part : 29

21K 1.3K 8
                                    

-Happy reading-

Setelah perbincangan kemarin, kini acara pernikahan dipercepat. Tidak mau mengulur-ulur waktu, ada pepatah 'lebih cepat lebih baik'. Pernikahan pun terjadi dihari ini pada hari Jumat tetapi diadakan dirumah Anindya sendiri tidak di pondok. Ya pasti sudah tau kan? Kalau Anindya tidak mau mempublikasikan pernikahannya.

Dari pondok hanya teman-teman sekamarnya saja yang diundang, termasuk Lita pastinya.

Disisi lain Sudah banyak saudara dan kerabat yang pada berdatangan menyambut pernikahan dua mempelai yang saling lirik melirik ditempat sana.

"Lo mau nikah ngga bilang-bilang sama gue." Marah Lita melototkan matanya menatap Anindya yang sedang dirias.

Anindya yang ditatap cengengesan. "Lagian pernikahan ini mendadak banget, ngga sempet ngomong sama Lo, Gilang aja gue undang dari ponsel."

"Kan bilang di pondok juga bisa?"

"Serius ngga sempet." Ucap Anindya menunjukkan tangan yang membetuk huruf v.

Lita menggelengkan kepalanya. "Untung gue baek, kalau ngga baek udah gue betot pala Lo."

Anindya tertawa. "Mana berani? Sekarang kan udah ada pawang."

Lita mencebikkan bibirnya. "Mentang-mentang udah mau jadi istri orang."

"Lah emang." Ucap Anindya menertawakan Lita.

"Heh kalian, masih sempet-sempetnya ribut dihari pernikahan." Sahut Erlin yang baru muncul dengan Jihan dan Annisa.

"Tau tuh." Bela Lita.

"Lah-lah kok jadi gue? Kan Lo duluan yang ngajak ribut." Ngga terima Anindya.

"Udahlah Anindya, periasnya sampai kesusahan tuh dandanin kamu." Ujar Jihan menunjuk periasnya.

"Iya nih mbak, Ning nya pecicilan banget, lucu." Kata periasnya.

"Emang mbak, emang saya lucu." Balas Anindya.

"MENGPEDE." ucap semua serempak, Anindya hanya tertawa saja.

"Ante ndia." Seorang anak laki-laki berlari segera menuju Anindya yang dirias.

"Eh-eh, jangan lari-lari dek." Peringat Anindya tak digubris olehnya.

Duk!

"Aduh... Atit aki aku." Keluh anak laki-laki itu.

"Ya kan... Udah dibilangin juga sama Tante, Ari jangan lari-lari malah ngga digubris, jadi kesandung kan...." Kata Anindya memangku ponakannya itu yang dari kota jauh kesini hanya untuk menyaksikan pernikahannya.

"Iya... Ari ndak lagi deh."

"Ndak lagi apa?"

"Ndak lagi lali-lalian." Ucapnya yang membuat Anindya tersenyum lega.

Anindya tersenyum gemas. "Kenapa manggil Tante?" Tanya Anindya dengan suara lembutnya.

"Ante mo nikah?"

"Iya, terus kenapa cayang?" Tanya Anindya yang mengerti maksud ucapan ponakannya.

"Alau Ante udah nikah Ari sendiri dong..."

Disisi lain sahabat Anindya mendengarkan dan memperhatikan antara Tante dan ponakan yang saling rindu itu dengan antusias.

"Kan Ari sama Bunda dan Ayahnya Ari, ngga sendirian." Jelas Anindya.

"Tapi ndak bisa sama ante lagi." Ujar ponakan Anindya yang bernama Ari itu dengan cemberut.

"Ya bisa dong... Lain kali Ari main ke rumah barunya Tante." Anindya menatap Ari yang sangat menggemaskan sekali.

Ari menggeleng. "Ndak mau, mending Ante nikah Ama Ari aja deh, nanti tinggal di rumah Ari."

Sahabat-sahabat Anindya tertawa mendengarnya, sedangkan Anindya dibuat pusing untuk yang ke sekian kalinya.

"Betul betul betul! Nikahin Tante kamu aja deh Ri, biar Tante ngga pergi dari kamu." Ucap Lita dengan tingkah konyolnya itu.

"Kaga bisaaa, orang udah mau di nikahin sama Gus Tahfiz."

"Canda."

"Ngga bisa Ari... Tante mau nikah nih, Ari mending temenin Bunda yang di sana aja deh, kalau Bunda digondol sama duda gimana?" Ucap Anindya ngawur.

"Ndak papa, yang peting dudanya itu Ayah." Balas Ari menggelengkan kepalanya tanda tak mau.

"Mana ada ayah kamu duda, yaudah kalau gitu Ari aja deh yang digondol."

Ari menggelengkan kepalanya tak terima, "Ya ndak mau lah, Ari ndak mau di ondol, mending ante aja biar di cincang di pohon toge." Ucap ngawur Ari langsung pergi meninggalkan Anindya.

Anindya jadi pusing, bingung sendiri dengan tingkah Ari.

Kini saat-saat yang ditunggu Anindya tiba, ijab qobul mau dilaksanakan sekarang juga, ya iyalah! Masa taun depan.

Anindya diam-diam di kamarnya sendiri mendengarkan suara penghulu. Sahabat-sahabat laknatnya yang malah meninggalkannya demi melihat calon suami Anindya yang sangat mempesona.

Ustadz Tahfiz menjabat tangan dengan Daddy Anindya sangat erat sekaligus sedikit gugup.

"Bismillahirrahmanirrahim."

__________________

enjoy terus ye!

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang