part : 48

18.7K 1.1K 24
                                    

AJARI AKU
Ajari aku tentang kesabaran nabi Ibrahim, keikhlasan nabi Ismail, agar aku tak selalu mengeluh tentang peluh, tak selalu menyerah jika harus kalah.

-Happy reading all-

Tahfiz mengambil kemeja dari lemari dan mengenakannya. Sembari menunggu Anindya dengan rutinitas mandinya, Tahfiz menjelajahi ponsel Anindya yang tergeletak diatas kasur.

Setelah kejadian waktu kemarin malam, Tahfiz jadi tak berani meninggalkan Anindya sendiri di hotel. Apalagi setelah mendapat kabar dari pondok yang sudah dihebohkan oleh foto seorang santri dan Gus-nya sedang bersalaman layaknya suami istri.

Berita itu sudah tersebar luas di pondok, entah siapa yang berani menyebarkan dengan seenaknya tanpa takut sama sekali.


Hal tersebut membuat para santri curiga dan berpikiran yang tidak-tidak.

Ceklek!

Terdengar Anindya keluar dari kamar mandi dengan rapi memakai pakaian lengkapnya, memang Anindya selalu membawa baju ketika mandi. Masih malu saja kalau memakai baju di depan Tahfiz, walaupun suaminya sendiri.

Tahfiz menoleh sebentar dan meletakkan ponsel Anindya kembali, setelahnya pun Tahfiz mengambil ponselnya sendiri yang tergeletak di atas nakas.

"Emang mau kemana, Gus?" Tanya Anindya sembari mengeringkan rambutnya menggunakan hair-dryer.

"Jalan-jalan, kita-- pacaran." Ucap Tahfiz tersenyum.

Anindya mendongak ke arah Tahfiz. "hah, pacaran?"

Tahfiz terkekeh geli dan menganggukkan kepalanya. "Iya, pacaran." Ucapnya ingin lebih membahagiakan istrinya dan ingin merefresh pikirannya yang dihantui rasa ketakutan.

Anindya menggelengkan kepalanya. "Ngapain pacaran, kan udah nikah, nggak perlu pacaran lagi."

"Perlu dong, bahkan pacaran itu dihalalkan kalo setelah nikah."

"Berarti Anindya boleh pacaran sama kang santri di pondok?" Tanya Anindya cepat.

Berubah seketika aura wajah Tahfiz yang semula ceria. "Ya gak boleh, pacaran dihalalkan kalo sama suaminya aja. Nggak ada ceritanya diperbolehkan dengan selain mahramnya. Melainkan hanya 'saya, suami kamu." Tahfiz menekankan kalimat terakhirnya.

Anindya cengengesan gak jelas. "Bercanda, doang."

Selesai mengeringkan rambutnya, Anindya melanjutkan dengan memakai jilbabnya. lalu ia menghampiri Tahfiz yang bersender di ranjang.

"Ayok, Gus. Kita ... Kencan." Ajak Anindya tersenyum manis, sedikit menggoda.

Tahfiz tertawa dibuatnya seraya menganggukkan kepalanya.

Mereka berdua pun berjalan bergandengan serasi banget apalagi sekarang jadi sorotan, membuat orang yang dilaluinya merasa iri.

Kini mereka berada di mobil, dengan Tahfiz yang fokus menyetir mobil.

"Mau kemana dulu?" Tanya Tahfiz menoleh sekilas fokus menyetir mobilnya.

"Terserah."

Jawaban yang menjebak sekali, pikir Tahfiz. "Oke, kita balik ke hotel."

"Lah kok gitu sih, aku ngga ngajak pulang kok, Gus." Ucap Anindya cepat setelah kata pulang di dengarnya.

"Tadi katanya terserah, ya saya ajak balik aja." Balas Tahfiz sedikit nggak tega, ia mau ketawa tapi karena terlanjur menjahili yang notabenenya adalah istrinya sendiri.

Anindya nyengir. "Iya-iya, ke mall aja yuk."

Tahfiz pun mengarahkan mobilnya menuju mall, sedangkan Anindya berfokus ke ponselnya bermain permainan masak-masakan.

Ting!

Anindya sekilas menoleh ke arah ponsel Tahfiz yang berbunyi, tak lama Anindya fokus kembali ke ponselnya.

Tahfiz pun mengecek  ponselnya yang berbunyi, tak lupa memberhentikan mobilnya dipinggir jalan.

Ternyata Tahfiz telah di e-mail cliennya tentang suatu pekerjaan. Tahfiz bahagia sekali hari ini, karena perusahaan yang dirintisnya mulai berkembang pesat. Dengan izin Allah perusahaan Tahfiz bisa sukses dan maju pesat.

"Kenapa, Gus?" Tanya Anindya kembali sambil menaikkan alisnya lucu.

-----------BATAS BAPER----------

Kiwkiw😄
Gimana? lanjut gak nihhh

Jazakumullahu Khairan Katsiran, jangan lupa Vote🌟and komen💬
yawww><

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang