GUS TAHFIZ!" Teriak Anindya bangun dari tidurnya.

Anindya mengatur napasnya terlebih dahulu. "M-mas Tahfiz di-dimana, Umi?"

"Minum dulu, Nak." Umi menyerahkan botol minum pada menantunya.

Anindya mengambil botol yang di serahkan Umi dan meminumnya, di rasa sudah lebih tenang, Anindya mulai membuka suara.

"Mas Tahfiz di mana, Umi?"

"Sudah pindah ruang rawat, Nak." Jawab Umi melirik pintu ruang ICU yang masih tertutup rapat.

"Allahu Akbar! Ruang jenazah Umi?" Tanya Anindya cepat.

"Bukan."

Anindya membuang napas beratnya, ia sudah khawatir sekali pada suaminya, untung saja hanya sebuah mimpi buruk.

"Kulo tadi mimpi buruk, Umi." Pungkas Anindya meraup mukanya yang bercucuran keringat dingin.

"Mimpi apa, nak?" Tanya Abi menyahut antusias.

"Mas Tahfiz ninggalin Anindya hiks! Mas Tahfiz udah nggak hiks! a-ada di dunia ini dalam mimpi." Jelas Anindya seraya menggigit bibirnya menahan air matanya yang hendak meluncur.

"Stttt! Udah jangan di pikirin, mending kita sholat subuh dulu sebelum matahari terbit." Ucap Umi berdiri dari tempat duduknya.

"Udah jam berapa, Umi?" Tanya Anindya menatap Uminya meminta jawaban.

Umi tersenyum hangat. "Jam 4 lebih 10 menit."

"Yaudah, ayo cepetan wudhu setelah itu sholat." Ajak Anindya berjalan sampingan dengan Umi menuju musholla dekat rumah sakit.

Setelah urusan sholat subuh sudah selesai, Anindya dan Umi kembali ke rumah sakit hendak menuju ruang rawat Tahfiz.

Belum juga sampai, Bunda Anindya menelfon Anindya entah dari seberang mana.

"Assalamualaikum, Bunda."

"..."

"Kenapa, Bun?"

"..."

"Rumah sakit ******** ruang 325."

"..."

"Hati-hati, Bun."

"..."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. " Jawab Anindya sembari menutup telfonnya.

Anindya tersenyum tipis. "Bunda mau datang kesini loh, Umi."

Ternyata senyuman tipis Anindya menular pada Umi. "Iya, Umi minta Hafiz nelfon Bunda kamu."


🍁🍁🍁

"Umi tinggal dulu sama Abi dan Hafiz ya, Nak." Pamit Umi keluar setelah mendapatkan anggukan pelan Anindya. Umi ingin Anaknya lebih leluasa bicara dengan sang menantunya. Terlihat sekali dari gelagat Anindya seperti gelisah memikirkan sesuatu yang belum terpecahkan di benaknya.

"Mas."

"Hm."

"Maafin Anindya ya, mas plisssss. Waktu di roftoop Anindya nggak ngapa-ngapain kok." Ucap Anindya mulai panik.

"Emangnya mau ngapa-ngapain?"

Skakmat

"Enggak kok ... Percaya sama Anindya."

"Musrik."

"Nggak usah percaya sama Anindya ngga papa deh, tapi setidaknya tau kalau Anindya itu jujur ... Nggak bakal ngelakuin macem-macem yang ngebuat suaminya marah." Anindya mulai berkaca-kaca bilangnya. Entah kenapa setelah mengetahui ia hamil jadi lebih sensitif.

Tahfiz menghela napasnya. "Nggak bakal di ulangin lagi?"

Anindya menganggukkan kepalanya. "Janji massss, hiks!"

"Kalau mau kemana-mana izin dulu sama suami."

"Iya."

Setelah itu keduanya berpelukan saling mengungkapkan rasa rindunya yang kini bisa terobati.

"I love u."

Tahfiz mengendurkan pelukannya dan mendongak menatap Anindya yang berdiri didepannya. "Coba ulang."

"I love u."

"Love u too my wife." Tahfiz bersyukur sekali memiliki Anindya. Walaupun sifatnya yang sedikit kekanakan tetapi udah membuatnya sebahagia saat ini. Yang semula dijodohkan, jadi saling cinta dan menghasilnya buah hati diperut Anindya.

Waktu yang sangat ditunggu-tunggu Tahfiz kini telah tiba, Anindya bisa mengungkapkan perasaannya dengan terang-terangan.

Hubungan Tahfiz dan Anindya jauh dari kata penyesalan, perjodohan yang telah dilakukan oleh para orang tua mulus sekali sehingga membuat Anindya yakin dengan hati yang tulus menerima perjodohan itu.

Pernikahan yang disatukan dengan cara perjodohan tidak selalu berakhir dengan perceraian, karena pernikahan Anindya dengan Tahfiz adalah pernikahan yang di ridhoi orang tua, sehingga Allah sang maha kuasa juga meridhoinya.

____________________

END



TAPI BOONG! HEHE
HAMPIR MENUJU ENDINGGGG

SEE YOU ...

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang